Chapter 5

11.8K 385 7
                                    

"We should.. stop." Tian menggenggam tangan wanita yang keukeuh menghujami lehernya kecupan basah.

"No, darling. I won't. Kamu tahu kan kalau aku menyukaimu semenjak pertama kali mommy Andrea memperkenalkan kamu sama aku" bisikan serak itu terdengar kian menjijikkan di telinga Tian.

Jika saja Sara bukan anak dari sahabat ibunya, pasti dengan mudah Tian menyingkirkan wanita ular ini.

Wanita yang pastinya hanya mengincar harta yang Tian punya. Gold digger.

"Stop, Sara. Rosa dalam perjalanan ke sini. Jangan sampai dia salah paham"

"Let her see then. Bukankah kamu cemburu kalau dia dekat-dekat dengan kakak tirimu itu?"

Sepertinya kata-kata kalau 'Rosa lebih dekat dengan Liam' berhasil membuat dirinya terpelatuk.

"Itu bukan urusanmu. Keluar kamu sekarang. Ini perintah!" Ujar pria itu kesal.

Liam. Pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu adalah saingan berat Tian saat itu.

Saat dia pertama kalinya jatuh cinta pada seorang wanita. Pada istrinya. Rosalina.

***

"Rosa, ini kedua kawanku. Yang ini aku pernah cerita ke kamu. Namanya Christian." Ujar Sara, teman sekamar Rosa.

Rosa menyambut uluran tangan Tian. Mata Tian tak berkedip seakan baru kali ini dia melihat seorang wanita.

"Hai.." senyum manis menghiasi wajah bulatnya. "Rosa"

Mata pria di hadapan Rosa mengerjap beberapa kali sebelum memperkenalkan namanya, "T-tian. M-maksudku, panggil saja aku Tian"

"Yang ini kakaknya Tian. Namanya.."

"Liam. Aku kenal kok sama dia, Sar."

"Kenal di mana?" Tanya Tian penasaran.

"Kamu inget waktu itu aku cerita tentang alumni yang tiba-tiba ngedeketin aku terus marahin aku masalah jurnal yang aku tulis?" Tanya Rosa pada Sara.

"Stop, there. Aku tidak marah padamu. Hanya saja mahasiswa semester akhir model kamu yang bisanya hanya mengutip kata-kata orang lalu tempel di jurnal sendiri seolah itu kata-kata sendiri itu kadang memang perlu di tegur. Kalau aku jadi dosen pembimbing kamu, aku sobek jurnal kamu"

"Kamu lagian pelit banget sih. Kalau kamu lebih teliti, aku itu mengutip pakai sumber. Jangan menuduh aku plagiat, dong."

"Aku ga nuduh kamu plagiat, tapi emang kenyataan kalau kamu.."

"Sudah sudah. Kita jadi pergi ga sih ini?" Ujar Sara menengahi pertengkaran mereka.

Tanpa sadar, tangan Tian mengepal kesal. Entah mengapa melihat kedekatan mereka menyesakkan dadanya.

***

"Hai, Sara. Sudah selesai urusannya?" Tanya Rosa.

Seolah ingin memprovokasi wanita yang terlampau polos di hadapannya, Sara menyusap bibir yang lipstiknya terlihat sedikit berantakan menggunakan ibu jarinya.

"Sudah, kok, Rosa. Kamu masuk gih. Sudah di tunggu." Seringai liciknya.

"Ok. Liam, kamu di sini saja. Aku ga lama, kok" Rosa menahan dada Liam agar dia tidak ikut masuk. Liam hanya mengangguk, tidak melepaskan pandangannya pada wanita berbaju ketat yang baru saja keluar dari ruang adik tirinya itu.

Rahangnya mengeras dan matanya menggelap.

Sesaat setelah Rosa menghilang dari pandangannya, Liam menjambak rambut Sara dan menarik wanita jalang itu ke arah kamar mandi.

"Liam, lepas!" Pekik Sara. Tangannya meraih kepalan tangan Liam, mencoba untuk melepas cengkraman tangan kasar itu dari rambutnya.

"Berapa kali aku peringatkan kamu. Jauhi Tian." Geramnya.

"Mengapa aku harus jauhi Tian kalau kamu juga ga bisa jauhi Rosa. Apa istimewanya si jalang itu?"

Geramnya tak terbendung, Liam menampar wanita di hadapannya.

"Jaga mulutmu, sialan! Kau yang jalang."

Sara meringis meraba pipinya. Tamparan itu begitu kuat hingga meninggalkan bekas tapak tangan Liam di pipinya.

Air matanya berurai, tak pernah ia menyangka akan di perlakukan seperti itu oleh Liam.

"Dengar, Liam. Aku bersumpah akan menghancurkan rumah tangga mereka. Tidak hanya itu, aku juga akan menghancurkan si jalang sialan itu karna telah membuat semua yang aku rencanakan gagal." Tanpa menunggu jawaban Liam, Sara pergi meninggalkan Liam di kamar mandi.

***

-tbc-

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang