Bab XXV

1.2K 133 23
                                    

Nih, cuitan dari Rafa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

So

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

So ... Capek Rafa di salahin katanya. Hiks🤧🤧🤧

Oke, mari kuras² kuras emosi
Baca sampe akhir mo tanya gue



Happy Reading

Paginya, mereka benar-benar tak berbicara jika tidak menyangkut hal-hal yang sangat penting. Seperti sekarang ini, Altas sudah tertidur setelah diberi obat, mereka hanya berdiam diri di satu ruangan tanpa melakukan pembicaraan.

Tetapi, ketika Aretha hendak membuang bekas makanan Altas, Rafa langsung menahan lengannya. "Aku minta maaf."

Aretha memperhatikan suaminya yang raut wajahnya sendu. Wanita itu tersenyum sebagai balasan.

"Aku mau buang ini, Raf."

"Tha ...." Lagi, Rafa menahan tangan Aretha. "Aku tau aku salah, aku minta—"

"Its okay. Bagiku Lina itu nggak ada apa-apanya di mata kamu, aku tau. Aku percaya kamu nggak selingkuh, tapi dia," Areta menunjuk Altas yang tertidur pulas di brangkar rumah sakit, "dia krisis kepercayaan sama kamu, Raf."

Rafa mengendurkan cekalannya membuat Aretha langsung keluar dari ruangan.

Memang benar, di sini yang paling tersakiti Altas, bukan Aretha. Anak yang tak berdosa itu menjadi korban akibat perbuatannya selama ini.

"Mama ...."

Altas terbangun ketika Rafa mengusap kepala anak tersebut.

"Mama lagi keluar, sayang. Altas mau apa? Nanti Papa ambilin," ucap Rafa.

Altas menggelengkan kepalanya. Anak tersebut menangis dengan kencang ketika tidak ada Aretha di sampingnya. "Hei! Papa di sini! Ayo Papa gendong!"

"Mama ...."

"Lha kenapa nangis? Papanya di samping Al gitu. Katanya mau ketemu sama Papa. Al katanya kangen," ucap Aretha sambil menggendong Altas. "Al mau apa, sayang?"

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang