Bab 19 : Tantangan Buat Gauri
.
.
.JAKET tebal telah melekat sempurna di tubuh semua orang. Hari pertama turunnya salju langsung disambut dengan penuh suka cita. Bunga-bunga salju yang turun dari langit mulai menebal di permukaan benda yang menunggu. Atap-atap rumah pun terlihat tertutup serpihan putih nan rapuh itu.
Nava sibuk menghangatkan tubuh di perapian ruang berkumpul. Sungguh tak biasa, hari pertama musim dingin jauh lebih dingin dari musim sebelumnya. Dia beralih menatap ke pintu, terlihat seorang gadis berambut putih salju yang tergesa-gesa menuju ke perapian.
"Kau dari mana saja?" tanya Nava menyelimuti tubuh Gauri yang sama sekali tak memakai jaket tebal.
"Terima kasih. Hu-hu ... dingin sekali. Tadi aku memberi makan anak tupai yang ... haciiim ...."
Nava gelagapan mendengar temannya bersin dengan hidung yang memerah.
"Tunggu di sini! Aku akan mengambilkan teh hangat untukmu!" ujarnya beranjak ke dapur.
Gauri merapatkan selimut dan menghadap ke api. Rasa hangat yang tersuguhkan mulai mencairkan kondisi yang dingin. Sudah tahu dirinya lemah akan suhu dingin, tetap saja kelayapan tanpa baju tebal. Janshen akan mengomelinya sepanjang hari bila tahu dirinya begitu.
Nava kembali dengan dua cangkir berisi air merah hambar, tetapi bukan teh. Satu gelas diberikannya kepada Gauri yang langsung menerima dan meneguk hingga air kembali disemburkan keluar.
"Ini bukan teh," geramnya mencium bau dari asap yang mengepul.
Nava menyengir. "Itu perasan jahe. Jahe lebih cepat menghangatkan tubuhmu dibandingkan teh, jadi habiskan daripada kau kedinginan dan sakit!"
Gauri hanya mengangguk mengiyakan. Walau lidah merasakan sensasi pedas yang disuguhkan oleh perasan jahe, tetap saja ada rasa manis-manis di penghabisan. Beberapa penghuni asrama terlihat sibuk dengan kegiatan menghangati tubuh.
"Aku sudah tidak sabar untuk mengikuti ujian menjelang akhir musim dingin," ucap Nava menyeka bibir.
"Apa yang seru dari sebuah ujian? Hanya akan memusingkan kepala," sangkal Gauri menyesap perasan jahe dan menelannya dengan cepat.
"Kau salah, ujian di sini bukan saja menggunakan pikiran, tetapi juga harus menggunakan kekuatan. Kudengar, angkatan kemarin mendapatkan ujian mencari gulungan emas di Darkforest."
Termenung, Gauri tahu Darkforest adalah hutan larangan yang baik siang maupun malam sama saja keadaannya, gelap. Langit Darkforest memang terlihat seperti langit biasa jika dilihat dari luar, tetapi jika sudah di dalam, maka hanya akan terlihat langit gelap dengan awan kelabu yang sesekali kilat tanpa suara menyambar.
"Menurut buku yang aku baca, bukankah Darkforest itu berbahaya? Lantas, kenapa pihak akademi memilih tempat itu? Bagaimana bila ada yang terluka parah atau bahkan merenggang nyawa?"
Nava bergidik acuh. Nyatanya, semua angkatan sebelum mereka baik-baik saja, ya, walaupun sehari setelah itu ada yang mengatakan sakit di sekujur tubuh. Di tengah hutan Darkforest terdapat pohon besar berwarna merah darah yang tinggi, di bagian bawahnya terdapat pintu.
Konon katanya, pohon itu sudah ada semenjak alam semesta diciptakan. Pohon yang memiliki portal penghubung dunia yang ditinggali Gauri dengan sebuah dunia kegelapan. Dijaga oleh makhluk mitologi dari neraka yang berpihak pada kedamaian, bringas dan kuat hingga portal itu aman dari pihak kegelapan yang mencoba mengeluarkan semua makhluk kegelapan yang ada di balik portal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasia(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...