7

654 75 0
                                    

Tadinya, Chika mengira ajakan Pak Zahran adalah omong kosong belaka. Mana mungkin dosen yang selama ini tidak pernah akur dengannya tiba-tiba mengajak bermalam minggu bersama? Bahkan, di pertemuan terakhir mereka pria itu juga sempat berkata jika Chika diminta menjauhinya.
.
Tetapi, untuk sekarang, situasi benar-benar berubah. Chika bahkan berhasil duduk di mobil yang sama untuk kedua kalinya. Dengan setelan senada berwarna coklat serta sedikit aksesoris mewah yang melingkari tangan kirinya, Chika merasa pria itu benar-benar sempurna. Namun tunggu dulu, Chika tidak sedang diajak makan malam romantis bukan?
.
"Saya salah kostum ya, Pak?"
.
Pria itu menggeleng saat bola matanya masih fokus ke jalanan yang lumayan padat.
.
"Enggak kok, kamu pakai baju apa saja juga tetap pantas."
.
Entah kenapa, Chika merasa suasana disini semakin tidak nyaman. Dan lagi, apa jantungnya masih sehat? Mengapa debarannya mengganggu sekali?
.
"Bapak mau ajak saya kemana?"
.
"Ke mana ya? Kalau ke mall pasti rame banget. Terus kalau ke taman, pasti banyak bocah SMP pada malam mingguan. Saya sih niatnya cuma mau ngobrol-ngobrol aja. Kamu ada ide nggak kita mau kemana?"
.
Chika menjawabnya dengan gelengan kepala sementara Zahran hanya menyunggingkan senyumnya.
.
Suasana kembali hening dan Chika hanya bisa menikmati sisa perjalanan dengan musik yang mengalun lewat radio.
.
Air mata Chika tiba-tiba mengalir dari sudut bola matanya. Hal itu terjadi karena suara Vino mengalun jelas lewat gendang telinganya. Tentu saja itu menyakitkan, karena dulu Chika lah yang menemani Vino menulis lagu ini.
.
"Mengenai masalah kemarin, saya minta maaf ya."
.
Chika menyeka air matanya setelah pria itu kembali bersuara.
.
"Minta maaf soal apa, Pak?"
.
"Tentang saya yang hanya mementingkan diri saya sendiri dan tidak memikirkan apa yang terjadi sama kamu."
.
"Mungkin, saya bisa seolah tidak terjadi apa-apa. Tapi situasinya pasti akan berbeda kalau kamu yang melakukannya. Lagipula, saya datang ke kamu waktu itu untuk membantu kamu kan? Bukan membawa kamu ke situasi sulit? Jadi, boleh kan kalau kita hadapi semuanya sama-sama sampai akhir?"
.
Mungkin, inilah saatnya Chika memulai babak baru atas semuanya. Disaat hubungannya dengan Vino semakin tidak jelas, Chika rasa berdamai dengan Zahran bukanlah sesuatu yang salah.
.
Lagipula, mereka hanya butuh dukungan dari satu sama lain bukan?
.
"Lalu, apa rencana bapak untuk menyelamatkan nama baik bapak?"
.
"Memangnya, semua penyelesaian masalah itu harus terencana dulu ya?" Tanya Zahran dengan nada menyudutkan.
.
"Enggak juga sih. Tapi kan kalau ada rencana, kita bisa jalanin step by step nya dengan baik, Pak."
.
Mendengar jawaban itu, entah mengapa Zahran tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum.
.
"Kalau begitu, sebelum kita terlibat untuk menangani masalah ini lebih jauh, apa kamu bisa pastikan terlebih dahulu bahwa hubungan kamu sama pacar kamu benar-benar berakhir?"
.
DEG
.
Lagi-lagi, Chika dipaksa bungkam oleh Zahran. Bahkan, pembicaraan mereka benar-benar terhenti hingga mereka sampai di sebuah restoran yang sepertinya sudah direservasi sebelumnya.
.
"Ngapain tadi tanya mau pergi kemana kalau tahu-tahu udah reservasi tempat?" Cibir Chika dalam hati.
.
"Mukanya gak usah tegang begitu. Sudah saya bilang kan kalau saya ini memang mau bantu kamu? Sebenarnya, masalah ini tidak terlalu berat. Tapi, akan terasa berat kalau kamu menjalaninya sendirian."
.
Chika menghela napas panjangnya. Jujur saja, sejak tadi Chika sudah ketakutan dengan asumsinya sendiri.
.
"Kalau masalah ini bukan masalah yang berat, kenapa hubungan saya harus dikorbankan?"
.
"Katanya, semua penyelesaian masalah itu harus terencana. Termasuk masalah hati bukan?"
.
"Masalah hati?" Tanya Chika keheranan.
.
"Memangnya, kamu berani jamin kalau masalah ini selesai, kita gak akan memiliki ketertarikan satu sama lain?"
.
"Logikanya begini. Solusi terbaik dari masalah ini adalah menganggap peristiwa itu tidak pernah terjadi. Lalu, kenapa kamu sampai repot-repot mengotori tangan kamu hanya demi saya? Sedangkan perasaan pacar kamu?"
.
"Bukankah dengan sikap kamu yang seperti itu semakin menguatkan pemikiran mereka bahwa kita memang ada apa-apa?"
.
"Jadi, jangan salahkan saya kalau suatu saat saya benar-benar tertarik sama kamu."
.
"Kenapa menjadi serumit ini ya?" Dalam hati Chika.
.
Padahal masalah awal hanyalah karena Chika telat datang ke kampus sehingga sekarang masalah itu berdampak ke hubungannya dengan Vino yang sekarang sudah tidak jelas.
.

rumit ya, saya sendiri pusing

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang