30

544 81 2
                                    

Chika meregangkan otot-ototnya setelah hampir dua jam memandangi layar laptopnya untuk menyusun judul skripsi. Sebenarnya, Chika juga tidak perlu terburu-buru seperti ini.

Namun entah mengapa, desakan dari Zahran berhasil membuatnya bergerak untuk segera menyelesaikan proposalnya.

Terlepas dari ketidaksiapan Chika untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, sepertinya Chika harus mempertimbangkan usaha Zahran yang sudah merancang masa depan mereka sedemikian apik.

"Eh buset! 2000+ chat? Ini mereka pada bahas apa?"

Chika tersentak kaget saat notifikasi grup chat fakultas kedokteran mencapai dua ribu lebih.

Saat Chika membukanya, tangan Chika tiba-tiba bergetar. Gadis itu bahkan hanya sanggup membaca sepuluh chat pertama beserta sebuah foto bahwa Zahran kekasihnya tengah memeluk Fiony.

"Bukankah kamu baru saja bilang 'I love you' padaku, Mas? Tapi ini apa?"

Memang, saat Zahran meneleponnya tadi, Chika sudah tahu bahwa Zahran tidak sedang berada di apartemennya.

Suara musik menggema begitu kencang disana. Tetapi, Chika benar-benar tidak mengira jika Zahran sedang bersama Fiony.

"Kak, maaf. Kayanya Chika gak bisa bertahan sama Mas Zahran lagi. Terimakasih untuk bantuan kakak selama ini. Chika akan balas itu, Chika janji"

Masih dengan tangan yang gemetar, Chika mengirim pesan sekaligus foto sialan itu kepada Gito.

Setelah itu, Chika memutuskan untuk menonaktifkan ponselnya dan menangis selama yang dia mau.

Hingga waktu tengah malam tiba, Chika mendengar suara pintu kamarnya terbuka Sesegera mungkin, Chika menyeka air matanya meskipun itu sama sekali tidak membantu.

"Kak?"

"Mamaaa" Rengek Chika sambil berlari ke dekapan mamanya.

Mama mengusap punggung Chika dan mencoba menenangkannya.

"Kalau ada masalah, diselesaikan ya, Kak. Itu orangnya udah nunggu kamu di depan"

Selesai kan mama bilang? Baiklah, Chika akan menyelesaikannya detik ini juga.

Zahran bangkit dari sofa saat melihat kehadiran Chika dengan penampilan yang sangat berantakan.

"Chik, Aku-"

"Pergi! Jangan pernah datang ke kehidupan Chika lagi! Aku benci kamu, Mas!"








Tidak mau membuat kemarahan Gito semakin membuncah, Zahran memberi pengertian tentang foto itu kepada Gito.

Namun kala itu, Zahran belum bisa banyak cerita mengingat ada hal yang lebih penting yang harus dia urus sekarang. Ya, dia harus segera menemui Chika untuk meluruskan semuanya.

Zahran melirik arlojinya ketika mobilnya sudah terparkir didepan rumah Chika. Sudah pukul satu dini hari. Apa tidak masalah bertamu diwaktu seperti ini?

"Bodo amat lah!"


Zahran keluar dari mobil dan segera menuju ke halaman rumah Chika. Butuh waktu lama untuk pintu itu terbuka.

Saat pintu itu terbuka, Zahran menjelaskan kepada mama Chika apa tujuannya kemari. Awalnya, mama Chika sempat meminta Zahran pulang dan kembali datang nanti.

Tapi, melihat betapa frustasinya pria itu, mama Chika tak sampai hati.

"Tante cek ke kamarnya dulu ya"

Zahran mengangguk kemudian duduk di sofa. Tak berselang lama, Zahran melihat kedatangan Chika dengan penampilan yang sangat berantakan.

"Chik, Aku-"

"Pergi! Jangan pernah datang ke kehidupan Chika lagi! Aku benci kamu, Mas!"

Tidak peduli dengan keberadaan Mama Chika, Zahran langsung menarik Chika ke dalam dekapannya.

"Maaf, aku minta maaf sama kamu. Percayalah, foto itu bukan seperti apa yang kamu pikirkan"

PLAK

Chika mendaratkan sebuah tamparan ke pipi Zahran.

"Chika harus bersikap kaya gimana lagi sama kamu, Mas? Chika udah ikhlas kalau memang mas mau bantu Fiony. Tapi, apa harus dengan cara seperti itu?"

Zahran menghela napas pelan saat air mata Chika kembali luruh.

"Sumpah demi Tuhan, niatku kesana hanya untuk bertemu Aji. Aku sama sekali gak tahu kalau Fiony juga ada disana"

"Aku gak bisa menolak pelukannya karena saat itu dia sangat ketakutan. Aku belum tahu kenapa, karena Fiony belum banyak bicara. Tapi sepertinya, dia ada sedikit trauma"

Chika merasa dadanya semakin sesak.

"Sekarang semua terserah padamu. Kalau kamu mau putus, aku bisa apa? Yang pasti, aku berkata jujur ke kamu"

Zahran merapikan rambut Chika kemudian menghapus air matanya.

"Beristirahatlah dan jangan menangis lagi. Aku permisi"

~~~

putus

karena hari ini sy vc sm kak sisca jd sy up👍
deg-degan nya dr skrg

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang