Hillary Club adalah salah satu tempat hiburan malam yang terkenal cukup elit di Jakarta. Kebanyakan pengunjung disini adalah orang-orang kalangan menengah keatas.
Zahran punya alasan tersendiri memilih tempat ini untuk bertemu dengan Aji. Selain karena tempat ini adalah dunia Aji, Zahran tahu keamanan disini pasti sangat terjaga. Zahran jamin, Aji tidak akan berani melakukan tindakan kriminal nantinya.
"Cocktail fruit satu, Mas. No alcohol, please"
Sembari menunggu kedatangan Aji dan pesanannya siap, Zahran memilih duduk dan menyibukkan diri dengan ponselnya.
"Mas Zahran, progress pengerjaan rumah Mas Zahran sudah 98%. Tinggal finishing saja dan minggu depan sudah bisa Mas Zahran tempati"
Zahran tersenyum saat melihat pesan dari Bu Diana, arsitek yang menggarap rumahnya sejak dua tahun lalu.
Setidaknya, jika dirinya hendak menikahi Chika dalam waktu dekat, Zahran sudah punya hunian yang layak untuknya.
Zahran mengetikkan sebait balasan untuk Bu Diana, kemudian berlanjut memainkan sosial medianya yang sudah cukup lama tidak dia sentuh.
"Eh beneran di upload. Astaga Chika!"
Zahran menggerutu sendiri manakala dirinya melihat postingan instagram stories milik Chika. Sebenarnya, jika wajahnya tidak ditutup emoticon, Zahran terlihat sangat jelek dalam foto tersebut.
Dahinya penuh keringat, rambutnya berantakan, dan mulutnya menggembung karena sedang menyantap mie ayam.
Namun, rasa kesal itu mendadak hilang manakala dirinya membaca caption yang tertulis disana.
"A happiness. Thanks, love 🤍"
Zahran menutup aplikasi instagramnya dan menghubungi Chika saat itu juga.
"Halo, Mas?"
Zahran tak bersuara.
"Mas Zahran?" Ucap Chika lagi.
Zahran masih tak bersuara.
"Mas, ini Chika lagi mau kerjain judul skripsi, kalau gak penting-penting amat, ditutup aja ya"
"Eh, tunggu. Aku mau bilang sesuatu" Cegah Zahran.
"Apa?"
"Gak jadi deh" Zahran menanggapinya sambil tertawa ringan.
Saat Zahran menyadari Chika sudah merasa kesal, buru-buru Zahran kembali bersuara sebelum sambungan teleponnya ditutup secara sepihak.
"I love you, Chika"
Semakin malam, suasana club menjadi lebih ramai. Namun, sudah satu jam Zahran menunggu, Aji tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Argggh sial!" Zahran merancau dalam hati.
Zahran memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan berniat untuk pulang. Namun disaat yang sama, Zahran melihat ada seseorang yang cukup familiar terlihat begitu linglung dan ketakutan.
"Fio? Ngapain disini?"
Seperti bertemu malaikat penolong, Fiony berlari kearah Zahran dan memeluknya dengan erat. Badannya gemetar bukan main. Air matanya luruh begitu saja. Dan Zahran bisa mendengar detak jantung Fiony berpacu begitu kencang.
"Hey, kenapa?"
Fiony diam tak bergeming.
"Oke, kalau kamu belum bisa cerita, aku mohon kamu tenang. Ini demi kebaikan janin yang ada dalam kandungan kamu"
Zahran membawa Fiony keluar dari club dan mengajaknya masuk ke dalam mobilnya.
"Minum dulu" Ucap Zahran sambil membuka botol air mineral dan menyerahkannya kepada Fiony.
Saat Fiony sudah sedikit lebih tenang, Zahran kembali bertanya.
"Aji yang minta kamu datang kesini?"
Fiony menggeleng lemah. Terus terang, Fiony tidak tahu dirinya harus cerita dengan Zahran mulai dari mana.
Sore tadi, Fiony mendapat pesan dari seseorang yang mengaku telah memperkosanya. Fiony diminta untuk datang kesini olehnya.
Dia bilang, mereka harus membahas kelanjutan nasib anak mereka setelah Fiony melahirkan. Awalnya Fiony enggan menemui bajingan itu karena terus terang, rasa trauma itu masih ada, bahkan masih membekas dan mungkin tidak akan pernah bisa sembuh.
Namun, seakan semesta tak mau berbaik hati dengannnya, Fiony yang sudah mau menurunkan egonya untuk menemui pria itu, justru kembali dipertemukan dengan seseorang yang sudah merusak dirinya tanpa punya hati. Dialah Satria Aji.
Tetapi, Fiony pikir, dirinya tidak perlu takut lagi. Zahran ada di sini bersamanya.
"Jangan takut, aku akan selalu dampingi kamu sampai masalah ini selesai"
Entah mengapa, ada secerca harapan untuk Fiony. Mungkinkah dia dan Zahran akan kembali seperti dulu?
"Semoga saja" Batinnya.
Zahran melajukan mobilnya dan membelah kota Jakarta yang selalu saja macet setiap harinya. Di sebelahnya, masih ada Fiony. Kali ini, Zahran berniat untuk membawanya ke rumah sakit milik keluarganya.
Zahran merasa, dia perlu mendengar banyak cerita dari Fiony. Tetapi, Zahran tidak mau ada salah paham lagi antara dirinya dan Chika. Akan lebih baik jika Zahran melibatkan Gito disana.
"Dokter Fiony? Anda baik-baik saja?" Tanya seorang satpam saat Zahran dan Fiony baru sampai di pintu masuk.
Kondisi Fiony memang masih belum stabil, wajahnya pucat pasi, bahkan gadis itu sudah tak kuat lagi menopang tubuhnya sendiri.
"Pak, tolong siapkan satu ruang VIP untuknya ya. Sekalian minta suster untuk cek tekanan darah dan trombositnya. Kalau semuanya sudah siap, silakan hubungi Dokter Gito, saya ada perlu sebentar dengan beliau"
"Baik, Dok" Sahut salah satu satpam yang mengenali Zahran.
Saat Zahran hendak melangkah pergi, suara Fiony kembali menggema.
"Ran, jangan tinggalin aku" Pinta Fiony sambil menahan lengan Zahran.
Zahran mendekat ke arah Fiony dan mengusap kepalanya pelan.
"Aku akan kembali nanti, Fio. Tenang aja, disini aman kok. Aji gak akan nyakitin kamu"
"Tapi-"
"Nanti, kamu bisa cerita apapun sama aku. Aku pasti bantu kok, Fio. Cuma sebelum itu, aku harus pastikan kalau pertemuan kita tidak akan menyakiti perasaan seseorang"
"Se-seseorang? Siapa?" Fiony cukup penasaran.
"Calon istriku"
Fiony tiba-tiba blank setelah mendengar jawaban dari Zahran. Jawaban yang sama sekali tidak pernah dia duga.
"Jadi, boleh aku pergi sebentar?"
Fiony melepas pegangannya kepada Zahran dengan putus asa. Bola matanya mendadak panas. Air matanya tumpah begitu saja.
Sementara itu, Zahran mengatur nafasnya sesaat setelah dia berlarian ke ruangan Gito.
"Bener-bener ya lo, Ran!"
Zahran membelalakkan matanya saat badannya tersungkur akibat bogeman keras dari Gito.
"Lo apa-apaan sih, Bang?"
Gito menunjukkan foto Zahran tengah berpelukan dengan Fiony di club.
"Chika kirim ini ke gue. Siap-siap aja, setelah ini kalian akan benar-benar selesai!"
~~~
ditunggu selesainya, chika sm saya aja
double up😎
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Jatuh Hati
Romance"Beri aku satu alasan. Kenapa? Kenapa kamu masih mau bertahan setelah apa yang terjadi diantara kita?" -Chika . "Aku cuma mau kamu percaya bahwa aku bukan pembunuh mama kamu." -Zahran