Bab 03: Keluarga
.
.
."SELAMAT pagi, Lady. Atas perintah Marquess, aku akan menemanimu jalan-jalan."
Seorang kesatria tampan membungkuk hormat pada Gauri. Dia telah berdiri di samping kereta kuda yang akan membawa mereka pergi ke mana saja yang diinginkan putri marquess.
"Selamat pagi, Alverd. Kita akan pergi ke Boutie," usul Gauri seraya menerima uluran tangan Alverd untuk naik ke kereta kuda.
Boutie adalah toko pakaian kelas atas ternama di Wilayah Estoria. Satu-satunya toko pakaian yang menyediakan jenis pakaian mahal dan glamor, baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Para pelayan toko juga senantiasa bersikap ramah dan bermurah hati menjelaskan sampai ke akar-akar bahan, maupun asal pakaian yang ditanyakan pelanggan.
Lonceng di pintu berbunyi saat Gauri masuk diikuti Alverd dan Emily. Melihat siapa yang datang, pelayan segera menghampiri Gauri sembari menunduk hormat. Salah satu cara memuliakan seseorang yang memiliki pangkat tinggi adalah dengan membungkukkan badan.
"Se-selamat datang di Boutie Antara, Lady Gauri."
Gauri mengangguk. "Aku ingin melihat-lihat pakaian dan sepatu."
"Baik. Sa-saya akan melayani Anda."
Gauri kagum melihat pakaian-pakaian mewah yang dipajang, pernak-pernik yang menambah kesan glamor. Namun, Gauri masih belum menemukan pakaian yang bisa membuatnya jatuh hati. Berulang kali Emily dan Alverd menunjukkan pakaian bagus yang menurut mereka cocok untuk Gauri, berulang kali pula gadis berambut putih salju menolak.
Menurutnya, pakaian yang dipilih Emily dan Alverd terlalu mencolok dari segi gaya maupun warna. Bahkan, pilihan pelayan yang menemani mereka ditolak mentah-mentah oleh Gauri. Seringkali saat Gauri melewati orang-orang yang sedang memilih pakaian, melirik sinis sekaligus takut padanya.
"Dia putri kedua Marquess Almaska, 'kan?" bisik seorang wanita kepada wanita lainnya.
"Benar."
"Ternyata dia sangat cantik, tidak seperti rumor yang tersebar," timpal wanita lainnya.
"Aku dengar, dia terlalu terobsesi kepada Pangeran Arthur. Kasihan sekali, bahkan Pangeran Arthur tidak mengenali dia."
Gauri berjalan acuh dan mendekati gaun sederhana panjang berwarna biru muda tanpa tingkat atau pernak-pernik yang dia anggap terlalu berlebihan. Gaun biru muda yang memiliki lengan mengembang di bagian bahu sepanjang siku. Sementara di bawah gaun terdapat sepasang sepatu kaca putih kebiruan mengkilat yang sangat menarik minat seorang Gauri.
"Buka kacanya! Lady Gauri menyukai gaun biru muda itu," pinta Emily pada pelayan toko.
Emily tahu bagaimana reaksi nona mudanya saat menyukai sesuatu, sebab dia sudah mengasuh Gauri semenjak bayi, walau yang ada di raga nona mudanya bukanlah sukma Gauri yang asli.
Lembut terasa di kulitnya saat menyentuh langsung gaun biru muda sederhana tersebut. Pelayan menjelaskan asal usul gaun itu, mulai dari bahan yang digunakan, sampai dari mana gaun tersebut diproduksi. Dengan harga yang lumayan mahal walau terkesan sederhana, gaun itu menjadi spesial.
"Aku ingin ini, sekalian sepatu kacanya!"
Gaun segera dibungkus dan dikirimkan ke kediaman Marquess Almaska. Gauri tidak mempermasalahkan banyaknya uang yang akan dikeluarkan oleh marquess maupun marchioness, sebab orang tuanya akan tetap membayar gaun tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasy(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...