Bab XXI

1.4K 178 55
                                    

Yuhu double update nih!!!

نَصْرٌ مِّنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ

I hope you like this part

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G

"Ngapain jauh-jauh pesen tiket pesawat kalo akhirnya cuman tiduran nggak jelas kayak gitu?"

Rafa bertanya sambil terus mengayunkan tangannya agar Altas terlelap. Laki-laki itu harus menggantikan peran sang ibu dikarenakan Aretha benar-benar mabuk udara dan tak bisa bangun.

"Kamu diem bisa nggak?" ucap Aretha lirih.

Setelah dirasanya Altas tertidur pulas. Barulah Rafa meletakkan anaknya di karpet berbulu yang berada di bawah.

"Pusing apa mual?" Rafa mengusap kening Aretha perlahan.

"Altas mana?" tanya Aretha mengabaikan pertanyaan Rafa.

"Di bawah. Kalo taruh di atas jatuh dia." Rafa membuka kopernya, kemudian mengeluarkan kotak obat yang selalu ia bawa jika dalam bertugas. "Di minum."

"Aku nggak papa, Raf. Capek aja," jawab Aretha.

"Aku nggak papa, Raf. Cuman capek aja. Teler iya," tiru Rafa kemudian langsung memasukkan obat ke dalam mulut Aretha. "Lagian kamu berani banget ngajak Altas naik pesawat untuk yang pertama kalinya. Kenapa nggak bilang, sih?!"

Rafa menarik pipi Aretha gemas. Wanita itu menepis tangan suaminya, kemudian memeluk tubuh Rafa dengan sangat erat.

"Berisik! Aku mau tidur," ucap Aretha berusaha memejamkan matanya.

"Serius ini aku punya dua bayi?" Aretha tak menanggapi ucapan suaminya. Wanita itu benar-benar menikmati usapan tangan Rafa pada punggungnya.

Merasa nafas istrinya mulai teratur, laki-laki itu sedikit melonggarkan pelukannya, kemudian menyelimuti istrinya agar tak kedinginan.

"Sleep tight, sayang."

—oOo—

Aretha membuka matanya perlahan-lahan. Wanita itu mengernyitkan alisnya ketika melihat ke arah kaca jendela langit sudah gelap.

Ceklek!

Pintu hotel terbuka, muncullah suami serta Altas yang berada di gendongan laki-laki itu.

"Masih mual?" Aretha menggelengkan kepala. "Pusing?"

"Sedikit."

Rafa meletakkan kresek yang ia bawa, kemudian mendudukkan Altas di karpet bawah.

"Ma ... ni!" Altas tersenyum sambil menunjukkan sebuah robot yang menari-nari di karpet.

"Beli sama Papa, ya?" Altas tak menanggapi pertanyaan ibunya. Bayi tersebut kini telah sibuk dengan dunianya.

"Makan dulu, ya?"

Aretha mencegah Rafa yang hendak beranjak darinya. Wanita itu memeluk tubuh suaminya dengan sangat erat membuat Rafa menghela nafas. "Mulai! Kamu telat, ya? Manja banget!"

"Sembarangan!" Rafa menghirup dalam aroma tubuh suaminya. Bahkan Rafa sedikit menghindar ketika Aretha menyenggol titik sensitifnya sekarang.

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang