24

631 85 2
                                    

Seperti yang sudah dia janjikan sebelumnya, Zahran mulai menceritakan tentang apa yang terjadi kepada dirinya manakala mobil yang dia tumpangi sudah mulai bergerak.

"Aku gak ngerti lagi deh sama teman kamu itu, Mas. Sekalipun dia cemburu sama Mas, gak seharusnya dong dia ngelakuin tindakan kaya begitu? Mana pakai bawa-bawa Chika segala lagi. Mau dipidanain sekalian itu orang?"

Meskipun masalah ini masih ada sangkut pautnya dengan Fiony, Chika sama sekali tidak membenarkan tindakan Aji.

"Gak perlu sampai sejauh itu, Chika. Terlepas dari apapun yang sudah terjadi, aku tahu Aji itu orang baik."

Chika yang masih fokus menyetir kala itu hanya bisa menghela napasnya pelan.

"Mas"

"Hmmm"

"Chika boleh tanya sesuatu?"

Bertepatan dengan lampu lalu lintas yang sudah berubah warna menjadi merah, Zahran kemudian mengangguk.

"Tapi sebelum itu, biar aku tebak dulu." Ucap Zahran sambil menatap Chika intens.

"Kamu pasti mau tahu kan kenapa aku masih peduli sama Fiony sampai-sampai aku rela mengambil keputusan ini tanpa memikirkan risikonya?"

"Atau mungkin, kamu masih ragu soal perasaan aku ke kamu hanya karena kejadian ini?"

Senyum Zahran terbit manakala dirinya melihat anggukan dari Chika.

"Kalau boleh jujur, ini bukan lagi masalah perasaan, Chik. Ini cuma wujud dari rasa kemanusiaan."

"Aku gak sekejam itu sampai biarin Fiony yang lagi hamil terancam untuk dibunuh. Apalagi, dia sudah banyak membantuku dimasa lalu."

"Meskipun aku tahu Aji gak akan melakukan itu, tapi, Aji pasti akan berbuat nekad kalau dia punya alasan yang jelas."

Ucapan Zahran terjeda sejenak manakala Chika kembali melajukan mobilnya.

"Lalu? Kamu langsung berpikir kalau kamu alasannya, Mas?" Chika kembali bertanya sembari fokus ke jalan raya.

"Memangnya siapa lagi? Terbukti kan kalau memang aku alasannya?"

"Awalnya, aku juga sama seperti Fiony. Sulit menerima kenyataan kalau ternyata takdir tidak berpihak pada kita."

"Tetapi, kalau kita berusaha untuk ikhlas, Tuhan pasti akan ganti rasa sakit hati kita dengan sesuatu yang lebih dahsyat."

"Kamu misalnya?"




Sesampainya di apartemen Zahran, Chika langsung mengantar pria itu ke kamarnya. Tidak, Chika tidak memintanya untuk istirahat. Melainkan, Chika ingin mengecek seberapa parah luka Zahran yang belum kering itu.

"Ish! Jangan dipencet terus. Ngilu tahu gak, Chik!" Zahran memprotes tindakan Chika manakala gadis itu tengah bermain-main dengan lukanya.

"Yaudah, bentar mau diobatin dulu. Salepnya ada kan? Atau kamu cuma dikasih pil aja, Mas?"

"Ada. Kamu ambil aja yang segelnya sudah terbuka."

Chika mengangguk mendangar intruksi Zahran. Di raihnya kantong plastik berwarna putih yang tadi dia letakkan di atas nakas.

"Ini salep kamu merek apa sih, Mas? Masa udah seminggu lukanya belum kering juga? Lagipula, kamu ini kan dokter. Kenapa gak minta salep luka yang sekali pakai langsung kering?"

"Itu salepnya salep bagus kok. Memang baru dikasih kemarin. Soalnya, harus nunggu lukanya nutup dulu."

Mendengar penjelasan Zahran, Chika memilih untuk tidak menanggapinya.

"Chik! Kenapa malah jadi alis aku yang disalepin?"

Kali ini, Zahran memprotes Chika lantaran salep yang dia oleskan tidak tepat sasaran.

"Eh?"

"Kok jadi ke alis sih, Mas? Mas pasti kebanyakan gerak kan tadi? Makanya jadi nyasar ke alis."

Zahran mengernyitkan dahinya. Lah, kok malah jadi dia yang disalahin?

"Jangan asal nuduh. Ini kepala aku dari tadi gak kemana-mana kok. Mata aku juga fokus lihatin kamu terus dari tadi."

Tangan Chika yang tadinya bergerak diatas luka-luka Zahran, tiba-tiba berhenti mendadak.

"Di bagian perut juga ada luka. Kamu gak mau kasih salep sekalian?"

"Pe-perut?" Tanya Chika kikuk.

"Iya. Tapi kalau kamu gak mau obatin sih gak masalah. Nanti biar aku panggil suster aja buat datang kesini."

"Eh jangan! Biar Chika aja yang obatin."

"Kalau begitu, tolong lepas kaos ku." Zahran sedikit memainkan nada sensualnya.

"Mampus!" Teriak Chika dalam hati.

Bersamaan dengan terlepasnya kaos Zahran, Chika mendengar suara pintu terbuka.

"Eh sorry. Kayanya gue salah moment."

"Kak Gito, itu- Chika-"

Chika terlihat sedang mencari-cari alasan.

"Ah iya! Chika lagi mau kerokin Mas Zahran."

~~~

hayo kepergok sama Gito


udh lama gak buka wp
knp ketika saya sdh libur jd malas pegang hp

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang