Chapter 22

3.1K 240 42
                                    

Happy bgt Chapter sebelumnya banyak yg komen, mood ku langsung melonjak drastis loh, guys. 😍 Seneng bgt bacain komentar kalian satu-satu.

Andai kalian tahu betapa komen kalian itu benar-benar bikin mood para author meroket, mungkin kalian akan komen tiap paragraf.

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously :

Sudah kubilang untuk jauhi Tian, kan? Lalu sekarang kamu ditampar oleh kenyataan sebenarnya. Kenyataan bahwa Tian memang lebih cocok dengan Sara dibandingkan denganmu, that's mother instinct. Aku benci harus mengatakan ini, tapi.. I told you so.

"Tian, aku mau kita cerai"

———

In Bed Chapter 22

"M-maksud kamu? Kamu minta cerai. Aku.. aku.." Tian tidak munafik. Saat pertama kali Rosa mengancam akan meninggalkan dirinya saat dia memilih tidur dengan Sara malam itu, maka itu adalah batas terakhir kesabaran Rosa. Tapi dia cukup naif saat berharap jika kapal oleng bernama rumah tangga ini masih bisa diperbaiki.

"Tian, aku minta maaf"

"No, no, jangan seperti itu." Tian berlutut di depan Rosa. Dia mengamit keduua tangan Rosa, dan menatap mata sembabnya. "Jangan minta maaf. Kamu sadar kan kalau disini aku yang salah. Aku yang harus minta maaf, sayang. Aku tidak mau kita cerai. Aku tidak mau pisah"

"No, aku harus minta maaf sama kamu, Tian. Aku minta maaf. Aku sudah berusaha" gugur sudah pertahanan Rosa. Air mata yang sedari tadi di tahannya luruh bersama kata-kata yang terucap.

"Berusaha apa? Berusaha apa, sayang?" Tanya Tian cemas. Dadanya seperti dipukul gada saat melihat kekasihnya menangis.

"Selama ini aku sudah berusaha, aku belajar untuk mencintai kamu. Untuk menerima kamu sebagai pemilik hatiku. Tapi aku gagal. Aku gagal, Tian." Rosa hanya mampu menunduk. Dia hanya mampu menutupi wajahnya malu. Dia tak punya wajah lagi menghadapi suaminya.

"Kamu tidak gagal, Rosa. Please, berhenti menangis. Aku.. aku sayang banget sama kamu. Aku tidak mau kita pisah. Kumohon" Tian mengeratkan genggaman tangannya, meyakinkan sang istri jika dia tidak sendirian. Jika dia ingin berjuang bersama lagi dari awal. Harapan iti terus Tian pupuk dengan harapan semua akan tercapai.

"I've tried so hard, Tian. Keras sekali sampai aku kehilangan jati diriku. Aku kehilangan diriku sendiri"

"Aku mohon.. aku mohon sama kamu, sayang. Aku mohon" kalau Tian bisa, dia akan bersujud memohon agar istrinya berubah pikiran dan membatalkan rencana konyolnya untuk bercerai.

"Kau tahu, Aku bahkan tidak cemburu saat aku mengetahui kamu selingkuh." Ucapnya jujur. Kini tak ada lagi yang perlu Rosa sembunyikan. Toh keputusannya sudah bulat. Dia akan mengakhiri semuanya. "Aku bahkan tidak merasa cemburu tiap kali kamu pulang malam tanpa menyentuhku. Aku bahkan tidak merasa kesal saat.. saat kamu bilang kamu harus pergi keluar negeri untuk mengurus kantor cabang padahal kamu senang-senang sama Sara. Aku hanya takut Tian. Aku takut sama diriku sendiri.

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang