Chapter 27 - Season 2

3.3K 225 11
                                    

Andai kalian tahu betapa komen kalian itu benar-benar bikin mood para author meroket, mungkin kalian akan komen tiap paragraf.

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Previously :

"Aku.. aku baik" matanya tak lepas dari perut buncit Rosa. "B-boleh aku mengusapnya?" Tanyanya canggung. Dia tahu itu tidak sopan, tapi sudah menjadi impiannya sedari dulu melihat perut wanita yang dicintainya membuncit. Meski sayangnya bukanlah miliknya.

---

In Bed chapter 27 season 2

"Pergilah ke sana, Liam." Ujar Adam di seberang sambungan. Liam masih tetap bungkam. Mulutnya sesekali menyesap antara rokok dan alkohol bergantian.

"Ada Tian. Aku ini pemimpin perusahaan. Untuk apa aku mengangkatnya sebagai wakil jika aku yang harus mengerjakan hal remeh seperti itu".

Evelyn, asisten pribadi Liam masuk dan menyerahkan beberapa berkas laporan mingguan. Liam menerimanya dan menaruhnya di meja. Evelyn pamit undur diri saat Liam menyuruhnya dengan sapuan tangannya. Terlihat tidak sopan, memang. Tapi Evelyn tahu jika boss-nya melakukan itu berarti beliau sedang berada dalam pembicaraan penting.

"Ini rapat terakhir, Liam. Datanglah. Papa yakin kamu tak akan menyesal." Ujarnya memastikan sebelum Adam mematikan sambungan.

Percakapan dua hari lalu terus terngiang di telinga Liam. Papanya bersikeras agar dia datang pada rapat terakhir dengan perusahaan kontraktor yang sudah biasa bekerjasama dengan perusahaan Maxwell E.T.. Padahal biasanya rapat seperti ini cukup diwakili oleh lawyer atau paling banter diwakili Tian yang kini notabene adalah wakil Liam.

Datanglah, Papa yakin kamu tak akan menyesal.

Begitu kata Adam, setelah dia memastikan semuanya sesuai dengan harapannya. Orang yang sengaja ditempatkan untuk mengawasi Rosa di Italia memastikan jika hari ini Rosa akan ikut rapat. Yang belum Adam tahu adalah jika Rosa ternyata sudah memiliki janji penting dengan putranya sehingga dia harus pulang lebih awal. Terkadang manusia hanya bisa berencana.

"B-boleh aku mengusapnya?" Suara lirih itu terdengar di telinga Liam. Suara yang sudah sangat familiar di telinganya.

Mengusap apa? Batinnya. Liam berjalan malas.

Dari tempatnya berdiri, Liam dapat melihat punggung tinggi menjulang Tian menutupi lawan bicaranya. Sekelebat Liam dapat melihat sedikit sisi tubuh lawan bicara Tian. Wanita itu tidak berpakaian layaknya orang yang ingin bekerja, dress navy dengan sepatu boots selutut. Terlihat jas maroon tersampir di lengan kirinya dan tas di tangan kanannya.

"Boleh" satu kata yang membuat detak jantung Liam berhenti. Suara lembut yang sangat dirindukan.

Datanglah, Papa yakin kamu tak akan menyesal.

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang