Aretha menidurkan putranya yang terlelap ke kamar yang dulunya ia tinggali jika menginap di rumah sang kakek. Laki-laki yang dulunya sangat-sangat ia sayangi setelah kedua orang tuanya, dan kakaknya.
Laki-laki yang telah meninggalkan dirinya sesaat setelah dirinya meminta maaf.
Ceklek
Buru-buru Aretha menghapus air matanya ketika pintu ruangan tersebut terbuka. Dari parfum yang tercium di hidungnya, dia adalah suaminya.
"Tha ...."
Altas menggeliat membuat Aretha bernafas lega. Setidaknya laki-laki itu tak merecoki dirinya dengan sebuah alasan yang kali ini tak ingin ia dengar.
Aretha menepuk-nepuk punggung anaknya hingga bayi tersebut kembali terlelap.
"Tha ... dengerin aku du—" Ucapan Rafa terhenti ketika ponselnya berdering.
"Halo." Rafa terdiam sesaat. Telinga Aretha pun ikut siaga meskipun gerak-geriknya seperti orang acuh. "Gue ke sana sekarang."
"Tha ...." Rafa mendekati Aretha yang masih setia membelakangi dirinya. "Aku ada tugas. Aku tinggal bentar nggak papa, 'kan?"
Air mata Aretha menetes. Buru-buru wanita itu langsung menghapusnya.
"Aku janji bakal pulang malam ini. Kamu jaga diri baik-baik, ya. Kalo ada apa-apa, hubungin aku."
"Aku berangkat." Rafa mengusap kepala Aretha kemudian langsung meninggalkan Aretha yang menangis terisak-isak di dalam kamar.
"Kenapa kamu harus pentingin tugas disaat aku lagi sedih, Rafa?"
—oOo—
Rafa termenung sembari menatap lurus ke arah cup kopi hitam yang sudah tak panas sekarang. Menunggu pesawat kembali take off, pikirannya melalang buana memikirkan istrinya yang berada di Indonesia.
"Kapten." Rafa menoleh ketika pramugarinya dengan berani duduk di sampingnya. Bukan apa-apa, hanya saja sebelumnya dirinya tak saling kenal. "Kok melamun, capt? Bentar lagi take off, lho."
Rafa hanya melirik perempuan itu sekilas. "Singapura bagus ya kalo sore hari?"
"Ya."
"Saya dengar hari ini kapten libur, tapi disuruh gantiin tugas temen, ya?" tanya pramugari tersebut.
"Ya."
"Enak kapten Arya, di rumah. Kita jadwal terbangnya hari ini nggak nginep, capek di jalan. Besok kapten Arya tinggal penerbangan domestik, bisa rehat juga."
Rafa melirik kawan maskapainya itu dengan pandangan menyelidik. Tak biasanya wanita itu berbicara panjang dengan dirinya. "Kamu mau jelekin kapten? Hasut saya supaya benci sama dia karena ganggu waktu libur gitu?" tuduh Rafa.
"Bukan seperti itu, capt!"
Rafa mendengus. Dirinya selalu tak suka dengan perempuan yang terang-terangan mendekati dirinya. Bukannya sombong, hanya saja perempuan selalu berharap lebih jika kita memberinya perhatian.
Sebelum wanita itu mengutarakan tujuan pembicaraannya tadi. Co-pilot menghampiri mereka dan menginteruksi untuk prepare sebelum pesawat lepas landas.
—oOo—
Hari yang benar-benar melelahkan. Masalah datang bertubi-tubi seakan membordir dirinya untuk segera diselesaikan. Lelah batin dan juga lelah fisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me Aretha (Republish)
Teen FictionBuruan baca sebelum gue apus🥴🥴🥴 Private acak, follow sebelum baca‼️‼️ Sequel My Perfect Hubby Ternyata kebahagiaan itu tidak harus tersusun sempurna. Bahkan pernikahan karena tidak sengaja pun bisa mendatangkan kebahagiaan baru. Gimana ya, jika s...