5

709 86 0
                                    

Keesokan harinya, Chika mulai mempersiapkan diri untuk kemungkinan buruk yang akan terjadi. Chika yakin pertengkarannya dengan Vino kemarin akan menjadi trending topic di kampus hari ini.
.
Jika Chika membolos lagi, apa itu tidak membuat semuanya semakin rumit? Lalu, bagaimana jika warga kampus tahu bahwa Pak Zahran ada di balik ini semua? Sial! Chika benar-benar bisa gila.
.
"Pak Zahran!" Panggil Chika.
.
"Ngapain kamu ke ruangan saya? Mau minta toleransi biar kamu bisa ikut mata kuliah saya lagi?"
.
"Eh buset! Kenapa dia jadi begini lagi? Bukannya kemarin udah rada normal?" Chika berkata dalam hati.
.
Chika menarik napas dalam-dalam. Chika harus ingat jika ruangan dosen tidak dihuni mereka berdua. Semoga saja, Chika tidak salah bicara.
.
"Itu, Saya mau minta tolong sama bapak."
.
Pria itu masih enggan menatapnya. Ya Tuhan, apa sebenarnya Pak Zahran punya kepribadian ganda?
.
"Yaudah, cepetan bilang. Saya gak punya banyak waktu. Sebentar lagi saya ada kelas."
.
Sebisa mungkin Chika menahan dirinya agar tidak mengumpat kepada Dosennya ini.
.
"Tapi, Saya maunya kita ngobrol berdua aja, Pak."
.
"Ikut Saya sebentar, ya?" Pinta Chika dengan nada berbisik.
.
Zahran melirik Chika sekilas. Benar, gadis itu berusaha mengintimidasinya.
.
"Kita lagi di kampus, saya gak ada waktu buat dengerin curhatan kamu."
.
"Ayolah, Pak. Sekali ini aja."
.
"Enggak!" Tolak Zahran dengan tegas.
.
Chika hanya bisa memejamkan matanya saat suara dari dosennya ini berhasil mengundang perhatian dosen lain. Jika bukan di ruangan dosen, Chika pasti sudah meneriaki Dosen yang selalu membuat dirinya kesal. Masa bodo dengan rasa saling hormat. Pak Zahran bukanlah orang yang pantas dihormati oleh Chika.
.
"Bapak gak mau kan kalau saya teriak disini dan kasih tahu ke semua dosen kalau kita punya urusan pribadi yang belum selesai?"
.
Chika berusaha menahan tawanya saat melihat ekspresi syok dari Dosennya itu.
.
"Kamu gila? Saya gak ada urusan apa-apa sama kamu!" Geram Zahran sambil menahan suaranya.
.
"Ini masih ada kaitannya sama kejadian malam itu, Pak. Bapak tahu kan apa resikonya buat kita kalau sampai moment itu ada yang lihat?"
.
Mau tidak mau, Zahran harus ikut bersama Chika agar masalah itu cepat selesai. Astaga! Apa dia baru saja diancam?
.
.
.
.
.
Merasa semua pekerjaannya sudah selesai, Zahran meregangkan otot-ototnya sejenak sebelum meninggalkan kampus.
.
"Dasar gadis gila!" Rancau Zahran dalam hati.
.
Sebenarnya sejak awal Zahran mengajar disini, Zahran sudah memperhatikan Chika secara serius. Zahran memang bukan dosen lama mengingat dirinya baru satu tahun bekerja disini.
.
Dalam kurun waktu tersebut, Zahran melihat Chika bukan hanya sekedar gadis pintar. Chika juga suka melanggar aturan dan melakukan sesuatu yang menurutnya benar. Tetapi sejauh penglihatanya, Zahran merasa Chika adalah gadis yang tekun dan mau belajar. Jadi, tidak heran jika Chika bisa masuk jurusan kedokteran meskipun kelakuannya minus.
.
Selain itu, Chika adalah gadis yang ceria dan mudah tersenyum. Dia juga mudah marah dan mudah menangis. Satu lagi, bagi Zahran Chika itu cantik.
.
"Dia mengingatkanku tentang kamu, Fio." Gumamnya sambil menatap foto usang yang baru dia keluarkan dari dalam dompet.
.
Senyum Zahran terbit namun sesaat kemudian, senyum itu sirna. Astaga, apa yang baru saja dia pikirkan?
.
Mengingat langit sudah mulai gelap, Zahran beranjak dari duduknya kemudian berjalan kearah pintu keluar. Langkah Zahran terhenti saat bola matanya mendapati sosok yang baru saja dia pikirkan.
.
"Kamu masih nungguin saya?"
.
"Bapak udah selesai? Kita bisa bicarakan tentang masalah ini sekarang?" Tanya Chika sembari merapikan beberapa barangnya yang berserakan di lantai.
.
Siang tadi, Chika belum sempat bicara banyak dengan Dosennya yang terlibat dalam masalah pribadinya. Selain karena situasi kampus yang sangat ramai, Chika juga tidak mungkin membawa Zahran pergi begitu saja karena Zahran juga terlihat cukup sibuk. Jadi, Chika memilih untuk menunggunya sambil mengerjakan tugas-tugas kampusnya yang mulai menumpuk.
.
"Apa yang kamu takutkan? Memangnya kenapa kalau kejadian malam itu ada yang lihat?"
.
Chika sedikit kaget saat Zahran mulai bersuara.
.
"Bapak gak takut kalau reputasi bapak hancur dikampus ini?"
.
"Kamu tahukan saya hanya menolong kamu? Kenapa saya harus takut kalau faktanya tidak seperti itu? Saya bukan pacar kamu kan? Jadi, kalau kamu mau berterimakasih sama saya, jangan dekat-dekat dengan saya. Dengan begitu, kamu sudah menyelamatkan reputasi saya."
.

oke, mereka sedang berbicara berdua jangan diganggu
dan Fio, ada hubungan apa Zahran dengan Fio

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang