Bab V

2.3K 184 47
                                    

Para siders di harapkan muncul.

Woy! Plagiat dilarang mendekat 🚫
udah gue kasih palang nih 🚧

Nekat gue giles, ya.

Jgn lupa VoteComentShare

One vote, comment, and share means a lot to this story







Happy Reading

Rumah Sandra—Mama Satria sudah ramai dihadiri banyak orang. Untuk acara syukuran Ansel yang ke tujuh, tante Aretha itu menggelar syukuran kecil-kecilan untuk cucu pertamanya.

Aretha membekap mulutnya ketika bau-bau santan serta rendang menyergap indera penciumannya. Ah, sepertinya akhir-akhir ini ada yang aneh dengan hidungnya.

"Wiuh! Pengantin baru, nih!"

Niko—anak tertua dari Sandra berucap sambil membawa bayi kecil yang bernama Ansel.

"Rafa, ya?" Rafa menganggukkan kepalanya sambil menyalimi kakak sepupu Aretha. "Jarang ketemu, jadi kayak nggak kenal. Denger-denger jadi pilot."

"Alhamdulillah, iya Bang."

Aretha menepuk bahu Rafa sembari membekap mulutnya. Dirinya sudah tak tahan kali ini.

"Bentar, Bang."

Aretha berlari mencari kamar mandi yang langsung disusul oleh Rafa. Wanita itu memang masih seperti anak kecil yang tak memikirkan jika wanita itu bisa saja terjatuh.

"Jangan lari-lari! Kalo kamu nggak kuat muntahin aja di tangan, kalo kena lantai aku bersihin nanti."

Rafa memijat tengkuk Aretha perlahan. Wanita itu masih setia memuntahkan isi perutnya, meskipun tak ada sesuatu pun yang keluar di dalamnya.

"Biasanya morning sick pagi, Tha. Kamu alergi cium bau apa gimana?" tanya Rafa. Aretha menggelengkan kepalanya lemas. "Aku ambilin minum dulu."

"Ikut."

"Lho-lho! Aretha kenapa?"

Mereka semua langsung merasa heran ketika wajah Aretha sudah pucat, dengan bulir-bulir keringat yang membasahi dahi wanita itu.

"Ini minum dulu."

Aretha langsung mengambil gelas yang disodorkan oleh ibunya kemudian meminumnya hingga tandas.

"Sakit apa, Dek?" tanya Rio sambil mengusap kepala Aretha.

"Dapet ponakan Bang bentar lagi," jawab Rafa sambil mengusap kepala Aretha.

"Lah, iya?! Aretha hamil?!" tanya Satria dengan wajah kaget. Rafa tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. "Bocil bisa buat bocil, ya."

Tangan Ansel menepuk kepala Satria membuat semua anggota keluarga langsung tertawa dibuatnya.

"Lihat, itu! Nggak boleh ngomong kayak gitu sama Ansel," ucap Sandra sambil tertawa.

"Jangan ngomong aneh-aneh, Om!" ucap Revan sambil mengacak-acak rambut adiknya.

"Ke atas kalo nggak, Dek? Nggak usah ikut acara dulu," ucap Rio sambil memperhatikan adiknya yang sudah lemas.

"Kok ya nggak ngomong. Udah berapa minggu?" tanya Hendra sambil mengusir Rio agar menyingkir.

"Papa kenapa?! Kursi masih banyak, jangan gusur Rio!" ucap Rio tak terima.

"Udah jadi Om jangan kayak anak kecil," ucap Sandra sambil menahan tersenyum geli.

"Berapa minggu, Raf?"

"Nggak tau, Pa. Orang Rafa kemarin masih di Kalimantan, terus Rafa video call Aretha malah dianya muntah-muntah."

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang