Bab 11 : Apa Ada Ikatan?
.
.
.SELEMBARAN putih yang awalnya berwarna polos telah penuh tulisan tangan seorang Gauri. Rune yang bertumpuk di atap telah berpindah di bukunya. Gauri memijit pangkal hidung, tak satu pun kata yang berhasil diterjemahkan.
"Argh! Sialan!" pekiknya melempar buku ke arah pintu.
Dia menggigit bantal dan memukulnya kemudian. Melampiaskan rasa kesal pada benda lunak lebih aman dari pada benda keras seperti dinding sampingnya. Gauri guling-guling di atas kasur. Hari ini sekolah libur karena para guru sedang mengadakan pertemuan dengan raja.
"Uwah ... kau rajin sekali, Gauri."
Nava muncul tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia memungut buku Gauri yang ada di pintu, hampir saja dia menginjaknya. Gauri melirik acuh dan kembali menatap ke atas. Sementara Nava berjalan seraya membenarkan posisi kaca mata dan membaca rune di buku sang pemilik kamar.
Suasana kamar terutama kasur Gauri sangat berantakan. Si empunya diam menghadap ke langit-langit, beberapa rune masih terlihat samar di sana membentuk bunga-bunga kecil yang bertebaran. Si gadis berambut kepang dua menatap serius rune yang tertulis. Berselang beberapa menit ... Nava menelan ludah susah payah.
"Ga-gauri?"
Si empunya nama menoleh ke kanan, menatap Nava yang terlihat pucat. Melihat itu, Gauri bangkit dan menatap temannya sedikit cemas.
"Ada apa, Nava? Kau baik-baik saja, 'kan?"
Nava menggeleng. "Tidak, Gauri. Katakan padaku, apa kau yang membuat rune ini?" tanya Nava memperlihatkan tulisan Gauri.
Si gadis berambut putih salju berantakan menggeleng singkat. "Bukan aku sih, tetapi ... hmm ... kenapa kau cemas begitu?"
Nava memejam dan menghela napas berat. Dia menyerahkan buku pada Gauri. "Aku tidak terlalu bisa menerjemahkan rune itu, tetapi sedikit pastinya lima kata ini," ujar Nava menunjuk rune yang dia maksud.
Gauri mengikuti arah telunjuk Nava. "Darah dalam gelap, percikan kematian."
Kerutan dahi Gauri muncul. Lantas, apa yang perlu dikhawatirkan dari lima kata tersebut? Mata Nava membulat sempurna saat menyadari sesuatu, dia berdiri dan berlari menuju ke luar kamar, melihat nomor yang tertera di daun pintu Gauri dan menyentuhnya.
"Astaga! Nomor kamar keramat!" pekiknya menyentak Gauri untuk mendekat.
Angin dingin mengembus di sekitar tengkuk Nava. Dia mengingat peristiwa apa yang terjadi di kamar nomor 17 yang dahulunya berangka 21. Peristiwa lima tahun silam, berdarah.
"Apa maksudmu?" tanya Gauri penasaran.
Terlalu banyak kejadian aneh yang harusnya tak terjadi. Nava menyentuh lembut angka kamar Gauri, menggeleng singkat dan memejam erat. Dengan kemampuan menelusuri masa lalu, peluh mulai membasahi lehernya.
Nava kembali menarik tangan dan napas memburu. "Dari mana kau dapat rune itu, Gauri?"
Gauri menunjuk atap kamar. Otomatis Nava melangkah masuk dan menengadah, tetapi dia tak mendapati apa pun kecuali warna merah maroon polos, bahkan dia tak mendapati ada setitik warna lain.
"Aku tidak mendapati apa pun, Gauri!" kesal Nava menyentuh lehernya yang pegal.
"Tidak melihatnya?" tanya Gauri memastikan. Nava mengangguk. "Ha-ha-ha, jangan bercanda, Nava! Runenya memang terlihat samar, tetapi bagiku itu cukup jelas. Rune yang bertumpuk membentuk gambar bunga mawar di sana, sana, dan sana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasy(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...