"Raf, nggak mau mampir dulu?"
Rafa menatap Lina datar. Wanita ini memang benar-benar tak memiliki rasa malu. Setelah apa yang terjadi, ia masih menganggap semua masih sama.
"Gue nggak bi—"
"Pa ... Papa sini dulu, ya. Sama Nando." Nando memeluk kaki Rafa dengan sangat erat. "Waktu itu Papa bilang bakal ajak Nando liburan. Tapi Nando nggak papa nggak diajak, asalkan Papa nginep di sini. Sehari aja, Pa."
Rafa mensejajarkan tingginya dengan tinggi Nando. Laki-laki itu mengusap kepala Nando sambil tersenyum.
"Kapan-kapan Papa bakal nginep kok. Tapi hari ini nggak bisa, jagoan. Kasian Altas di rumah kalo di tinggal."
"Ayolah Pa ...."
"Kamu ikutin aja dulu, nanti kalo dia udah tidur terserah."
Rafa menghembuskan nafasnya pelan, kemudian menganggukkan kepalanya.
Nando berseru senang, kemudian langsung mengajak Rafa untuk masuk ke kamarnya dulu bersama sang ayah.
Di kamar ini, sangat-sangat berbeda dengan kamarnya dengan Aretha. Walaupun profesi Arya dan dirinya sama-sama pilot, di kamar ini semuanya di desain memiliki keterkaitan dengan penerbangan.
Beda dengan kamarnya yang lebih terlihat feminim karena kehadiran Aretha.
"Papa usap-usap kepala Nando, ya."
Rafa tersenyum dan langsung melakukan ucapan anak tersebut. Lina datang dengan membawa sebotol minuman dingin ke hadapan Rafa.
"Di minum dulu. Sebelum kamu pulang," ucap Lina.
Tanpa rasa ragu, Rafa langsung menegak minuman tersebut hingga tandas. Semula tak terjadi apa-apa, hingga akhirnya kepalanya seperti berputar dan akhirnya Rafa terlelap di alam mimpi.
—oOo—
"Arrgh!"
Rafa mengerang ketika kepalanya serasa ditusuk-tusuk di bagian belakang. Laki-laki itu menolehkan kepalanya ketika mendengar suara isak tangis seseorang.
"T-tega kamu, Raf. Apa salah aku sama kamu? Kenapa kamu kayak gini ke aku?!"
Rafa mengernyitkan alisnya bingung. "Maksud lo apa, hah?! Gue pingsan karena minuman lo, dan lo tiba-tiba nangis kaya—"
"Kamu nggak inget?! Kamu udah perkosa aku tadi, Raf! Aku udah cegah kamu, tapi kamu udah kesetanan. Bahkan kamu sampai nampar pipi aku."
Rafa langsung berdiri dati tidurnya. Kepalanya benar-benar pusing sekarang. Apa yang sebenarnya ia perbuat tadi? Kenapa dirinya sama sekali tak mengingat.
"Lo kalo ngomong jangan sembarangan, Lin! Gue sama sekali nggak nyentuh lo!"
"Tapi ... lihat pakaian kamu. Aku harus jelasin kayak mana biar kamu percaya, Raf? Setelah aku kasih minum ke kamu, aku ke belakang. Tiba-tiba kamu peluk aku, dan maksa aku buat ke sini."
Lina mengeratkan selimutnya agar tubuhnya yang polos tidak terekspos di depan Rafa. "Kalo kayak gini, sama aja aku selingkuhin Arya, Raf. Jangan mentang-mentang kamu marah sama kamu karena minta tanggung jawab, kamu balas dendam dengan cara ini."
Rafa buru-buru memakai celana dan bajunya. Dirinya benar-benar merasa heran ketika ia hanya mengenakan celana bokser sekarang.
"Terserah, Lin! Terserah! Gue harap lo nggak akan pernah muncul di hidup gue lagi," ucap Rafa sebelum meninggalkan ruangan tersebut.
—oOo—
"Udah pulang, Raf? Kok lama banget?"
Aretha turun dari undakan tangga tanpa mengalihkan pandangannya dari sang suami. Tanpa disangka-sangka, Rafa langsung memeluk tubuh Aretha dengan sangat erat membuat wanita itu kebingungan.
"Maaf, Tha. Maaf." Aretha mengernyit alisnya ketika melihat kelakuanku janggal Rafa. Yang membuatnya lebih terkejut, tubuh suaminya bergetar. Laki-laki itu menangis. "Maafin aku, sayang."
"Kamu ini kenapa?" Aretha berusaha menguraikannya pelukannya. Usahanya gagal ketika Rafa kian mengeratkannya. "Kalo ada apa-apa cerita. Ada masalah, ya?"
Rafa menggelengkan kepalanya. Laki-laki itu tetap menangis sembari memeluk Aretha dengan sangat erat. "K-kamu jangan pernah pergi dari aku, ya. Jangan tinggalin aku sendirian lagi. Cukup waktu itu kamu sampe koma, kali ini jangan lagi."
"Stay here ...."
Mendengar nada putus asa dari Rafa entah kenapa hatinya sedikit bergetar. Ada apa dengan suaminya? "Kamu kenapa? Cerita sama aku. I will listen to you."
Rafa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Oke, kalo kamu nggak mau cerita. It's okay. Aku bakal dengerin cerita kamu, kapan pun dan di mana pun. Oke. So ... jangan nangis lagi, lah .... Semua pasti bakal baik-baik aja."
Aretha menguraikan pelukannya dengan Rafa. Wanita itu mengusap air mata suaminya yang masih menetes. "Senyum dong. Smile! Gantengnya biar tambah."
Rafa tersenyum, dan kembali memeluk Aretha dengan sangat erat. Setidaknya kali ini, ada Aretha yang menghiburnya.Ya Allah ... jangan pisahkan aku dengan mereka ....
Bersambung
Ya Allah authornya jhd banget 😭😭😭😭
Ada aksi, ada reaksi bukan? So ... Apa yg akan kalian tunggu wahai Refidelsa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me Aretha (Republish)
Teen FictionBuruan baca sebelum gue apus🥴🥴🥴 Private acak, follow sebelum baca‼️‼️ Sequel My Perfect Hubby Ternyata kebahagiaan itu tidak harus tersusun sempurna. Bahkan pernikahan karena tidak sengaja pun bisa mendatangkan kebahagiaan baru. Gimana ya, jika s...