Bab 09 : Mengenai Si Suara Merdu
.
.
.HURUF-HURUF aneh bertebaran di papan tulis yang menghadap ke semua murid kelas fantasi pertama, menjadi pusat perhatian Gauri. Melihat huruf-huruf aneh tersebut ... dia ingat di atap kamarnya juga terdapat beberapa tumpuk huruf kuno yang diajarkan oleh Mr. Scorpio.
Pelajaran Rune yang baru bagian dasarnya saja, sudah memusingkan kepala. Apalagi sampai pada inti pembahasan? Untuk yang kesekian kalinya Gauri mendesah frustrasi dan mengubah posisi kedua kakinya yang lurus menjadi menyilang, menekuk, bahkan sebelah naik ke atas yang satu lagi, begitu seterusnya selama Mr. Scorpio menjelaskan pelajaran.
Mr. Scorpio, melirik ke jam hitam yang melingkari pergelangan tangan kiri, menutup pena sihirnya.
"Kita cukupkan pelajaran Rune untuk waktu sekarang, silakan istirahat! Dan, jangan lupa bergegas ke ruang mantra untuk pelajaran selanjutnya!"
Mr. Scorpio berjalan cepat ke luar kelas, membuat para pelajarnya menghela napas lega. Sepanjang pelajaran, Mr. Scorpio sama sekali tak menampilkan senyuman, melainkan wajah dingin dan tatapan silet. Itu cukup bagi Gauri menyimpulkan, guru Rune dan Mantra merupakan guru yang hitung-hitung dalam senyum.
"Kepalaku pusing."
Gauri memijit pelipis dan memerhatikan sekeliling. Keadaan kelas yang kosong dan dia memilih ke luar kelas juga. Namun, baru sampai pintu, dia melihat beberapa temannya tengah membuli seorang gadis, pemilik rambut kepang dua dengan kaca mata bulat bertengger manis di hidungnya.
"A-aku tidak me-melakukan apa pun pa-padanya."
Gauri ingin mengacuhkan mereka, dia tidak ingin ikut campur dalam masalah orang lain, tetapi dia juga geram saat lelaki berambut merah maroon menuangkan cairan berwarna hijau ber-ulat diiringi tawa yang lain.
"Itu balasan karena kau berani membantah perintah Miss Alvanos!"
Gauri mengernyitkan kening. Alvanos adalah nama bangsawan baron, bangsawan paling rendah dan gadis yang mereka jadikan bahan bulian bangsawannya bahkan lebih tinggi dibanding dengan putri Baron Alvanos.
Ketika yang lain akan melemparkan cairan lagi, Gauri berseru, "Hentikan!"
Semua beralih padanya. Gauri mendekat dan menatap tajam pada lima orang yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Dia akhirnya tahu bahwa kelima remaja tersebut adalah tokoh sampingan dalam novel Crazy Love. Seharusnya, lima tokoh sampingan itu berbuat baik, tetapi malah sebaliknya.
"Mau jadi pahlawan?" Putri Baron Alvanos melangkah dan berdiri di hadapan Gauri, menyilang tangan di depan dada dan menaikkan sebelah alis.
Gayanya membuat Gauri mengingat sosok Hanae. "Aku tidak menjadi pahlawan, aku juga tidak tahu apa yang terjadi antara kalian. Akan tetapi, yang aku tahu apa yang kalian lakukan pada Miss Asqidboza telah melewati batas. Sebelum perbuatan kalian kulaporkan pada Miss Zaena, lebih baik kalian pergi!"
Gauri berucap dengan tanpa nada, dia menunjuk ke arah karidor panjang sebagai isyarat pengusiran, sebelum dia benar-benar akan melaporkan mereka semua.
Javasa terkekeh geli, dan menaikkan sudut bibir dengan sinis. "Kau tidak akan berani! Gorma, ke marikan cairan itu!" Javasa meminta, lebih tepatnya merebut cairan hijau tua yang ber-ulat dari tangan Gorma---lelaki yang menumpahkan cairan tersebut di atas kepala putri Count Asqydboza.
Sebelum cairan tersebut dibuka tutup botolnya, cairan hijau menjijikkan itu lebih dahulu membeku tanpa ada yang tahu sebabnya. Berselang beberapa detik, Janshen menampakkan diri dengan raut marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasy(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...