Bab XXX (END)

2.2K 213 69
                                    

Heyo! Kayaknya gue gencer banget update, ya.

Idenya ngasap di kepala nih? Setelah ini Mau buat cerita Altas dengan konflik yang ehem, atau cerita uwu-uwuan?

نَصْرٌ مِّنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ

Oke, readers. Yang sempet dapet notif nggk bsa di buka siapa?

Yang baru baca setengah udh ilang ada?
😶😂😂😂

Happy Reading



"Papa? Papa kenapa nggak pernah main ke rumah?"

Altas menatap tajam ke arah Nando yang dengan beraninya mengucapkan hal tersebut. Memangnya Rafa ayah siapa?

"Papa ada kerjaan banyak, sayang. Jadi nggak bisa sama Nando terus," jawab Rafa.

"Tapi sama dia bisa!" jawab Nando sambil menatap sengit ke arah Altas yang sibuk memeluk ibunya di brangkar.

"Karena itu Papa aku! Kamu, 'kan nggak punya Papa!" jawab Altas dengan intonasi tinggi.

"Kakak ... nggak boleh ngomong kayak gitu. Katanya mau jadi anak baik," ucap Aretha.

"Aku tinggal sebentar ya, sayang." Rafa mengusap kepala Aretha. "Altas sama Nando mau ikut?"

"Nggak mau!" jawab anak laki-laki itu serempak.

"Yaudah. Nanti Papa beliin es krim, ya."

Setelah kepergian Rafa, Aretha masih tersenyum geli melihat interaksi antara Nando dan Altas. Mereka salin melempar tatapan menusuk satu sama lain. Entah kemana ibu anak tersebut menghilang sekarang.

"Ibu ke mana, Ndo? Kok bisa sampe ke sini?" tanya Aretha memecah keheningan.

Nando menatap tajam ke arah Aretha. Tapi entah kenapa ada tatapan sendu dibalik mata bundar itu.

"Sini, sayang. Kenapa duduk di situ." Aretha menepuk-nepuk ranjang sebelah kirinya.

"Jangan, Ma!" ucap Altas tak terima.

"Nggak papa, kak! Kakak, 'kan, udah di samping Mama. Kasian kalo Nando di sana sendiri," ucap Aretha. "Sini, sayang!"

Nando berjalan ke brangkar, kemudian merangkak naik ke samping Aretha. Altas buru-buru memeluk ibunya dengan sangat erat, membuat Nando menatap sedih interaksi mereka.

"Kok bisa sampe sini kenapa? Mau jalan-jalan, ya?" tanya Aretha sambil mengusap kepala Nando.

"Mama ... tiap hari pergi. Nggak tau kenapa. Kadang-kadang Nando di tinggal sendiri di rumah sama Bibi. Tiap pulang malem banget. Nggak sempet jemput Nando ke sekolah. Kadang Nando pengen Papa Rafa dateng, temenin Nando. Tapi Papa Rafa nggak pernah dateng. Dulu sewaktu ada Papa, Mama baik banget sama Nando."

"Maksudnya Nando apa?"

"Kata Mama-"

"Wah! Udah berani ngadu sekarang, ya!"

Mereka terkesiap ketika suara Lina masuk ke indera pendengarannya.

"Mama?"

"Sampe mana kamu bongkar-bongkar rahasia, Ndo? Sampe mana?!"

Lina menarik lengan Nando agar turun dari brangkar Aretha. Wanita itu menatap tajam anaknya, hingga Nando menundukkan kepalanya takut.

"Kamu nggak inget kalo mereka yang renggut Papa kamu, hah?! Nggak inget?!"

"Tapi mereka baik, Ma. Nggak sejahat yang Mama bilang," ucap Nando dengan linangan air mata.

Aretha turun dengan tertatih-tatih ke arah Nando yang sesenggukan karena takut akan ibunya. "Lin, itu anak lo jangan kayak gitu. Kasihan masih kecil," ucap Aretha.

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang