CL 10 : Badai Jarum

2.9K 459 13
                                    

(PROMOSI)

"MERAMPAS NYAWAMU"
Cek di sebelah, yuk! Cerita fantasy bertajuk balas dendam. Udah tamat dan tata kepenulisannya Insyaa Allah baik, kok. Typonya mungkin satu atau dua ada-lah perchapter. Jumlah bab 31+prolog dan epilog.

Semoga berkenan mampir, ya. Ceritanya masih anget.

***

Bab 10 : Badai Jarum
.
.
.

"AKU tidak bisa memberikannya. Itu adalah pin berharga bagi kami sebagai anak eksra musik. Aku mau saja meminjamkannya padamu, tetapi Miss Zoyanca tahu siapa saja anak yang dibimbingnya."

     Pernyataan gadis berambut indigo membuat Gauri menghela napas berat. Pin berwarna hitam dengan gambar kulit kerang perak tersebut tidak akan dia dapatkan, jika bukan menjabat sebagai anak eksrakulikuler musik.

     "Sudahlah, Gauri! Terlalu bahaya berdekatan dengan siren," bujuk Nava membuat Gauri semakin merungut.

     Sementara Fitrani menunjukkan wajah bersalah. "Aku ingin membantumu, tetapi aku juga tidak bisa mempertaruhkan pendidikanku."

      Gauri melihat pada Fitrani. Gadis berambut indigo tersebut benar, jika dia sampai ketahuan meminjamkan pin eksra musik pada orang lain, maka harus menerima kenyataan bahwa dia diblack list dari ekstra musik. Namun, bukan Gauri namanya jika menyerah begitu saja.

      "Tidak apa-apa, Fitrani. Kau tak perlu meminjamkan pin padaku, tetapi ... boleh aku tahu kapan kalian akan latihan?"

      "Besok, jam lima sore sampai jam tujuh malam. Jangan bilang kalau kau akan mengintip dari jauh?!"

      Sorot tak percaya Fitrani muncul saat Gauri menampilkan seringai lebar. Gadis berambut putih salju itu terlalu nekat hanya karena rasa penasaran yang bercokol di hati. Apa yang spesial dari siren? Mereka hanya makhluk separuh ikan yang dianugrahi kecantikan dan suara yang merdu. Tidak ada yang terlalu istimewa dari mereka.

      Nava mengacak rambut frustrasi, gadis yang baru saja menjadi teman tersebut sangat di luar pikiran. Apakah dia tidak memikirkan apa konsekuensi yang didapat bila ketahuan mendekati wilayah siren? Ah ... sepertinya Gauri tidak memikirkan hal itu.

      "Kita lihat saja besok. Terima kasih atas waktunya, Fitrani. Aku akan kembali ke kamarku. Ayo, Nava!"

      Gauri menarik tangan Nava dengan semangat menuju kamarnya. Sementara yang ditarik hanya pasrah sembari menggerutu di dalam hati. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah besar, sedangkan dalam masalah kecil saja sudah membuat dia takut. Mungkin, jika terus bersama Gauri dia akan terkena masalah, tetapi dia juga merasa aman bersama gadis itu. Sebab, gadis berambut putih salju itu tak kenal rasa takut.

      "Kau tidak benar-benar akan mendekati Bluewish bagian siren bukan, Gau?" tanya Nava menatap Gauri yang mengunci pintu kamar.

      Yang ditanya hanya menjawab dengan senyuman picik. Tidak ada yang bisa menghentikannya selama rasa penasaran itu belum terpuaskan. Angin malam berembus masuk ke kamar saat daun jendela terbuka. Sinar remang sang rembulan menyusup masuk dan berpadu dengan cahaya lilin yang menerangi kamar Gauri.

      Nava mendekati teman barunya dan melempar pandangan ke Bluewish. Air danau yang biru terlihat beriak dan berkilau memantulkan sinar rembulan dan taburan bintang di langit. Bagian barat terlihat berkabut.

       "Kata ayahku, kabut itu tercipta dari senandung siren yang tak kesampaian."

       Kulit kening Gauri berlipat. Kalimat yang dilontarkan Nava, terdengar membingungkan, tetapi itu tak penting bagi gadis bermata biru es dengan inti hitam legam tersebut. Dia fokus pada bayangan bangunan di balik kabut tebal di barat Bluewish.

Crazy Love (Tamat n Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang