CL 01 : Sesak

5.2K 785 127
                                    

Bab 01 : Sesak
.
.
.

AIRI menghela napas panjang dan menutup novel di tangan. Sudah lebih dari lima kali dia menamatkan novel berjudul 'Crazy Love' tersebut, tetapi sama sekali tak dia rasakan yang namanya bosan. Akhir kisah yang sangat tragis, gadis berjiwa rapuh itu bahkan belum bisa memahami ending yang terasa menggantung. Masih menyimpan tanya dan ambigu. Dia mengalihkan perhatian ke arah jendela yang terbuka, beberapa tetes hujan masuk dibawa angin.

Airi meletakkan novel di atas meja, menurunkan kaki dan berjalan menuju jendela. Dia menggapai dua daun jendela dan menutupnya rapat-rapat. Cahaya berubah remang, hanya sedikit pencahayaan dari ventilasi di atas jendela. Gadis berambut sebahu itu menekan saklar hingga bola lampu lima watt mengerjap-ngerjap malas sebelum memberikan sinar muram.

"Nyeri," lirihnya menekan dada dan mendudukkan diri di atas kasur. Dia menghela napas berulang kali untuk menetralisir nyeri yang merambat di rongga dada. Setelah dirasa berkurang, Airi memeriksa laci meja di samping tempat tidur. Dia pandangi bungkus biru dan botol putih yang ternyata sudah kosong.

"Obatku habis." Gadis itu mengambil sweeter hitam dan mengenakannya. Melangkah keluar kamar untuk membeli obat. Untung saja apotek berada tak jauh dari tempat tinggalnya.

"Non, mau ke mana?" tanya pembantu rumah terburu-buru menghampiri Airi yang berjalan sempoyongan.

"Ke apotek sebentar, Bi. Obat Airi sudah habis," balasnya tersenyum kecil.

Haiko menghela napas gusar, iba akan nasib putri bungsu sang majikan yang diperlakukan layaknya sampah. Tidak dibuang, juga tak diobati. Dielusnya puncak kepala gadis berambut sebahu dengan sayang dan tersenyum menguatkan.

"Biar Bibi yang belikan, ya?"

Airi menggeleng. Terlalu berisiko jika Haiko yang membelikan, bisa-bisa kedua orang tuanya akan murka dan menghukum si pembantu.

"Tidak usah, Bi. Airi bisa sendiri. Lagipula, kerjaan Bibi masih banyak," tolak Airi memegang tangan Haiko, memastikan bahwa dirinya akan baik-baik saja.

"Tapi, Nona ... di luar sedang hujan badai. Tubuh Nona Airi tidak kuat terhadap cuaca dingin. Bibi akan kembali dengan cepat."

Airi menggeleng lagi. Sirat kekhawatiran di mata sang pembantu membuat dadanya sesak. Andai sang ibu yang berada di hadapannya, mungkin hati gadis berjiwa rapuh tersebut akan menghangat. Namun, mustahil sang ibu akan melakukan hal yang sia-sia untuk seorang yang dianggap sebagai aib keluarga.

"Bi Haiko!"

Suara bentakan mengalihkan perhatian keduanya. Sosok nyonya rumah berdiri sembari memangku tangan, tatapan tajam menghunus kedua perempuan yang tengah bercengkrama. Airi menundukkan kepala kala sang ibu berjalan mendekat, dia merasakan tatapan membunuh terlempar teruntuknya.

"Kembali ke dapur, Bi!"

Haiko menggigit bibir bawah, masih bergeming. Harumi berdecak kesal akan sikap diam sang pembantu. "Cepat pergi ke dapur, Bi!" perintahnya sekali lagi dengan nada dinaikkan beberapa oktaf. Bi Haiko bergidik ngeri, dengan ragu-ragu menatap sang majikan.

"Tap-"

"Saya bilang ke dapur, sekarang juga!"

Airi mengangguk kala Haiko melirik ke arahnya. Sesak selalu saja mengisi rongga dada, Airi hanya bisa meringis saat nyeri kembali menyerang.

"Dasar tidak berguna. Menyusahkan!" umpat Harumi masih berdiri beberapa jarak di hadapan Airi yang meremas pinggir sweeternya. Sudah berulang kali dia mendengar hinaan keluar dari mulut orang-orang yang dia anggap sebagai keluarga, tetapi masih saja hatinya meringis sedih.

Crazy Love (Tamat n Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang