Bab 25 : Namanya Keyvand Rowandca
.
.
.KELOPAK matanya mengerjap berulang kali sebelum penglihatan menjadi silau akibat cahaya putih yang terpancar dari lentera yang terpasang di dinding rumah sakit. Tangannya bergerak memijit pelipis, lalu mendengar dengkuran halus dari samping. Kepalanya menoleh dan mendapati kepala berambut merah keorenan.
"Ugh! Si Rambut Api rupanya."
Gauri mengedarkan pandangan sekeliling. Ruangan tempatnya berbaring dibatasi tirai putih, persis waktu menjejak pertama kali di rumah sakit. Ini kali keduanya dia terbaring di atas brankar rumah sakit. Bau khas ramuan menyengat pembau.
"Ah ... kau sudah bangun, Rambut Uban. Kukira masih asyik bermain di alam lain."
Gauri tersenyum tipis. "Maaf kalau aku mengganggu tidurmu," ucapnya lembut. Seharusnya dia kesal akan ucapan pemuda tersebut, tetapi dia sama sekali tidak bisa.
"Tidak, kau tidak menggangguku. Malah aku menunggumu bangun. Bagaimana? Apa kau kedinginan?"
Gauri menggeleng. Dia sama sekali tak merasa kedinginan, suhu tubuhnya begitu normal.
"Terima kasih sudah menolongku. Jika kau tak datang, aku tak tahu masih bisa melihat dunia atau tidak."
"Jangan bicara begitu! Kalau terjadi apa-apa padamu, aku tidak dapat pastikan bahwa nyawaku aman," ujar sang pemuda membuat alis Gauri terangkat bingung. "Namaku Keyvand Rowandca, sahabat baik Janshen Almaska. Kebetulan yang aku sukai adalah adiknya sahabatku, jadi kakakmu itu memintaku memantaumu dari jauh. Tetapi, aku tak bisa jauh-jauh darimu."
Keyvand Rowandca, nama yang membuat otak Gauri bekerja cepat. Sosok tokoh sampingan yang juga mencintai tokoh protagonis dalam novel, tetapi kini malah menyukai dirinya. Pikiran gadis itu kembali mengingat bentuk wajah yang pernah dia lihat di kehidupan lain, ya, dia ingat! Key sama seperti sosok pemuda yang dia tabrak di bawah rintik hujan saat menuju apotek.
'Tidak! Mungkin hanya kebetulan saja mereka mirip,' sangkal Gauri menggeleng kuat.
Grooouuuummm!
Pipi Gauri memerah saat perutnya memberikan sinyal yang begitu keras. Harga dirinya tiba-tiba terluka saat gendang lapar itu berbunyi di hadapan sosok duke tampan yang telah menyelamatkannya, terlebih Key terkekeh geli.
'Memalukan! Sangat memalukan! Ah ... perut, kau tak bisa diajak kompromi rupanya! Kau bisa memberikan aku sinyal terlebih dahulu sebelum berbunyi!'
"Aku akan mengambil makanan untukmu," kata Key menepuk kepala Gauri sebelum beranjak pergi.
"Hanya karena usianya yang tujuh tahun lebih tua dariku, dia memperlakukan aku seperti anak kecil," desis Gauri menyilang tangan di depan dada.
"Hey, kau mengatakan sesuatu?" tanya Key menyibak tirai penutup.
Secepat kilat kepala Gauri menggeleng. Wajahnya dibuat senetral mungkin, jangan sampai Key mendengar ucapannya. Dia akan bertanya dari mana Gauri tahu perbedaan usia yang membentang antara mereka. Tidak mungkin Gauri bilang hanya tebakan saja, dia bukan penebak ulung.
Menyenderkan punggung dan melihat ke tirai pembatas, seperti bisa menembus kain putih tersebut dan mengintip apa yang ada di baliknya. Gadis itu menghela napas panjang, dan dua kepik di masing-masing kupingnya terbang ke punggung tangannya.
''Maaf, kami tidak bisa membantumu tadi,'' sesal Mar berwajah sendu.
''Kami payah menjadi partnermu, Nona. Jika kamu ingin memutus perjanjian dengan kami, lakukanlah!' sahut Mer membuat Gauri tertegun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasia(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...