Chika menepuk pelan bahu Zahran yang mulai terkulai lemas. Meskipun Chika tidak mengalaminya, Chika bisa merasakan sakit yang luar biasa yang pernah dirasakan Zahran.
.
"Kakek kamu pasti bangga sama kamu kalau beliau melihat kamu bisa bangkit dari keterpurukan kamu seperti sekarang, Mas."
.
Mata Zahran kembali berkaca-kaca.
.
"Saya harap juga seperti itu." Gumamnya.
.
"Lalu, gimana hubungan kamu sama orang tua kamu sekarang?"
.
"Masih seperti dulu, atau mungkin lebih buruk?"
.
Chika mengerti, Zahran masih sulit menerima perceraian orang tuanya.
.
"Mas-" Ucapan Chika terjeda.
.
"Saya sudah mencoba yang terbaik, Chik. Kamu pikir, semua kesuksesan saya ini untuk siapa? Saya mati-matian cari beasiswa biar bisa lulus sekolah kedokteran."
.
"Tapi apa yang saya dapat? Mereka sama sekali gak ada waktu saya di wisuda."
.
DEG
.
Mendengar ucapan Zahran, bola mata Chika langsung tertuju ke arah bingkai foto yang menggantung di dinding.
.
"Apa sampai separah itu, Mas?"
.
"Bahkan lebih dari itu. Kamu tahu siapa orang yang membuat saya kehilangan pekerjaan saya sebagai dokter?"
.
"Dia adalah papa."
.
Chika menatap Zahran dengan tatapan tidak percaya.
.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa cari Fiony dan tanya langsung sama dia."
.
Chika sudah tak tahan lagi. Setelah sekian lama Chika berusaha untuk tidak larut dalam kesedihan Zahran, Chika menyerah. Air matanya sudah mengalir deras.
.
"Bagaimana bisa aku gak percaya sama kamu, Mas? Kamu saja sampai se-emosional itu."
.
Dengan sisa tenaganya, Zahran membawa Chika ke dalam dekapannya.
.
"Chik."
.
"Hmmm."
.
"Setelah kamu tahu semuanya, kita akan tetap seperti ini kan?"
.
Chika enggan menjawab dan memilih mengeratkan pelukannya kepada Zahran.
.
"Chik!" Zahran mulai menuntut.
.
"Chika gak tahu. Sekarang saja, Chika merasa gak percaya diri. Apa Chika pantas menggantikan posisi Fiony dihati kamu?"
.
"Lalu menurut kamu, apa saya cukup percaya diri kalau saya pantas menggantikan posisi Vino dihati kamu?"
.
Perkataan Zahran sukses membuat Chika bungkam.
.
"Kita sama-sama merasa tidak sempurna. Tetapi, saya bisa menjadi yang paling sempurna asal kamulah yang menjadi pelengkap kesempurnaan saya."
.
.
.
.
.
Chika mengamati kondisi di dalam gedung fakultas kedokteran. Rupanya ujian akhir cukup berpengaruh untuk sebagian besar mahasiswa.
.
Meskipun ada beberapa yang terlihat baik-baik saja, namun tidak sedikit pula yang menggerutu bahwa ujian akhir tahun ini benar-benar sulit.
.
Beberapa hari lalu, ujian akhir resmi digelar. Dan hari ini adalah hari terakhir pelaksanaannya. Tidak seperti orang lain, Chika memilih untuk tidak terlalu terbebani.
.
"Ekhem."
.
Chika menoleh kekiri dan kekanan untuk mencari sang pemilik suara.
.
"Di dekat tangga."
.
Sambil tersenyum, Chika kemudian berlari kecil ke arah tangga.
.
"Gimana ujian kamu hari ini?" Tanya Zahran saat Chika sudah berada didepan matanya.
.
"Lumayan lah, Pak."
.
Zahran mencibir "Kemarin juga di mata kuliah saya kamu bilang lumayan. Kamu tahu gak nilai kamu berapa?"
.
"Please ya, gak usah dibahas. Emang dasar bapak aja yang bikin soalnya terlalu susah."
.
Meski kedekatan mereka sudah mengundang perhatian banyak orang, Zahran sama sekali tidak sungkan untuk tertawa.
.
"Soalnya yang susah apa kamu yang gak mau belajar? Pasti kerjaannya pacaran terus."
.
"Pak!" Sentak Chika tidak suka.
.
"Memangnya siapa sih pacar kamu? Gak mau dikenalin ke saya?"
.
Chika menghela napasnya pelan. Maklum saja, pacarnya itu sedikit gila.
.
"Yaudah, Chika permisi dulu, Pak. Ada janji sama teman-teman."
.
"Janjiannya sama teman melulu, sama pacar kapan nih."
.
"Pacar saya sibuk kerja, Pak. Soalnya kalau mau nikahin saya, harus punya masa depan yang jelas."
.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Chika berlalu meninggalkan Zahran dan menyusul ketiga sahabatnya yang sudah menunggu di dekat pintu keluar.
.
Napas Chika memburu dan detak jantungnya mulai tidak teratur.
.
"Muka lo kenapa merah begitu?" Tanya Mira saat melihat Chika sedikit salah tingkah.
.
Chika tak memperdulikan pertanyaan Mira. Gadis itu kemudian mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.
.
"Maaas! Jangan godain Chika terus. Deg-degannya gak hilang-hilang tahu :("
.
Tak lama setelah itu, sebuah notifikasi muncul.
.
"Daripada godain wanita lain, lebih asik godain pacah sediri lah. Ya gak, Yang?"
.tengil juga dosen ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Jatuh Hati
Romance"Beri aku satu alasan. Kenapa? Kenapa kamu masih mau bertahan setelah apa yang terjadi diantara kita?" -Chika . "Aku cuma mau kamu percaya bahwa aku bukan pembunuh mama kamu." -Zahran