Epilog (Mature)

6.4K 231 35
                                    

Andai kalian tahu betapa komen kalian itu benar-benar bikin mood para author meroket, mungkin kalian akan komen tiap paragraf.

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____

In Bed Season 2 epilog

"Ahh.. Liam.. mmmm.. lebih cepat.." Rosa menggoyangkan pinggulnya menyambut hentakan panggul Liam. Kaki kirinya terangkat dan ditahan oleh lengan kanan Liam yang jemarinya sibuk membuai gundukan bukit Rosa, dan kaki yang satunya berjinjit ke lantai marmer yang dingin.

"Liam, anak-anak keburu pulang. Ahh.. tunggu, terlalu cepat, Liam" gerutu Rosa saat tempo gerakan Liam meningkat. Kedua tangannya mengalung di leher Liam menjambak rambut lebatnya kesal. 

"Tadi katanya minta cepat. Kamu membingungkan, perempuan" Mendengar itu, Liam melambatkan tempo hujamannya. Dahinya berkerut saat menatap wajah merah istrinya.

"Tapi… ah, jangan dilambatin.. aku tadi mau keluar"

"Berbalik. Aku akan menghukummu"

Dengan cepat, Liam membalik tubuh Rosa. Dada montok itu menempel di atas meja dapur yang dingin, kedua kakinya menjuntai ke bawah. Kedua bongkahan padat Rosa terpampang jelas, menantang Liam untuk segera diberi perhatian.

Dari tempatnya berdiri, Liam dapat melihat dengan jelas lipatan lembah Rosa yang bengkak, merah dan basah. Ini bukan pertama kalinya Rosa harus berada di posisi seperti sekarang. Tubuhnya telanjang, dress yang ia kenakan menggulung di lehernya, dan celana dalam yang kini entah kemana.

Rosa memekik saat Liam mendorong dua jarinya masuk, bergerak menggunting dan menyentuh setiap titik sensitif di dalam sana. "Liam, ahh.. enak, ahh.."

Tamparan demi tamparan Liam layangkan pada bongkahan pantat Rosa yang kini bersemu merah. Liam terus mendesak jarinya keluar masuk dan berhenti saat dia merasa dinding rahim Rosa mengetat.

"Liam.. aku mau keluar tadi" Rosa mendesah kesal.

Liam lalu mencabut jemarinya dan melilitkannya di belakang leher Rosa, menekannya kuat —tapi lembut disaat bersamaan— ke meja dapur. Wajah Rosa menempel di atas meja saat kuku tumpul pria itu menancap di rahangnya.  Mulut Rosa terbuka saat dia megap-megap kekurangan oksigen.

Mungkin inilah sebab mengapa banyak wanita yang mati saat bersenggama. Batinnya

Liam menggunakan kakinya untuk membuka kaki Rosa dan membenamkan seluruh kejantanannya ke dalam lembah Rosa. Wanita itu menjerit terkejut saat dinding sempit itu dilebarkan secara paksa oleh batang keras Liam. "Liam.. " dinding itu menyempit, berusaha menyesuaikan lekuk tubuh Liam di dalamnya.

Liam menjambak rambut Rosa, dan mendesak batangnya bergerak lebih dalam. "Liam. Mau keluar. Ahh.. mmm"

Tubuh Rosa terasa penuh terisi kepadatan inti Liam. Jemari kekarnya menari lincah di atas permata basah Rosa saat gerakannya semakin liar dan kasar.

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang