11

626 77 1
                                    

Saat Chika sudah merasa tak ada lagi yang perlu dibahas, Chika beranjak dari duduknya kemudian membawa piring-piring kotor untuk dia cuci.
.
Sebenarnya, Chika sudah tidak tahan lagi dengan Zahran. Namun bagaimanapun juga, Zahran adalah salah satu bagian penting yang mendampinginya saat dia berada di masa sulit.
.
"Saya pikir, kamu tidak sepenuhnya bergantung pada saya, Chika."
.
Zahran perlahan bergerak mendekati Chika.
.
"Maksud saya, bagaimana bisa kamu menganggap apa yang terjadi diantara kita hanya untuk keuntungan kamu saja?"
.
"Memang saya akui awalnya begitu. Tetapi lama kelamaan, itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan."
.
"Lantas, apa yang seharusnya ada dipikiran saya, Pak?" Chika membuang napasnya kasar.
.
"Bapak mau saya berpikir apa yang terjadi diantara kita adalah hal yang spesial? No way! Memang semuanya sedikit berlebihan dan awalnya saya sempat terbawa perasaan. Tetapi setelahnya, saya sepenuhnya sadar kalau saya tidak lebih dari sekedar pelarian!"
.
Chika menyusun piring-piring yang sudah dicuci di rak piring milik Zahran.
.
"Pelarian? Kamu bahkan belum mendengar cerita saya."
.
Chika berdecih dalam hati kemudian berbalik dan menatap tajam Zahran yang berdiri dibelakangnya.
.
"Untuk apa? Saya rasa tidak ada gunanya. Bahkan berakhirnya hubungan saya dengan Vino sama sekali tidak ada artinya untuk bapak."
.
"Jadi, bisa tolong lepaskan saya? Saya ingin pergi dari kehidupan bapak sebelum saya terlihat benar-benar menyedihkan!"
.
Chika kemudian berjalan kearah sofa dan merapikan barang-barangnya yang masih tergeletak disana.
.
"Terimakasih atas bantuan bapak selama ini, Chika pamit."
.
Dengan berderai air mata, Chika memantapkan langkah kakinya untuk meninggalkan tempat ini.
.
"Biar saya beri tahu apa yang kamu sebut pelarian."
.
Chika mengentikan langkah kakinya. Tak butuh waktu lama, Chika merasa ada benda asing yang jatuh diatas bibirnya. Zahran menciumnya.
.
ini hanyalah sebuah cerita
.
"Mungkin, saya belum bisa jelaskan apa yang terjadi dengan perasaan saya. Tapi saya harap, kamu bisa merasakan bahwa kamu bukan sekedar pelarian untuk saya."
.
Seketika, Chika merasa tubuhnya mati rasa.
.
.
.
.
.
.
.
"Jadi, Pak Zahran cium lo? Terus, lo tampar dia? Haha! Lo lagi gak bercanda kan, Chika?"
.
Chika bedecak sebal melihat respon yang diberikan Mira.
.
"Gue serius, Mir! Gue harus gimana? Pasti sekarang, itu manusia satu lagi nungguin gue di depan rumah."
.
Ekspresi wajah Mira langsung berubah total. Gadis itu mencium bau-bau yang tidak mengenakkan.
.
"Gue nginep dikosan lo malam ini ya, Mir? Gue udah bilang ke adek gue kok, nanti biar dia yang izinin ke nyokap."
.
Memang, setelah ciuman itu terjadi, Chika sesegera mungkin meninggalkan apartemen Zahran. Tak lupa, gadis itu juga menghadiahinya sebuah tamparan keras sebelumnya. Berani-beraninya pria itu mencium Chika dalam kondisi seperti itu. Dia pikir dia siapa?
.
"Enak aja! Lo yang nampar, lo yang dicium, dan gue yang kena getahnya?"
.
"Please, Mir. Malam ini aja. Gue beneran gak siap kalau harus ketemu dia dalam waktu dekat ini. At least, gue butuh waktu buat mikirin semuanya baik-baik."
.
Mira tampak menghela napas panjangnya.
.
"Yaudah lo boleh nginep. Just for tonight ya Chik, gak lebih. Gue gak mau disalahin sama keluarga lo dan gue juga gak mau masuk lambe kampus gara-gara masalah ini."
.
"Iya bawel banget lo!" Cibir Chika sembari menutup wajahnya menggunakan bantal.
.
Terus terang, perasaan campur aduk masih mengganggu hati Chika sampai sekarang. Sedih, marah juga kecewa masih belum bisa lepas dari pikiran Chika. Bodohnya, mengapa Chika bisa sampai sejauh ini tanpa memastikan status Zahran terlebih dahulu?
.
"Lo gak perlu panik gitu. Tamparan lo juga gak bisa disalahin gitu aja karena disini lo bisa dianggap korban. Tapi, lari dari semua ini juga bukan solusi yang tepat."
.
Kini, Chika benar-benar terbakar. Seluruh emosinya meluap lewat air mata.
.
"Terus menurut lo, gue harus bertahan sama seseorang yang udah punya sosok lain dihatinya?"
.
Mira tersenyum. Rupanya ini akar dari permasalahan mereka.
.
"Dengerin gue, Chik. Dia gak mungkin mau ngelakuin hal sefatal itu kalau dia gak punya alasan. Dan gue yakin, lo juga butuh penjelasan tentang ciuman itu kan?"
.
"Gue gak butuh!"
.
"Mulut lo boleh bilang gitu. But, I don't think so with your heart."
.

jadi motif bapak menyium Chika itu apa, Pak Zahran? butuh penjelasan dan bahkan tentang Fiony aja belum dijelasin sampai sekarang

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang