Bab XV

2K 184 59
                                    

Bulan demi bulan berganti, tanpa sadar, usia Altas kini sudah menginjak tiga bulan. Altas kini sudah bisa miring, tengkurap, menirukan suara-suara, bahkan merespon ibu atau ayahnya ketika sedang berbicara.

"Baju aku di mana, Tha?"

Aretha menolehkan kepalanya ketika Rafa keluar hanya menggunakan celana sepaha dengan bertelanjang dada.

"Ao ... ao!" Altas menghentakkan kakinya ke udara dengan semangat.

"Eh! Jangan miring dulu!" Aretha membalikkan badan Altas ketika bayi itu bergerak semaunya ketika hendak memakai baju.

"Jangan di atas, Rafa! Anak kamu lihatin dongak-dongak!"

"Kenapa lihatin, Papa? Papa ganteng, ya?" Rafa mengacak-acak rambutnya hingga tetesan air mengenai wajah Altas.

"Kamu nggak usah jahil, Raf! Kena kasur semua airnya!"

"Anaknya Papa, ya! Heem!" Rafa mendekatkan rambutnya hingga mengenai kepala Altas. Bayi laki-laki itu menendang-nendang hingga bedak yang berada di sampingnya terjatuh.

"Tuh, 'kan! Beresin itu, Raf! Awas kalo aku udah selesai mandi belum beres, ya!"

—oOo—

"Bi, nanti kalo ada Mama bilangin kalo Aretha mau ngambil ijasah gitu, ya." Aretha memasukkan botol susu ke dalam tasnya, kemudian langsung memakai sepatu.

"Iya, ndok."

"Kalo gitu, Aretha berangkat, ya Bi! Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumussalam."

Aretha melebarkan matanya ketika tangannya baru saja membuka pintu mobil, langsung disuguhkan dengan pemandangan anaknya yang diuyel-uyel oleh Rafa.

"Ya Allah! Rafardan Athala Diandre! Itu anak kamu, kamu apain?!"

Rafa tertawa kemudian menyerahkan Altas ke istrinya. "Kenapa? Cuman bercanda juga."

"Lain kali nggak bakal aku kasih ke kamu, ya!"

"Aku Papanya, Tha! Aku punya hak atas Altas," jawab Rafa tak terima.

"Hak apa? Hak nguyel-nguyel gitu?!" ucap Aretha malas. "Nih! Lihat tuh! Topinya sampe kena ke mata!"

"Biarin ya ganteng." Rafa mencium pipi gembul Altas membuat bayi tersebut menggeliat.

"Dih, ngapain cium-cium Altas, ya? Papa bau ya, sayang. Jangan mau dicium-cium," ucap Aretha.

"Owh ... Mamanya cemburu nih! Minta dicium, hm?"

"Siapa yang cemburu coba?! Kalo kamu iya, aku nggaklah!"

Cup

"Biar nggak ngedumel."

Aretha membelalakkan matanya ketika Rafa malah melumat bibirnya. Di depan anaknya lagi. Wanita itu memukul punggung Rafa, tapi suaminya itu masih enggan melepaskannya.

Hingga beberapa detik suara Altas akhirnya membuyarkan kegiatan mereka. Bayi tersebut kemudian mengoceh tidak jelas, seolah memarahi kedua orangtuanya.

Aretha dan Rafa saling lirik kemudian tertawa ketika melihat tingkah Altas tersebut.

"Ululu ... ngomel anak Mama," ucap Aretha sambil menoel pipi Altas.

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang