Bab 13 : Kasus Belum Terpecahkan
.
.
.JANSHEN menatap Gauri dengan saksama, pemuda itu hanya ingin memastikan bahwa sang adik tidak dirasuki penghuni Moonforest karena tak hentinya tersenyum lebar.
"Apa bibirmu tidak pegal, Gauri?"
Gauri meminum air putih, melihat kepada sang kakak yang menampilkan gurat penasaran sekaligus was-was. Kenapa semua yang ada di sekelilingnya tiba-tiba menjadi mengkhawatirkan dirinya? Bahkan Gauri sangat baik hari ini setelah bertemu langsung dengan Miss Zoyanca atas persetujuan Mr. Scorpio.
"Tidak, bibirku bahkan sangat sehat karena tersenyum seperti ini," jawab Gauri seraya melap bibir dan menyenderkan punggung.
Suasana ruang makan fantasi tidak pernah setenang malam ini. Entah mengapa mereka enggan melempar guyonan seperti biasanya. Satu hal yang pasti, bisa saja karena keberadaan si tampan dari kelas sci-fi. Tidak seperti asrama sci-fi yang lebih terang karena lentera putih, asrama fantasi lebih mengandalkan lilin.
Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring terdengar nyaring memecah kesunyian. Cecak yang merayap di dinding pun enggan bersuara, bahkan terkesan bergerak pasif saat mangsa lewat di depan mata.
"Jadi, apa kau telah mengikat perjanjian dengan hewan sihir?" tanya Janshen mengaduk bongkahan es di gelasnya.
Gauri menyelipkan rambut ke belakang telinga kanan dan kiri, sepasang anting berwarna merah menyala melekat sempurna di kedua kuping bagian bawah. Hey! Jangan salah lihat! Telitilah dengan baik, bahkan Janshen hampir tertipu jika anting merah menyala itu tidak terbang ke punggung tangan Gauri.
"Perkenalkan partnerku, Mar dan Mer."
Kedua kepik kecil yang memiliki kepak merah menyala polos, terlahir kembar dan hewan sihir pertama yang langsung mendekati Gauri tanpa pikir-pikir. Yang melihat mungkin saja menganggap kepik tersebut biasa-biasa saja, tetapi mereka hanya belum tahu apa jenis kekuatan yang dimiliki kepik merah Mar dan Mer.
"Kau serius?" tanya Janshen tak percaya.
Gauri mengangguk yakin dan meminta partnernya kembali ke telinga sebagai anting, lalu dia menyembunyikan dua ekor kepik tersebut dengan rambut panjangnya.
"Ekhem, jadi? Kenapa kau mengunjungiku malam-malam?"
Janshen menyatukan tangan di atas meja, melihat pada Gauri yang menahan kantuk. Gadis itu memang sedari tadi menguap.
"Hanya ingin melihatmu. Andaikan saja kita satu asrama, aku tak perlu mencemaskan dirimu."
"Kakak, kau pikir aku ini lemah?"
"Begitulah!"
Gauri mencibir mendengar penuturan sang kakak dan menyilang tangan di depan dada, dia menoleh ke arah lain mendapati beberapa pasang mata yang juga tengah menatap ke arahnya. Mungkin saja mereka iri melihat Gauri bisa berdekatan dengan pemuda tampan, sayangnya Gauri malah merasa penjagaan Janshen terlalu berlebihan.
"Malam besok adalah pesta debut Pangeran Ketiga, Marquess, Marchioness, dan Emily juga akan datang."
Mata Gauri seketika berbinar mendengar keluarganya akan datang. Rindunya akan terobati. Padahal, baru beberapa hari berpisah ... dia sudah merindukan mereka. Bagaimana kabar Elvish? Percayalah, Gauri sangat-sangat merindukan adiknya tersebut.
"Yang perlu kau ingat! Jangan dekat-dekat dengan lelaki, mungkin Alverd juga!"
Gauri seketika meluruh, Janshen yang dahulu abai telah berubah menjadi pengatur hidupnya. Bagaimana nanti jika dia tidak boleh berdekatan dengan lelaki, dia akan bisa menemukan pasangan? Huh ... apakah itu tidak menyebalkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasi(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...