Chapter 18

3.6K 202 12
                                    

Budayakan vote sebelum baca!

---

Previously :

Pergumulan mereka dapat dilihat dari balik pintu yang ternyata tidak tertutup sempurna. Dibaliknya terdapan wanita yang sedari tadi diam mendengarkan percakapan antara suaminya dan sahabatnya. Mungkin sekarang hubungan mereka sudah bukan sahabat lagi. Wanita itu kini menjadi seseorang yang merebut hati suaminya.

***

Aroma kopi menyeruak memenuhi ruangan, bercampur dengan wangi aroma roti panggang yang baru saja di keluarkan dari oven. Terhitung sudah hampir delapan kali Rosa melirik jam tangan yang melingkar indah di lengannya dan mendapati jika orang yang akan ditemuinya hari ini telat datang.

Seminggu yang lalu, kenyataan pahit didapatinya saat dia melihat suaminya bercumbu dengan sahabatnya. Miris. Bahkan Rosa harus berpura-pura tersenyum atau merajuk saat Tian telat pulang dan mengatakan jika dia rapat dengan investor padahal jelas-jelas dia baru saja pulang dari hotel bersama kekasih gelapnya.

Tak lama, gemerincing bel terdengar menandakan pintu masuk toko roti terbuka. Wanita berbaju ketat dengan jas tersampir di bahunya itu berjalan mendekati meja yang di tempati Rosa. "Hai. Sorry, telat. Tadi Tian ada meeting sama investor. Kamu sudah pesan?".

Baru saja Sara mendaratkan bokongnya di kursi, Rosa berkata, "Aku mau to the point sama kamu, Sara. Boleh?".

"Ada apa, Ro—"

"Aku minta tolong kamu untuk jauhi Tian. Kamu bisa?" Ujarnya tanpa basa-basi. Wajahnya terlihat tenang padahal hatinya seolah ingin meledak.

Sara terdiam kaku sejenak mencerna kata-kata yang terlontar dari mulut Rosa. Sara tersenyum kaku dan bertanya, "M-maksud kamu?"

"Jauhi suamiku, Sara. Apa kurang jelas?".

Sara menelan ganjalan di tenggorokannya dan mencoba menetralkan rasa terkejutnya. "Rosa, kamu salah paham. Aku hanya asisten Tian."

"Lalu ciuman kalian di kantor waktu itu juga salah paham?" Ketusnya.

"You.." Sara tergagap. Detak jantungnya meningkatkan hingga menimbulkan rasa sesak di dadanya. Tidak. Harusnya dia tidak merasakan hal itu. Harusnya dia tidak merasa terintimidasi atas sikap frontal Rosa.

"Kamu sengaja buka pintu biar aku bisa lihat aksi kamu yang memuakkan itu, iya?" Cacinya lagi. Kini tak hanya Sara yang mendengar, orang-orang di sekitarnya pun ikut menoleh ke arah mereka. Sadar akan hal itu, Rosa mengretakkan rahangnya mencoba meredam emosinya sendiri. "Kamu sengaja provokasi Tian. Bilang kalau aku sama Liam ada hubungan di belakangnya. Untuk apa? Mom Andrea yang suruh kamu jadi perusak rumah tanggaku, kan?"

"Tanpa disuruh pun aku akan tetap melakukannya, Rosa." Jawab Sara datar. "Kamu yang seharusnya sadar diri. Aku yang pertama suka sama Tian. Seharusnya—"

"Tidak ada seharusnya, Sara. Aku tidak bisa mengontrol perasaan Tian. Tian yang datang melamarku. Aku tidak pernah memaksa dia untuk jatuh cinta padaku".

"Kamu bisa tolak dia" sanggahnya.

"Lalu setelah ku tolak dia, apa kamu pikir dia akan berpaling padamu?" Cibir Rosa sengit.

"Lancang kamu, Rosa." Tangannya mengepal di atas meja. Rosa yang dulu dikenalnya sudah berubah. Jelas, wanita mana yang sanggup melihat suaminya mendua.

"Kamu yang lancang, Sara. Dia sudah punya istri. Kelak dia akan punya anak"

"Kapan? Kapan kalian akan punya anak?" Sara mendengus meremehkan lawan bicaranya. 

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang