Chapter 24 (Mature)

5.9K 217 22
                                    

Andai kalian tahu betapa komen kalian itu benar-benar bikin mood para author meroket, mungkin kalian akan komen tiap paragraf.

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


---

Previously :
Raut wajahnya terlampau datar. Tak ada senyuman hangat atau mata berkilap yang Liam selalu puja. Setidaknya, Liam bersyukur di sana tidak ada senyum palsu. "Disini?"

"ya, taksiku akan sampai sebentar lagi" jawabannya tanpa berani menatap pria itu.

"Rosalina, maksudmu apa?" Tanyanya curiga. Alisnya bertaut tak suka mendengar ucapan Rosa.

"Kita berpisah di sini saja, Liam."

***

In Bed Chapter 24

"My rose. Maksudnya?" Rosa masin menunduk. Dia menutupi wajah sembabnya dengan tirai rambutnya. Entah sejak kapan Liam mulai memanggilnya my rose. Dia bilang panggilan itu sesuai dengannya. Wajahnya akan memerah malu saat Liam memujinya. Tapi kini wajah itu tidak memerah, wajah itu pucat layaknya mayat. "Rosalina, kamu menakutiku. Katakan padaku, apa aku punya salah?"

Rosa menggeleng cepat, Rosa menatap Liam dengan alis matanya yang berkerut. "kamu tidak punya salah, Liam. Aku.. aku yang salah. Perselingkuhan kita salah" Mata Rosa berkedip cepat mencegah agar air matanya tidak tumpah lagi.

"Perselingkuhan kita memang salah, Rosa. Tapi apa aku salah jika aku menyayangimu?"

Jantung Rosa berdebar kencang. "Apa? Apa maksudnya?" Rosa masih tidak percaya Liam berkata sayang semudah itu.

"Tidak, aku salah. Aku bukan hanya sayang. Tapi aku cinta padamu, Rosalina. Cinta sekali seolah jantungku akan meledak setiap melihatmu."

Liam melepas sabuk pengamannya dan mendekati Rosa. Tatapan matanya tak pernah lepas dari wajah Rosa yang bertambah pias. Seinci demi seinci, Liam bergerak mendekat. Rosa terjebak dalam dilema. Satu sisi otaknya berteriak untuk mempejauh jarak antara mereka, tapi tubuhnya tak bisa diajak bekerjasama. Tubuhnya malah kaku tak bergeming sedikitpun.

"Katakan sesuatu" suara Liam turun satu oktaf. Wajahnya kini sudah sangat dekat dengan wajah Rosa, sangat dekat hingga wanita itu dapat mencium aroma sigaret yang menguar dari pakaiannya.

"A-aku.." Rosa terbata. Suaranya sangat pelan tapi merdu menggelitik telinga Liam.

Liam perlahan bergerak mendekat lagi. Kini jantung Rosa berdetak seolah ingin menerobos barisan rusuknya membayangkan jika bibir lembut yang kehitaman itu melumat bibirnya. Tangan Liam menyentuh pipi bersemu Rosa, Menghadapkan wajahnya yang berpaling itu agar bertatapan dengannya. Sentuhan antar kulit itu mengirimkan percikan-percikan dan membuat bulu kuduk Rosa semakin meremang.

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang