Epilog
.
.
.WAKTU tak akan pernah berhenti untuk berputar, masa pun tak akan pernah berdiam di suatu zaman ... terus berganti tiap hari berlalu, mentari tak akan pernah lepas tanggung jawab untuk menyinari dari pagi hingga senja, begitu pun langit ... ia tak akan pernah bosan membentang dan memberikan tempat bagi para bintang, bulan, juga awan untuk menyematkan diri menghiasi angkasa.
Ada kisah di suatu planet, terkesan ilusi, tetapi kenyataannya tidak bisa diragukan. Tentang cerita di mana setiap diri adalah dalang utama di balik layar kehidupan. Siapkan mental juga jasmani. Namun, dalam suatu kisah ada dalang utama yang tergantikan akibat rotasi suatu kekuatan. Dialah Airi Atmalya. Gadis biasa yang berpenyakitan merasuki raga antagonis yang diracuni.
Namun, itu semua telah lenyap. Tak ada lagi namanya Gauri Lovandra Almaska yang memiliki ending hidup diracuni oleh orang yang dicintai. Binar kehidupan beralur bahagia, tidak semulus jalanan es, penuh masalah juga cambuk menyakitkan. Menggapai suatu hal, usaha diperdepankan.
Musim dingin sudah digantikan musim semi. Bunga-bunga bermekaran di segala sisi, harum semerbak tercium memikat. Kupu-kupu dan para kumbang penghisap madu tampak mencicipi berbagai bunga. Burung-burung kembali membangun rumah di atas ranting.
Udara musim semi tak lepas dari semerbak bunga. Warna-warni yang memanjakan mata. Gadis berambut putih salju memetik beberapa tangkai bunga mawar, memasukkannya ke dalam ranjang secara susun. Senyum terus mengembang di bibir, panorama indah mempesona begitu tajam.
"Lihat! Apa yang aku dapatkan?" Elvish muncul dengan tangan menangkup.
Sesuatu di dalam tangannya berdengung. Gauri mendekatkan telinga untuk mendengar lebih jelas. Ah ... dia tahu jenis hewan apa yang berada dalam kurungan tangan sang adik.
"Venir! Kumbang venir yang hidup di pohon pinus!" tebaknya dengan penuh keyakinan.
Elvish mencibir, rupanya tebakan sang kakak tak salah. Dia membuka tangkupan tangan dan sang venir mengepakkan sayap hingga dengungan kembali tercipta.
"Apa bunganya masih belum cukup?"
Keduanya menoleh ke sumber suara. Pemuda gagah yang datang menunggang kuda hitam dengan panahan tersandang di dada. Janshen melompat turun, kemudian membimbing kuda mendekati kedua saudaranya.
Gauri melihat ke belakang Janshen. "Di mana dia?" tanyanya.
Janshen memberikan tas berisi daging buruan kepada Elvish. "Masih di belakang, katanya ada sesuatu yang ingin diambil. Tunggu saja! Aku dan Elvish akan pulang terlebih dahulu."
Anggukan kepala sebagai jawaban. Dua saudara pun meninggalkan dirinya yang setia memandang ke segala arah, menunggu seseorang yang tak kunjung menampakkan diri. Rasa cemas kian menyelimuti, tetapi segera terusir saat melihat yang ditunggu menunggang kuda dari jauh.
Tak sabaran, gadis itu berjalan menyongsong. Senyum merekah, dan mereka bertemu. Key mengulurkan tangan dan disambut mesra oleh sang gadis. Ditariknya hingga gadis itu duduk di atas punggung kuda.
"Apa kau mendapat buruan yang banyak?" tanyanya melirik wajah Key.
"Tentu. Calon Suamimu ini sangat ahli dalam berburu," bangganya membuat Gauri tersenyum kecut.
Tali kekang dilecut pelan, sang kuda berjalan pelan menuruti titah sang tuan. Namun, bukannya mereka langsung pulang ke kediaman marquess. Rumah pohon sederhana yang dibangun oleh Key bersama Gauri terlihat menyenangkan untuk bersantai.
"Aku punya hadiah untukmu!" bisik mesra Gauri sebelum turun dari punggung kuda.
Key mengikat tali kuda terlebih dahulu sebelum menyusul sang kekasih naik ke rumah pohon. Bunga mawar yang telah dipetik ditata rapi di dalam vas kaca. Angin berembus mengalunkan aroma mawar merah yang romantis.
"Apa hadiah untukku?" tanya Key meletakkan panah di atas meja, lalu berjalan mendekati Gauri yang menunjukkan benda yang dibungkus kain putih.
"Bukalah!" pinta Gauri setelah benda tersebut sampai di tangan sang kekasih.
Dengan rasa penasaran, Key membuka tali yang mengikat kain putih tersebut, perlahan hingga akhirnya segores senyuman manis timbul di bibir.
"Kau menyukainya?"
Key mengangguk dan menggantung kanvas lukisan di dinding, lalu menghampiri sang kekasih yang sangat dicinta. Menjatuhkan dagu di pundaknya dan memeluk dari belakang, menghirup dalam-dalam aroma mawar yang mengoar dari tubuh sang gadis.
"Lukisannya sangat indah, tetapi kau lebih mempesona," bisiknya terdengar tulus.
"Kau selalu saja membuat mawar-mawar cemburu atas perkataan manismu," balas Gauri menunjuk mawar-mawar yang berada di vas dekat jendela.
"Semoga selalu begitu, Rambut Uban."
***
Kejadian pahit akan menjadi kenangan, kejadian manis tetap akan ditinggalkan. Namun, setidaknya ending buruk dapat dihindari. Tak ada lagi kata siapa yang lebih hina dalam kisah Gauri Lovandra. Antagonis tetaplah dicap antagonis, tetapi hati masih bisa disucikan.
Lewat senyuman yang terurai, lewat netra yang berbinar nakal, gadis itu telah temukan kasih sayang dalam hidupnya. Ternyata Tuhan memang menyayangi setiap insan dan menghadiahi sesuatu yang sangat indah sebagai balasan akan kesabaran.
Gadis itu dibawa oleh alur takdir, terikat oleh perjanjian dengan suratan Sang Pencipta, tetapi bersyukur perubahan membawa bahagia yang tak pernah terbayangkan. Semoga begitu hingga di kehidupan selanjutnya.
Tidak ada yang mustahil selama kata usaha terus dikobarkan.
***
TAMAT
***
Awal : 1 Juni 2021
Selesai : 1 Juli 2021
Revisi : berjalanAkhir kata, terima kasih sekali lagi sudah berkenan mampir membaca petualangan Airi yang terkekang di dalam raga tokoh antagonis.
Dan, Gauri asli akan dihidupkan kembali. Horeee!
***
Pasaman Barat, 1 Juli 2021
Geys, follow akun Ig aku, ya🤗😁@cahayabintang2004
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasy(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...