"Chika buruan mandinya! Lo kalau gak mau ngampus hari ini gak usah ajak-ajak gue! Gue bisa telat kalau begini ceritanya!"
.
Dari dalam kamar mandi, Chika tidak henti-hentinya menertawakan Mira. Chika memang sengaja berlama-lama dikamar mandi untuk mengerjai Mira.
.
"Iya deh anak rajin. Takut banget telat kayanya!"
.
Saat Chika keluar dari kamar mandi, Chika cukup terkejut saat Mira sudah berganti pakaian dan berdandan rapi.
.
"Buset! Lo nggak mandi, Chik?"
.
Wajah Mira sudah berubah merah. Chika yakin Mira pasti sangat kesal.
.
"Pergi gak lo dari kosan gue! Udah numpang, gak tau diri lagi!"
.
Bukannya sakit hati, tawa Chika justru semakin menjadi.
.
"Lo kalau marah-marah terus nanti makin telat. Udah buruan cabut. Tenang aja, kosan lo aman sama gue."
.
Mira menarik napas dalam-dalam.
.
"Sabaaar." Ucap Mira dalam hati.
.
Saat Mira sudah kesal setengah mati, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ini siapa yang meneleponnya pagi-pagi? Jangan bilang mama minta pulsa.
.
"Halo?"
.
"Eh iya, Pak Zahran. Tumben nih telfon saya. Ada perlu apa ya?"
.
Mendengar Mira berbicara, Chika sontak menggigit bibir bawahnya. Sial! Mengapa sekarang dia yang jadi terintimidasi seperti ini.
.
"Iya, Pak. Ini Chika masih di kosan saya kok." Ucap Mira sambil memainkan ekspresi liciknya.
.
"Bapak mau jemput? Boleh kok boleh. Kebetulan dia baru selesai mandi. Bapak buruan ya kalau kesini. Takutnya kabur lagi nih. Aduh!"
.
"Chik, lo kenapa cubit-cubit gue sih?" Keluhnya sambil mengusap bekas cubitan Chika.
.
"Sekali lagi lo ngomong, gue bunuh lo, Mir!" Bisik Chika dengan nada mengancam.
.
Seakan tak takut dengan ucapan Chika, Mira pun melanjutkan percakapannya dengan Zahran.
.
"Saya gak papa kok, Pak. Ini, Chika nya lagi milih baju yang cocok buat ketemu bapak. Maklum lah, Pak. Orang kabur dari rumah ya bisanya pinjem baju orang. Giliran dipilihin yang bagus malah saya dicubit."
.
Chika memejamkan matanya pasrah. Habis sudah harga diri Chika dimata Zahran.
.
"Oh, bapak udah diluar? Bapak tunggu sebentar gak masalah kan? Bukannya apa-apa, saya agak worry kalau masukin bapak ke kosan saya. Ada Chika lagi. Saya masih sayang nyawa, Pak"
.
.
.
Sudah satu jam lebih Chika mengurung diri di dalam kosan Mira. Setelah perbincangan Mira dan Zahran beberapa waktu lalu, Chika seperti kehilangan nyali untuk bertemu dengannya.
.
Tetapi dari balik jendela, Chika bisa melihat jelas bahwa mobil Zahran masih terparkir rapi di pinggir jalan. Apa dia tidak ada jadwal mengajar hari ini?
.
Dengan berat hati, Chika akhirnya mau menurunkan egonya. Gadis itu kemudian keluar dari tempat persembunyiannya. Bagaimanapun juga, Chika tidak ingin masalah ini sampai mengganggu pekerjaan Zahran.
.
"Hari ini Chika bolos, Pak. Bapak bisa pergi dari sini kalau bapak memang banyak urusan." Chika mencoba menata kalimatnya sebaik mungkin.
.
"Memangnya kamu saja yang bisa bolos? Saya juga bisa."
.
Mata Chika membulat sempurna saat Zahran tiba-tiba turun dari mobilnya dan membawanya masuk lewat pintu sebelah kiri.
.
Zahran kemudian ikut masuk kedalamnya dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Susana didalam mobil juga sempat hening sesaat sebelum Zahran bersuara.
.
"Rasanya menyenangkan juga ya melanggar aturan seperti ini. Pantas saja selama ini kamu betah saya maki-maki karena sering terlambat."
.
Zahran berusaha tersenyum saat Chika tak memberikan tanggapan apapun.
.
"It's okay, I know this is so hard for you, right?"
.
"Saya paham sekali bagaimana perasaan kamu sekarang. Saya bisa merasakan kebingungan kamu tentang apa yang terjadi dengan kita selama ini."
.
"Dan tamparan kamu kemarin, rasanya tidak akan sebanding dengan rasa sakit hati yang kamu dapatkan dari saya bukan?"
.
Chika masih enggan menanggapinya.
.
"Kali ini apa saya boleh memperbaikinya?"
.
Chika mengernyitkan dahinya kemudian memalingkan wajahnya kearah Zahran dengan spontan.
.
"Saya akan coba kasih pengertian kepada kamu bahwa kamu bukan hanya sekedar pelarian untuk saya. Tetapi, saya tidak akan memakai cara brutal seperti kemarin lagi."
.
"Lalu dengan cara apa?"
.
"Being together with you, maybe? Bahkan kalau saya harus absen untuk menghabiskan waktu bersama kamu juga saya tidak peduli. Asalkan, saya bisa menjadi sesuatu yang lebih bermakna dihati kamu. Bagaimana? Mau ya sayang?"
.
.
.
Kini, Chika sudah tidak bisa lagi mendeskripsikan semuanya. Chika juga bisa melihat ada raut ketegangan yang terpancar dari sosok yang duduk disebelahnya.
.
"Kamu grogi gak? Saya grogi banget nih gak tahu kenapa. Padahal, kita sudah sering ya duduk berdua seperti ini?"
.
Chika mencibir dalam hati. Harus ya pertanyaan seperti itu dijawab?
.
"Tenang, saya gak maksa kamu buat jadi pasangan saya kok. It's up to you. Saya akan tunggu kamu sampai kamu benar-benar siap. Tapi, setelah kamu lulus nanti, kamu harus siap dilamar ya?"
.
"HAH?!"
.
Untuk sekarang, Chika berusaha menormalkan kembali debar jantungnya yang semakin memburu. Astaga, Chika bisa terkena serangan jantung mendadak.
.
"Kenapa harus saya, Pak?" Gadis itu mulai bersuara.
.
"Bapak kan tahu kalau umur kita ini jauh sekali. Maksud saya, apa bapak siap punya pasangan yang sifatnya kekanak-kanakan seperti saya? Dan lagi, saya masih punya mimpi-mimpi besar yang ingin saya wujudkan setelah lulus nanti."
.
Zahran terkekeh sesaat setelah mendengar pernyataan Chika.
.
"Memangnya, kamu pikir umur saya berapa?"
.
"32 or 35, maybe?"
.
Zahran lantas menoyor kepala Chika dengan telunjuk kirinya.
.
"Heh! Kamu pikir saya setua itu? Pantas ya selama ini kamu takut sekali dekat-dekat dengan saya. Tapi, lain lagi dong kalau saya bilang ke kamu saya baru dua puluh lima tahun?"
.
"Dua puluh lima?" Tanya Chika yang dijawab dengan anggukan oleh Zahran.
.
"Oh iya, masalah Fiony saya minta maaf, ya."
.
"Fiony menikah dengan orang lain saat status kami masih pacaran. Dan belum ada kata putus diantara kami hingga sekarang. Itulah kenapa saya sebut dia sebagai kekasih."
.
"Tapi, saya benar-benar tidak tahu kalau itu akan membuat kamu berniat menjauhi saya. Saya pikir selama ini, hanya saya saja yang tertarik dengan kamu. Dan saya pikir, kamu tidak masalah dengan hal itu."
.
"Rupanya saya salah. Mengklaim pasangan orang lain sebagai kekasih saya ternyata bisa berdampak sedahsyat itu untuk kita."
.
"Tetapi saya senang, setidaknya dengan begitu saya bisa tahu perasaan kamu begitu besar untuk saya meski kamu tidak mau mengakuinya. Kamu cemburu bukan?"
.
Cemburu? Apa iya? Ah! Chika tidak mau memikirkannya terlalu serius. Chika memberi kebebasan Zahran untuk berangan-angan sesuka hatinya.
.tentang Fiony udh dijelaskan,
sekarang tentang kejelasan hubungannya bersama Chika, gimana Pak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Jatuh Hati
Romance"Beri aku satu alasan. Kenapa? Kenapa kamu masih mau bertahan setelah apa yang terjadi diantara kita?" -Chika . "Aku cuma mau kamu percaya bahwa aku bukan pembunuh mama kamu." -Zahran