Bab XIV

1.9K 167 24
                                    

"Papa kamu itu memang egois ya, Al. Masa nggak nelpon Mama sejak tiga hari yang lalu. Sekingkuh kali." Aretha menutup matanya ketika kaki Altas mengenai wajahnya. "Kamu belain Papa, ya. Ya udah ... Altas Mama tinggal di sini sendiri. Biar dibawa tikus."

Bayi laki-laki itu menangis sangat keras ketika ibunya hendak membuka pintu. Namanya Aretha, wanita itu bukannya menghampirinya anaknya malah kian mengusili bayi mungil yang menangis di tempat tidur.

"Ya Allah Aretha! Altas kamu apain?!" Erika langsung membuka pintu kamar dan melihat cucunya yang berlinang air mata. "Dasar! Altasnya Mama bawa kalo kamu gituin. Punya anak bukannya dirawat malah dijahilin. Heran Mama! Kalo jatuh gimana?!"

"Tadi Mama nakal, ya? Mau ke rumah nenek nggak, hm? Nggak usah sama Mama." Erika menggendong Altas yang tangisannya sudah mulai mereda. "Kamu makan sana kalo mau makan!"

Aretha menganggukkan kepalanya patuh. Perutnya juga minta diisi sekarang. Mumpung Altas bersama ibunya, wanita itu langsung menjelajah seisi dapur.

"Weh Mama muda! Anak lo di mana?"

Aretha menatap datar ke arah sepupunya. Kenapa laki-laki itu bisa berada di rumahnya. "Lo kok bisa masuk? Padahal udah gue bilangin ke satpam buat ngelarang lo masuk."

"Sialan lo, ya!" Satria menepuk bahu Aretha membuat piring wanita itu hampir terjatuh. "Gue buatin sekalian!"

"Ogah! Awas! Ganggu aja!"

Aretha membawa semangkuk spaghetti ke depan televisi. Wanita itu menatap datar Satria yang masih saja mengikuti dirinya. "Bang! Lo kalo mau di sini jangan ngikutin gue! Risih tau nggak?!"

"Siapa yang ikutin lo?! Pede sekali anda!"

"Assalamu'alaikum!"

Aretha menolehkan kepalanya ketika suara Rafa menyambut indera pendengarannya. "Itu! Papa siapa yang udah pulang?"

Aretha kembali memutar kepalanya ketika kini suara ibunya yang kembali menyapanya.

"Tha, lo setuju sama gue nggak?"

"Maksudnya?"

"Semenjak ada Altas mak-mak tua sering cuekin kita, ya? Mama gue, bunda, Papa, semua dah!"

"Sini-sini lo gue pulek!" Aretha memeluk Satria dengan sangat erat membuat Rafa berdehem dengan sangat keras.

"Awas! Dikira gue naksir sama lo lagi." Satria mendorong tubuh Aretha hingga pelukan sepupunya itu bisa terlepas darinya. "Berangkat jam berapa kok udah sampe jam segini, Raf?"

"Subuh tadi."

Rafa berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Aretha. Hal tersebut menimbulkan tanda tanya besar dari Satria dan Erika.

"Kamu berantem sama Rafa, Tha?"

"Enggak, Ma. Siapa yang berantem?"

"Kalo nggak berantem susulin, lah. Suaminya pulang bukannya disambut malah di cuekin."

"Masih makan ini, Ma! Lagian kayak bupati aja pake acara di sambut!"

"Dasar istri nggak peka!" Satria menggeplak kepala belakang Aretha membuat wanita itu langsung melempar bantal sofa ke arah sepupunya.

"Pergi sana!"

"Cepetan! Nggak usah ladenin Satria." Dengan membawa mangkuk, wanita itu langsung menyusul Rafa yang sudah berada di kamar atas.

—oOo—

Oke, fine! Kenapa suaminya sangat-sangat lama jika mandi kali ini?! Bahkan Altas kini sudah berpindah di tangannya.

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang