Jadi imam

474 72 7
                                        

“Jarum jam tidak berputar kearah kiri, apa yang sudah terjadi dan terlewati tidak bisa di ulang kembali.

Maka pentingnya menciptakan momen indah di setiap kesempatan, dan penting juga menikmati setiap momen yang kelak hanya akan di kenang tanpa bisa terulang.”
.
.
.
.
.

BAB 21

“Abigail, jangan becanda lagi. Sudah sana duduk.” Kanaya benar-benar di buat sakit kepala oleh tingkah muridnya itu.

“Tapi..”

“Abi,” tegur Kanaya.

Akhirnya Abigail kembali ke kursinya, semua orang masih kaget dengan pernyataan Abigail yang tegas, berani dan terang-terangan.

“Ibu tidak ingin lagi mendengar hal seperti ini, takut nya jadi membuat oranglain salah paham. Ya, sudah sekarang kalian bisa menikmati kembali acara reflesing kali ini.”ujar Kanaya.

***

Kini akhirnya mereka telah sampai di Villa yang berada di puncak, udara yang sejuk dengan pemandangan alam yang sudah jarang di temukan di ibu kota membuat pikiran jauh lebih rilex. Pemandangan hijau dari pepohonan benar-benar menyejukkan mata.

“Silahkan kalian masuk ke kamar berdasarkan daftar yang sudah di bagi, nanti malam kita akan memulai acara outbound dengan acara hiburan. Kita akan mengadakan api unggung, BBQ bersama di halaman belakang Villa yang luas. Kalian bisa istirahat dulu sekarang.” Nasehat Pak Handoko setelah membagi kamar. Jadi satu kamar terdiri dari dua ranjang dan tiga kasur tambahan. Satu kamar bisa di huni sepuluh anak. Sementara untuk guru ada kamar tersendiri.

“Ingat untuk selalu menjaga kebersihan dan kerapihan Villa ini, jangan buang sampah sembarangan, jangan merusak fasilitas Villa, jangan ada yang keluar keluyuran tanpa sepengetahuan teman atau guru pendamping. Kalau ada apa-apa kalian bisa bilang pada guru pendamping masing-masing. Jangan lupa juga untuk selalu menjaga sopan santun di tempat asing, jaga bicara kalian dan jangan lupa selalu berdoa.” Ujar Kanaya memberikan wejangannya.

“Baik bu, pak.”  Jawab mereka serentak. Karena lelah selama perjalanan, sebagian siswa memilih beristirahat di kamar. Ada juga yang berkeliling Villa setelah meletakan barang-barangnya, ada yang berselfie ria atau malah bermain ponsel.

Setelah itu, malam harinya di adakan pesta kembang api, BBQ, hiburan seperti bernyanyi atau menari yang diisi sendiri oleh para siswa siswi kelas dua belas. Kanaya jadi teringat masalalunya, masa sekolahnya. Memang masa SMA adalah masa yang penuh suka cita, dulu dia dan teman-temannya juga pernah mengadakan acara serupa. Itu menjadi sebuah momen yang akan di kenang seumur hidup mereka, Kanaya sadar bahwa penting sekali menciptakan sebuah momen dan lebih penting lagi adalah menikmati sebuah momen. Dimana jarum jam tidak berputar kearah kiri, apa yang sudah berlalu tidak akan bisa di ulang kembali.

“Oke, malam ini cukup sampai disini saja. Kalian harus beristirahat karena besok kita akan mengadakan acara-acara yang padat.” Ujar Pak Rasyid.

“Iya, ibu berharap kalian semua langsung tidur dan jangan ada yang begadang. Karena besok kita masih banyak acara, kami tidak ingin ada yang tumbang di antara kalian. Karena acara ini di adakan untuk kalian, jadi kami harap kalian semua bisa bersenang-senang dan menikmatinya.” Nasehat Kanaya.

“Baik..” jawab mereka serentak dan mereka langsung masuk ke kamarnya.

Para guru pria berpatroli di depan bersama pengurus Villa, mereka berjaga-jaga takutnya ada yang bandel dan malah berkeliaran bukannya tidur. Sementara guru yang perempuan berkeliling dan memastikan semua anak didiknya sudah berada di kamar mereka.

Kapan nikah? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang