17

583 75 6
                                    

"Tembak, Mas! Tembak!" Seru Christian sembari menekan stik PS nya.
.
"Yah, Mas. Kok malah kekiri sih?"
.
"Kan? Kalah deh."
.
Zahran terkekeh melihat ekspresi kesal Christian.
.
"Maaf ya, Tian. Mas udah lama gak main ginian. Lain kali mas belajar lagi deh. Yaudah, mas kesana dulu ya."
.
Zahran berjalan menuju kursi dapur, dimana ada seorang gadis tengah duduk santai sambil menggigit apel.
.
"Kok saya lebih suka lihat penampilan kamu yang begini ya?"
.
Gadis itu nampak berpikir sejenak. Apa yang spesial dari penampilannya? Dia hanya mengenakan kaus kebesaran dan celana pendek.
.
"Males ah kalau kebanyakan gombal."
.
"Serius, jadi pengen cepet nikahin kamu. Biar bisa lihat penampilan kamu yang seperti ini setiap hari."
.
"Damai dulu sama orang tua kamu ya, Mas. Baru kita nikah."
.
Setelah mendengar cerita dari Zahran waktu itu, Chika bertekad membantu Zahran untuk memperbaiki semuanya.
.
Tentang kasus pembunuhan itu, Zahran juga sudah cerita bahwa dia tidak membunuh. Dia hanya gagal mengoperasi pasien dan pasien itu meninggal.
.
Hanya saja, keluarga pasien tidak terima lantaran Zahran tidak ada izin operasi dan dianggap melakukan malapraktik untuk meraup keuntungan.
.
Dalam kasus itu, Zahran memang tidak sepenuhnya benar. Tetapi, Zahran punya saksi dan bukti kuat lewat tim dokter yang membantunya dan data medis pasien.
.
Sayangnya, rumah sakit tidak mau ambil resiko. Jadilah ayah Zahran selaku pimpinan rumah sakit bertindak untuk menuruti keinginan keluarga pasien dan memberhentikan Zahran secara tidak hormat.
.
"Kamu kan tahu saya udah berusaha. Kalau saya gak bisa, itu artinya kamu gak akan mau terima saya sebagai pendamping hidup kamu?"
.
"Siapa bilang?" Sangkal Chika.
.
"Aku gak mau terima kamu kalau kamu gak mau berusaha, Mas."
.
"Kamu jangan berekspektasi semuanya akan kembali seperti dulu. Tapi kalau kamu mau nurunin ego kamu dan berusaha ngobrol sama mereka dari hati ke hati, semuanya pasti akan jauh lebih baik. Memangnya, mas gak mau kenalin Chika sama calon mertua Chika?"
.
"Ayo kerumah papa sama mama, saya kenalin sekarang!"
.
Chika membulatkan matanya.
.
"Ya gak sekarang juga, Mas!"
.
.
.
.
.
Seperti yang sudah diagendakan sebelumnya, sabtu ini Chika dan Zahran berencana mendatangi Rumah Sakit Edelweiss untuk bertemu dengan Papa Zahran.
.
Awalnya, Zahran memang sempat mengalami pergulatan hati yang lumayan panjang. Zahran tahu niat Chika baik. Tetapi, bukankah selama ini Zahran selalu gagal berdamai dengan orang tuanya?
.
Hingga pada suatu hari, kenangan masa kecil Zahran mulai bermunculan. Pria itu kemudian menatap setiap sudut apartemennya dengan tatapan miris.
.
"Sampai kapan lo bisa bertahan dalam kekosongan?" Tanyanya dalam hati.
.
"Kamu gak mau mampir beli sesuatu dulu, Mas? Papa kamu kesukaannya apa?"
.
"Hmmm, apa ya?" Jawabnya dengan raut wajah berpikir.
.
"Mampir ke toko buah aja kali ya? Atau ke toko kue?"
.
Chika menghela napasnya pelan saat pertanyaannya tak kunjung ditanggapi. Bahkan, Zahran malah asyik bernyanyi bersama lagu yang dia putar di radio mobilnya.
.
"Mas, ini kamu mau ketemu papa kamu lho."
.
"Ya terus kenapa? Papa dibawain menantu juga udah senang kok. Apalagi kalau bawa cucu."
.
Mendengar hal itu, bola mata Chika sontak melotot.
.
"Bagus! Ngelawak aja terus."
.
"Lagian kamu sih, ini cuma pertemuan anak sama papanya. Gak perlu lah sampai ribet bawa ini itu."
.
Jika Zahran sudah berkata begitu, mau bagaimana lagi?
.
"Oh iya, Mas. Christian nagih tiket disneyland ke jepang tuh. Kamu janjiin dia ya?"
.
Selayaknya orang pikun, Zahran kemudian menepuk jidatnya.
.
"Oh iya, lupa! Kamu tanyain deh, dia bisanya berangkat kapan. Terus, kamu pesenin aja tiket pesawat, hotel, sama tiket disneylandnya. Masalah biaya, kamu langsung forward aja ke saya."
.
Chika menatap Zahran dengan tatapan curiga.
.
"Gak usah kaya begitu mukanya. Saya udah janji sama dia karena dia udah kasih tahu saya waktu kamu kabur ke kosan Mira."
.
"Terus, Mas iyain aja gitu? Ini sana aja kamu kasih dia liburan ke Jepang lho, Mas. Full package lagi." Chika terlihat gemas sendiri.
.
"Iya lah, uang bisa dicari. Sementara kamu? Kamu satu-satunya di dunia ini. Kalau saya lepasin kamu waktu itu, dimana saya cari gantinya? Di pasar loak juga gak ada yang jual." Ucap Zahran sambil terkekeh pelan.
.
.
.
.
.
Setelah kurang lebih satu jam menghabiskan waktu di jalan, Chika dan Zahran akhirnya tiba di rumah sakit. Sejak dari pintu utama, Zahran sudah mendapat sambutan dari beberapa karyawan lama dan dokter-dokter yang hilir mudik disana.
.
"Ya Allah, dokter kesayangan gueee!" Seru Dara, salah front office dengan histeris.
.
"Dokter apa kabar? Kok gak pernah main-main kesini lagi? Kita-kita kangen tahu!" Imbuh Tania dengan ekspresi kesal.
.
Berbeda dengan karakternya di kampus yang dikenal dingin dan perfeksionis, Zahran memiliki citra yang bagus di rumah sakit.
.
"Iya, lagi sibuk aja sama kerjaan. Dokter Bobby ada di ruangan, Tan?"
.
"Dokter Bobby lagi ada rapat sama beberapa kepala cabang dan pimpinan dari Singapura di lantai tiga puluh, Dok."
.
"Tapi-" Tania melirik arlojinya sekilas. "Kalau jam segini sih mungkin sudah selesai."
.
Zahran mengangguk kemudian tersenyum.
.
"Yaudah, kalau gitu saya keatas dulu ya. Ayo, Chik."
.
"Mari, Kak." Sapa Chika lembut kepada kedua staf dan beberapa staf lain disana sebelum meninggalkan mereka.
.
Entah mengapa, ada perasaan lega yang Chika rasakan saat melihat Zahran masih begitu disegani disini. Jika orang lain saja bisa melupakan kesalahan Zahran, pasti orang tuanya juga begitu.
.
"Aku gak sabar lihat kamu pakai jas dokter lagi, Mas."
.
Sementara itu, Zahran hanya menanggapi ucapan Chika dengan senyum tipis saat mereka sudah sampai di depan pintu lift.
.
Jujur saja, kembali menjadi dokter bukan perkara mudah. Terlebih untuk seseorang yang diberhentikan secara tidak hormat.
.
Meskipun izin prakteknya belum dicabut, Zahran sudah melanggar kode etik sebagai seorang dokter. Jika dia kembali, apa rumah sakit tidak akan mempermasalahkan? Dan keluarga pasien itu, bagaimana jika mereka dengar?
.
"Kamu gak mau masuk, Mas?"
.
Zahran mengerjapkan mata sekilas. Pintu lift sudah terbuka dan Chika sudah berada di dalamnya.
.
Tadinya, Zahran hendak melangkah masuk. Namun, pria itu justru mematung saat dia melihat sekerumunan orang dengan pakaian serba putih grabak-grubuk di sebelahnya.
.
Kedua kakinya bergetar, napasnya mulai tak beraturan.
.
"Fi-Fiony?
.

ditunggu kelanjutannya, apa yang akan terjadi diantara Fiony, Zahran, dan Chika.

tadi malam fiora berlayar, kangen banget sm mereka dan malam ini ara bakal shonichi SnM jgn lupa nonton

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang