Bab X

2.3K 187 50
                                    

Jangan lupa VCShare, Ref!!!

Sorry buat yang nggak kubales komennya, notif numpuk. Bingung ak carinya.

Thankyou karena kalian udah feedback cerita ini

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G







Aretha menuruni undakan tangga sembari memegang toples yang kini sudah tak berisi lagi. Setelah kejadian di mana dirinya dan Rafa bertengkar, ia langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci kamar tersebut agar suaminya itu tidak bisa masuk.

Aretha mendesah kesal ketika dirinya lupa jika ia sudah menyuruh bi Rumi untuk kembali pulang selama Rafa berada di rumah. Wanita itu berdecak ketika dirinya juga melupakan fakta bahwa bi Rumi ia suruh untuk tidak memasak hari ini.

Wanita itu membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan yang ia gunakan untuk memasak nantinya. Untungnya dirinya dulu selalu patuh kepada Mamanya jika diusir untuk memasak. Jika tidak, mungkin dirinya akan kelaparan hari ini.

Di saat Aretha sedang sibuk memotong-motong sayuran yang akan ia buat capcay. Rafa menyandarkan tubuhnya di tembok sambil memperhatikan istrinya yang sedang memasak. Laki-laki itu sama sekali tak mengalihkan pandangannya hingga beberapa menit dari istrinya.

Beberapa menit kemudian, semua telah tersaji sempurna di meja makan. Ketika kepala Aretha mendongak, wanita itu menemukan Rafa yang bersandar di tembok sedang memperhatikan dirinya.

Laki-laki itu gelagapan. Bahkan Rafa hendak berlalu sebelum Aretha mencegahnya. "Mau ke mana? Makan, sini. Aku yakin kamu belum makan dari tadi."

Dengan canggung Rafa melangkah ke meja makan. Aretha mengambilkan nasi ke dalam piring Rafa, kemudian menyodorkannya ke laki-laki itu.

Fine! Meja makan kali ini sangat-sangat canggung tanpa percakapan sama sekali dari pasutri itu. Bahkan setelah suapan nasi terakhir masih tak ada satu pun percakapan yang terjadi.

Baru ketika Aretha hendak mencuci piring, Rafa mencegahnya. "Nggak usah dicuci. Kamu istrihat. Biar aku yang cuci."

Aretha menghela nafas, kemudian menganggukkan kepalanya. Jujur, Aretha lebih suka mereka bertengkar, kemudian saling memaafkan. Dari pada perang dingin tanpa kepastian.

—oOo—


Hujan mengguyur komplek perumahan Rafa hari ini. Kebetulan jam kuliah Aretha juga kosong, jadi dirinya bisa bersantai untuk sementara waktu.

Aretha mengusap perutnya sambil memandangi rintikan air hujan yang berada di pekarangan rumah mereka.

"Sebenarnya Papa apa Mama yang egois, Nak?" Aretha menghela nafas panjang.

Tiba-tiba matanya menangkap seekor kucing kecil yang berada di tengah guyuran hujan. Aretha berdiri, dan tanpa memperdulikan keadaannya Aretha langsung mengambil kucing tersebut.

"Anak kucing yang malang. Di mana indukanmu, manis!"

Aretha tak menyangka akan ada kucing yang berbulu lebat di sekitar rumahnya. Sebenarnya milik siapakah kucing ini.

Aretha mendongakkan kepalanya ketika tubuhnya tiba-tiba tak lagi merasa basah. Rafa. Laki-laki itu berada di atasnya sembari membawa payung untuknya.

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang