Bab 34 : Kunci untuk Hati
.
.
.KENANGAN terburuk adalah saat orang yang disayangi berkhianat dan mati di tangan. Bersalah sekaligus puas, itulah yang berpadu dalam hati. Gauri memandangi duplikatnya, mengingat kejadian di mana dua nyawa telah hilang karena dirinya membuat kepala berdenyut pusing.
Walau telah mengetahui siapa dirinya, perilaku Janshen sama sekali tak berubah, demikian juga dengan Pangeran Arthur.
"Melelahkan!"
Nava menatap Gauri yang sedari tadi menatap cermin, tak ada respon atau bahkan gadis itu malah terus bergeming. Diam-diam Nava menghela napas curiga. Pasti sahabatnya memikirkan lenyapnya Havella dan Alverd yang dirumorkan memiliki Dark Magic.
Namun, Nava tak akan menanyakan apakah sang sahabat memikirkan hal tersebut atau tidak. Dia hanya ingin Gauri merasa baik-baik saja dan menghiburnya.
"Cermin oh cermin, siapakah wanita paling cantik di dunia ini?"
Berhasil, Gauri tertawa kecil dan menyenderkan punggung walau tak beralih menatap cermin di hadapan. Setidaknya sudah ada pergerakan.
"Nav, apakah aku ini spesial?"
Pertanyaan Gauri mengundang kerutan kening Nava, lantas gadis berkaca mata bulat itu turun dari ranjang, berjalan ke arah Gauri dan ikut memandangi duplikat sang sahabat. Dia tersenyum, lalu menepuk kedua pundak Gauri.
"Ya, kau sangat spesial. Dan, Gauri, semua orang itu pada hakikatnya spesial dengan caranya sendiri. Bagi kita mungkin biasa, tetapi penilaian orang lain mana kita tahu, 'kan?"
Gauri mengangguk, lalu menepuk punggung tangan Nava yang berada di pundaknya dengan lembut. Tersenyum pada duplikat Nava. Persahabatan, walau mereka bertemu beberapa bulan lalu di Moonlight Academy, setidaknya itu cukup membuat mereka saling terikat.
"Kau sudah memilih pakaian untuk pesta naik tingkat Moonlight Academy?"
Gauri mengangguk dan menunjuk gaun putih kebiru-biruan yang memiliki glitter biru laut, gaun panjang nan bertingkat persis gaun yang dikenakan Cinderella, gadis dongeng yang pernah Gauri tonton di kehidupan sebelumnya, hanya beda bagian warna.
"Key yang memberikannya, dia sangat baik," ungkap Gauri yang tak sadar telah memuji Rambut Api.
Nava menatap sekilas salju yang turun lewat jendela kamar yang terbuka. "Sepertinya kau akan memilih Duke Key daripada Pangeran Arthur."
"Tentu saja!" sahut Gauri pasti pada pilihannya.
Nava hanya diam menatap duplikat dirinya yang tersenyum miring, dia itu cantik, tetapi memilih gaya yang sering diperolok teman-temannya. Bukan tanpa alasan, Nava ingin mencari teman yang tulus menerimanya seperti Gauri, juga sosok pemuda yang mencintainya apa adanya. Bukan karena kecantikan yang dia miliki.
"Sebaiknya kita bergegas mandi atau peri yang diminta Miss Beauty datang!"
Nava mengangguk cepat dan pamit ke kamarnya meninggalkan Gauri yang segera membersihkan diri. Mendadak dia gugup membayangkan berdansa dengan Key, padahal belum tentu pemuda itu akan datang ke pesta karena tugas sebagai duke telah menumpuk.
Gauri juga tidak yakin dia bisa berdansa, jadi dia mempraktikkan dengan memeluk bantal guling. Sementara tubuhnya masih terbalut handuk.
"Ah, kau gila, Gauri!" ucapnya melempar guling ke kasur, tersenyum simpul dan menangkup wajah, menggelengkan kepala mengenyahkan wajah tampan Key yang bermain di kolong imajinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Tamat n Revisi)
Fantasi(Dalam Masa Revisi Tanda Baca dan Typo) Blurb Siapa yang lebih hina? Sang budak cinta atau malah sang pujaan? Apa yang membedakan dia dengan budak cinta, jika bertangan besi? Sepele, tetapi menyiksa. Kenangan hanya tinggal kenangan, sebagai pelengka...