Bab XXXI

1.4K 159 30
                                    

Rafa menatap figura foto istrinya yang terpampang di kamarnya. Sudah beberapa tahun yang lalu, tapi kejadian itu masih segar dan membekas di ingatan. Kejadian yang membuat jantungnya berdetak tidak normal.

Bahkan kesedihannya masih terasa sampai sekarang. Sampai kapan dirinya bisa melupakan kejadian masa lalu?

Rafa turun dari undakan tangga. Senyumannya terukir hingga mata laki-laki itu menyipit. Rumahnya, tak lagi hanya berdua. Setiap hari selalu saja ada kekacauan yang mengawali pagi harinya.

"Pagi sayang." Rafa mencium bibir Aretha singkat. Wanita itu mendengus ketika suaminya tidak tahu tempat ketika menciumnya.

"Kamu nggak ada flight, Pa?"

"Ambil cuti," jawab Rafa sambil memeluk Aretha dari belakang. "Sayang, kamu bisa buat pancake dari durian nggak?"

"Duriannya siapa, Raf?"

"Kalo itu—"

Suara bayi menangis membuat Aretha langsung membelalakkan matanya. Wanita itu langsung berlari ke ruang keluarga melihat kericuhan yang sedang terjadi. Oh, astaga! Anak-anaknya benar-benar menuruni sifat Rafa dalam mengganggu adik-adiknya.

"Daffa, Dalfi! Adeknya jangan di gangguin, Ya Allah! Udah Mama bilangin, 'kan. Adeknya baru aja tidur, udah kalian usilin."

Wanita itu langsung menggendong bayi perempuan yang menangis dengan kencang.

"Api duluan, Ma," ucap Daffa membela diri.

Daffa Alzam Diandre.

Putra kedua, atau lebih tepatnya ketiga jika dihitung dari Khalisa. Anak laki-laki yang membuat Aretha pusing sendiri ketika mereka senang membela diri ketika salah.

"Ndak, Ma. Apa dulu yang cium, adek."

Dalfi Ezhar Diandre.

Adik kembar Daffa meskipun wajahnya tak mengatakan demikian. Merek kembar tak identik. Bahkan sangat mudah membedakan keduanya. Merekalah yang membuat Rafa benar-benar diuji dulu, bahkan sampai sekarang.

Bayi di gendongan Aretha merengek ketika mendengar perdebatan kakaknya yang selalu tak berujung.

Aretha menepuk-nepuk pantat anaknya, sembari menggoyangkan badannya agar anak perempuan satu-satunya dapat kembali terlelap.

Karisa Auristela Diandre.

Putri bungsu yang memiliki wajah yang benar-benar jiplakan seorang Khalisa. Keberadaan seorang Karisa seolah penyembuh luka yang telah lama Rafa dan Aretha pendam selama ini.

Aretha membaringkan Karisa di samping kakak kembarnya yang sama sekali tak terusik ketika mendengar kericuhan di sampingnya.

Hanya Dafinlah satu-satunya anaknya yang mirip dengan wajah Aretha. Bahkan jika didekatkan, semua orang akan mengira jika Dafin adalah jiplakan Aretha dalam bentuk laki-laki. Ya, Dafin. Dafin Afshen Diandre. Kakak kembar Karisa yang sama sekali tak memiliki kemiripan itu benar-benar membuat jantung Rafa kembali berpacu sewaktu kelahiran anak tersebut.

Bagaimana tidak, leher anak tersebut harus tersangkut ketika dalam proses persalinan.

"Mama!"

Aretha langsung menutup telinga Karisa dengan tangannya. Jika tidak, bisa dipastikan bayi tersebut akan kembali menangis.

"Kakak, 'kan tiao hari udah Mama bilangin. Jangan teriak-teriak, sayang. Kasian adiknya."

Aretha menatap sendu ke arah putra sulungnya. Altas dan Nando. Mereka memutuskan untuk merawat Nando dan membesarkan bersama. Yah ... meskipun harus melewati tahap yang alot.

Trust Me Aretha (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang