16

572 75 3
                                    

Chika menepuk pelan bahu Zahran yang mulai terkulai lemas. Meskipun Chika tidak mengalaminya, Chika bisa merasakan sakit yang luar biasa yang pernah dirasakan Zahran.
.
"Kakek kamu pasti bangga sama kamu kalau beliau melihat kamu bisa bangkit dari keterpurukan kamu seperti sekarang, Mas."
.
Mata Zahran kembali berkaca-kaca.
.
"Saya harap juga seperti itu." Gumamnya.
.
"Lalu, gimana hubungan kamu sama orang tua kamu sekarang?"
.
"Masih seperti dulu, atau mungkin lebih buruk?"
.
Chika mengerti, Zahran masih sulit menerima perceraian orang tuanya.
.
"Mas-" Ucapan Chika terjeda.
.
"Saya sudah mencoba yang terbaik, Chik. Kamu pikir, semua kesuksesan saya ini untuk siapa? Saya mati-matian cari beasiswa biar bisa lulus sekolah kedokteran."
.
"Tapi apa yang saya dapat? Mereka sama sekali gak ada waktu saya di wisuda."
.
DEG
.
Mendengar ucapan Zahran, bola mata Chika langsung tertuju ke arah bingkai foto yang menggantung di dinding.
.
"Apa sampai separah itu, Mas?"
.
"Bahkan lebih dari itu. Kamu tahu siapa orang yang membuat saya kehilangan pekerjaan saya sebagai dokter?"
.
"Dia adalah papa."
.
Chika menatap Zahran dengan tatapan tidak percaya.
.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa cari Fiony dan tanya langsung sama dia."
.
Chika sudah tak tahan lagi. Setelah sekian lama Chika berusaha untuk tidak larut dalam kesedihan Zahran, Chika menyerah. Air matanya sudah mengalir deras.
.
"Bagaimana bisa aku gak percaya sama kamu, Mas? Kamu saja sampai se-emosional itu."
.
Dengan sisa tenaganya, Zahran membawa Chika ke dalam dekapannya.
.
"Chik."
.
"Hmmm."
.
"Setelah kamu tahu semuanya, kita akan tetap seperti ini kan?"
.
Chika enggan menjawab dan memilih mengeratkan pelukannya kepada Zahran.
.
"Chik!" Zahran mulai menuntut.
.
"Chika gak tahu. Sekarang saja, Chika merasa gak percaya diri. Apa Chika pantas menggantikan posisi Fiony dihati kamu?"
.
"Lalu menurut kamu, apa saya cukup percaya diri kalau saya pantas menggantikan posisi Vino dihati kamu?"
.
Perkataan Zahran sukses membuat Chika bungkam.
.
"Kita sama-sama merasa tidak sempurna. Tetapi, saya bisa menjadi yang paling sempurna asal kamulah yang menjadi pelengkap kesempurnaan saya."
.
.
.
.
.
Chika mengamati kondisi di dalam gedung fakultas kedokteran. Rupanya ujian akhir cukup berpengaruh untuk sebagian besar mahasiswa.
.
Meskipun ada beberapa yang terlihat baik-baik saja, namun tidak sedikit pula yang menggerutu bahwa ujian akhir tahun ini benar-benar sulit.
.
Beberapa hari lalu, ujian akhir resmi digelar. Dan hari ini adalah hari terakhir pelaksanaannya. Tidak seperti orang lain, Chika memilih untuk tidak terlalu terbebani.
.
"Ekhem."
.
Chika menoleh kekiri dan kekanan untuk mencari sang pemilik suara.
.
"Di dekat tangga."
.
Sambil tersenyum, Chika kemudian berlari kecil ke arah tangga.
.
"Gimana ujian kamu hari ini?" Tanya Zahran saat Chika sudah berada didepan matanya.
.
"Lumayan lah, Pak."
.
Zahran mencibir "Kemarin juga di mata kuliah saya kamu bilang lumayan. Kamu tahu gak nilai kamu berapa?"
.
"Please ya, gak usah dibahas. Emang dasar bapak aja yang bikin soalnya terlalu susah."
.
Meski kedekatan mereka sudah mengundang perhatian banyak orang, Zahran sama sekali tidak sungkan untuk tertawa.
.
"Soalnya yang susah apa kamu yang gak mau belajar? Pasti kerjaannya pacaran terus."
.
"Pak!" Sentak Chika tidak suka.
.
"Memangnya siapa sih pacar kamu? Gak mau dikenalin ke saya?"
.
Chika menghela napasnya pelan. Maklum saja, pacarnya itu sedikit gila.
.
"Yaudah, Chika permisi dulu, Pak. Ada janji sama teman-teman."
.
"Janjiannya sama teman melulu, sama pacar kapan nih."
.
"Pacar saya sibuk kerja, Pak. Soalnya kalau mau nikahin saya, harus punya masa depan yang jelas."
.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Chika berlalu meninggalkan Zahran dan menyusul ketiga sahabatnya yang sudah menunggu di dekat pintu keluar.
.
Napas Chika memburu dan detak jantungnya mulai tidak teratur.
.
"Muka lo kenapa merah begitu?" Tanya Mira saat melihat Chika sedikit salah tingkah.
.
Chika tak memperdulikan pertanyaan Mira. Gadis itu kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.
.
"Maaas! Jangan godain Chika terus. Deg-degannya gak hilang-hilang tahu :("
.
Tak lama setelah itu, sebuah notifikasi muncul.
.
"Daripada godain wanita lain, lebih asik godain pacah sediri lah. Ya gak, Yang?"
.

tengil juga dosen ini

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang