8

616 73 0
                                    

Masih dengan pakaian yang sama, Chika kini sudah berada di lokasi yang berbeda dari sebelumnya. Beberapa saat lalu, Shani memberitahunya bahwa Mira baru saja dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami insiden tabrak lari.
.
"Kondisinya gimana, Shan?"
.
"Untungnya gak ada luka yang serius, Chik. Pelakunya juga udah dilacak sama pihak kepolisian."
.
Chika menghela napasnya lega. Terus terang, sejak kejadian hari itu, hubungannya dengan Mira sedikit renggang. Chika tidak tahu mengapa, padahal dirinya sama sekali tidak membencinya. Apa Mira merasa bersalah?
.
"Lo tahu gimana kejadiannya?"
.
"Gue gak tahu pasti, Chik. Cuma dari keterangan dokter, Mira lagi dalam pengaruh alkohol."
.
ini hanyalah sebuah cerita
.
Chika memejamkan matanya dengan begitu berat.
.
"Anyway, lo kesini sama siapa? Kalau lo sendirian, lo keberatan gak kalau lo temenin gue jagain dia?"
.
"Em, itu, sebenarnya gue kesini sama Pak Zahran." Ucapnya ragu.
.
"Tapi, gue bisa suruh dia pulang sekarang kok."
.
Chika mengerutkan dahinya ketika melihat Shani memijat pelipisnya.
.
"Lo kenapa?"
.
"Gue heran deh sama lo pada. Kalian yang punya masalah, gue yang pusing mikirinnya. Mendingan sekarang lo keluar daripada mereka buat onar di rumah sakit."
.
"Mereka?"
.
"Lo pikir, yang bawa Mira kesini siapa?"
.
Perasaan tidak nyaman seketika muncul dari dalam hati Chika. Sebisa mungkin, Chika menghapus semua pikiran buruk yang mulai meracuni pikirannya tanpa henti.
.
Saat Chika berlari keluar ruangan, samar-samar Chika mendengar nasihat Shani bahwa dirinya harus menyelesaikan masalah ini dengan hati.
.
Setelah sekian lama mencari, Chika akhirnya menemukan mereka. Bersamaan dengan luka yang menghiasi wajah mereka, Chika yakin keduanya benar-benar dikendalikan oleh emosi
.
"Well, mau bagaimanapun, ini sudah terjadi kan? Let her go, kalau kamu masih punya hati. Saya memang bukan siapa-siapa disini dan saya tahu hatinya masih sepenuhnya untuk kamu. Tetapi, saya janji saya akan menjaga dia bagaimanapun caranya dan apapun kondisinya."
.
Dari kejauhan, Chika bisa melihat bahwa Vino sedang tertawa dengan sedikit sarkas.
.
"Did you love her?"
.
Bersamaan dengan suasana koridor rumah sakit yang mulai sepi, Chika hanya bisa merenungkan semua hal yang terjadi dalam hidupnya. Jujur saja, Chika tidak pernah mendapat masalah seberat ini sebelumnya.
.
Namun untuk sekarang, kepada siapa Chika harus membagikan semuanya? Demi tuhan, Chika tidak sanggup menanggung semuanya sendiri.
.
Hubungannya dengan Vino yang semakin tidak jelas dan foto yang membuat hubungan Mira dan Chika renggang. Padahal, itu hanyalah foto biasa karena keberhasilan Vino dalam showcase perdananya itu yang membuat Vino sangat amat bahagia walau dalam hati ia bersedih karena tidak ada Chika di sampingnya dan menemaninya saat showcase itu.
.
Ya, beberapa saat lalu, Vino menceritakan semuanya termasuk tentang fotonya yang bersama dengan Mira.
.
"Jadi, kenapa dia bisa sampai seperti itu, Vin?" Tanya Chika.
.
Sambil menahan sakit di area bekas pukulan Zahran, Vino mulai berbicara.
.
"Sebenarnya, Mira udah suka sama aku sejak SMA, Chik."
.
Mengenai hal itu Chika tidak terkejut mengingat Mira sudah berteman dengan Vino jauh sebelum Chika.
.
"Dia merasa bersalah atas apa yang terjadi sama kita. Jujur, dia gak mau persahabatan kalian berantakan. Tapi, dia juga gak bisa berbuat banyak waktu semua orang menyalahkan kamu karena dia tahu dia juga keliru. Gak seharusnya dia datang ke showcase aku waktu itu."
.
Air mata Chika mulai menitih.
.
"Kamu tahu, Chik? Setiap hari, dia datangi aku buat minta maaf. Dia minta aku buat selamatin kamu dari tuduhan orang-orang. Sebenarnya aku tidak keberatan jika itu murni buat kamu. Tapi soal dosen kamu itu? Aku gak bisa terima, Chik."
.
Chika menggigit bibir bawahnya kemudian menarik napas dalam-dalam. Berat, tapi ini adalah yang terbaik untuk semuanya.
.
"Kita berdua selesai sampai sini ya, Vin?" Pinta Chika dengan nada memohon.
.
"Ini yang terbaik buat kita, juga buat Mira. Kita sama-sama bantu dia buat lepas dari rasa bersalah itu."
.
Vino tak berani menjawab, namun beberapa saat kemudian, pria itu menarik Chika kedalam pelukannya lalu menggangguk pelan.
.
Mengingat kejadian itu, dada Chika terasa sesak. Tentang Zahran, Chika tidak tahu dia pergi kemana sekarang. Mungkin, pria itu pulang karena ini juga sudah terlalu malam. Tapi, apa boleh Chika memintanya kembali bahkan untuk malam ini saja?
.
"Pak Zahran, maaf kalau Chika lancang. Tapi, apa bapak bisa balik ke rumah sakit sekarang? Chika butuh teman, juga pelukan."
.
Pesan itu dikirim Chika untuk Zahran
.

akhir dari hubungan Chika dan Vino
Zahran dan Chika, apakah ini awal untuk mereka?

Tentang Jatuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang