Bab 04 : Pergi?
.
.
.AIR yang menempel pada dedaunan menetes ke permukaan tanah. Tupai-tupai saling kejar mengejar di pohon cemara. Satu, dua, tiga, dan lebih burung yang bertengger di ranting cemara mengepak sayap untuk pergi karena diganggu para tupai.
Udara pagi tercium harum berbaur dengan aroma bunga mawar merah yang merekah indah. Gauri menghisap dalam-dalam wangi mawar di hadapannya. Beberapa ekor kupu-kupu terbang di sekitar, menambah estetika taman di belakang kediaman Marquess Almaska.
Gauri memperhatikan seorang tukang kebun tengah menyapu daun-daun kering yang menutupi permukaan tanah. Gadis itu menengadah, melihat langit pagi yang terdapat beberapa titik awan, cuaca hari ini akan cerah sepertinya.
Gauri mengacungkan tangan ke depan, seekor kupu-kupu bersayap warna biru muda bertengger di punggung tangannya. Namun, tidak lama bertahan ... sebab, Emily datang mengagetkan.
"Maaf, Lady," ringis sang pelayan ketika Gauri menunjukkan wajah merungut. "Aku ke sini menyampaikan pesan Tuan Elvish, yang menyuruh Lady ke kamarnya.
Gauri mengangguk dan melangkah meninggalkan taman diikuti Emily. Gauri hampir lupa, hari ini adalah keberangkatan Elvish menuju Departemen Sihir untuk kembali beraktivitas. Adiknya itu terlihat sedang menatap sebuah kotak mungil berwarna merah.
"Adik, kau mencariku?" tanya Gauri setelah mengetuk pintu kamar Elvish terlebih dahulu.
Dia duduk di samping Elvish, kalau bukan saja Elvish adiknya ... mungkin Gauri akan jatuh cinta pada sosok pemuda berambut klimis putih salju tersebut. Bukan hanya karena sikapnya yang lembut dan ramah, tetapi pahatan wajahnya yang sempurna persis seperti rupa marquess.
"Iya, Kak. Lihat kalung ini! Cantik, 'kan?"
Elvish mengeluarkan kalung yang memiliki bandul seperti layang-layang. Gauri takjub melihat permata biru laut yang tersemat di bandul kalung tersebut, sampai lupa bagaimana cara menutup kembali mulut yang terbuka. Elvish terkekeh geli melihat reaksi sang kakak yang berlebihan. Dia bahkan berpikir, kalung di toko perhiasan jauh lebih cantik dibanding dengan kalung buatan tangannya sendiri.
"Sangat cantik, Adik! Katakan padaku, siapa perempuan yang berhasil merebut hatimu hingga kau akan memberikan hadiah ini untuknya?"
Elvish menaikkan sebelah alis. Setahunya, apa pun karya tangan yang dia perlihatkan kepada Gauri, dia hanya akan mendapat lirikan sekilas dan Gauri tidak akan memberikan pujian. Perubahan dalam waktu singkat benar-benar membuat Elvish bertanya, adakah Gauri salah makan sesuatu? Atau malah kepalanya yang terbentur?
"Kak, usiaku saja masih 12 tahun ... dan aku tidak menyukai perempuan mana pun. Ini untuk Kakak, aku akan pergi dalam waktu yang cukup lama, dan jika nanti Kakak kesepian ... Kakak bisa melihat kalung ini walau Kakak tidak akan memakainya."
Gauri mengerjap-ngerjap sebelum tersenyum lebar dan memeluk Elvish dengan suka cita. Dia ingin menangis, tidak pernah dia rasakan kasih sayang saudara semasa hidup sebagai Airi di dunia lain, kecuali ujaran sinis penuh sindiran.
"Terima kasih," bisik Gauri sebelum melepas pelukan.
Elvish mengangguk. "Apa Kakak akan memakainya atau menyimpannya saja?" tanyanya memastikan.
Mungkin, perubahan Gauri selama ini akan membawa perubahan lain. Dia harap-harap cemas menatap wajah Gauri yang tak menunjukkan ekspresi apa pun.
"Apa Kakak tidak suka pada kalung buatanku ini?"
Tersadar, Gauri cepat-cepat menggeleng dan tersenyum lebar. "Tentu tidak begitu, Adik. Aku sangat menyukainya, hanya saja ... kenapa kau terlalu baik padaku? Bukankah selama ini aku selalu mengabaikanmu?" Gauri paham betul betapa dia begitu mengabaikan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasy(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...