Chapter 32 - Season 2

2.4K 180 12
                                    

Andai kalian tahu betapa komen kalian itu benar-benar bikin mood para author meroket, mungkin kalian akan komen tiap paragraf.

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Previously :

"Uncle, Eros lelah" keluh bocah berbaju biru itu. Dia berlari mendekati kursi panjang dan segera mengambil sebotol air mineral yang kawannya sodorkan. "Terima kasih, Nora"

Liam berjalan mendekati kedua bocah itu. "Uncle harus pulang. Sebentar lagi mama pasti jemput. Nora juga, kan?"

Kedua bocah itu menjawab dengan anggukan semangat.

"Bye.." setelah puas mengacak-acak rambut Eros, Liam akhirnya pergi.

Benar kata Liam. Tak lama setelah kepergiannya, Daniel dan Rosa datang menjemput Eros dan Nora.
———

In Bed Chapter 32 - Season 2

"Saya tidak mau ikut rapat yang seharusnya tidak ada saya di dalamnya, wahai Tuan Liam yang terhormat" Rosa menggebrak tumpukan laporan yang baru saja selesai dia kerjakan. Dia tak tahu harus dengan cara apa lagi menolak permintaan Liam agar Rossa ikut dalam rapat yang seharusnya tidak ada dia di dalamnya.

Dengan nada setengah bercanda Liam menjawab, "Keputusan sudah final. Kamu harus ikut atau aku tidak akan acc permohonan cuti kamu"

"Kamu ingin aku melahirkan disini? Apa kamu gila?" Rusa menatap Liam dengan tatapan tak percaya.

Lagi, Liam menjawab dengan nada slengean. "Terserah kalau gitu. Ikut rapat atau aku tidak akan menandatangani surat cutimu."

"Lagipula untuk apa kamu butuh surat cutiku. Kau bahkan bukan boss-ku" Rosa beranjak mendekati pintu hendak keluar ruangan. Tapi, langkahnya terhenti saat Liam mengucapkan ancamannya.

"Satu langkah kamu meninggalkan ruangan ini, maka kerjasama kita akan berakhir."

Nadanya terdengar sangat datar, sehingga membuat Rosa sedikit-banyak merasa merinding. Tanpa membalikan badannya, Rosa bertanya dengan nada yang sama datarnya. "Kamu mengancamku?"

"Anggap saja begitu. Karena wanita sepertimu tak akan mau dengar jika tidak disertai dengan ancaman".

Liam berdiri dari kursi kebesarannya, lalu berjalan perlahan memutari meja mendekati Rosa. Tatapan matanya gelap membuat Rosa berpikir jika Liam saat ini sedang dalam mode monster-nya. Mode di mana semua orang di hadapannya bertekuk lutut tanpa bisa melawan.

"Sebenarnya apa masalahmu?" Ujar Rosa, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Aku yang harus bertanya seperti itu. Apa masalahmu?" Kini tangan Liam berada di sisi kiri dan sisi kanan Rosa, memerangkap wanita itu di bawah kungkungannya. Rosa bagai tikus kecil yang terjebak dalam perangkap, dia hanya bisa pasrah.

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang