Chapter 23

3K 220 42
                                    

Happy bgt Chapter sebelumnya banyak yg komen tentang apa yg harus gw lakuin ke Sara. Gregetan gw ama dia. Di sini kalian bakal lebih greget sama 2 makhluk terkutuk itu.

Andai kalian tahu betapa komen kalian itu benar-benar bikin mood para author meroket, mungkin kalian akan komen tiap paragraf.

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Previously :

Semua yang hadir di ruangan itu turut merasakan kesedihan yang di rasakan Rosa. Sinta pun ikut menjerit perih. Joyce adalah keluarganya. Keluarga yang di ciptakan olehnya sendiri. Keluarga yang di takdirkan untuknya meski hanya sementara.

Kehangatan hati dan keramahan Joyce membuat gadis belia yang menjadi perawatnya itu merasakan bahagia, meski hanya sebentar.

Joyce, pergilah dengan tenang. Kami semua menyayangimu. Batin Sinta.

———

In Bed Chapter 23

Dua hari ini Tian habiskan untuk menunggu Sara di rumah sakit. Meski demikian, dia tak berhenti mengerjakan tugas kantornya. sebagai hukuman atas perbuatan bejatnya, Adam menurunkan jabatannya dari wakil CEO menjadi pegawai biasa. Entah sampai kapan hukuman itu berakhir, Tian tak peduli. Semuanya hancur gara-gara tindakan bodohnya.

Andrea tidak menginap tapi dia selalu berkunjung dan membawakan makanan serta pakaian bersih untuk anaknya. Kedua orang tua Sara tak dapat menjenguk anaknya lantaran perusahaan mereka sedang terjadi masalah pelik.

Aroma cairan desinfektan terasa menusuk hidung. Bunyi elektrokardiograf memenuhi ruang memberi tanda jika wanita yang kini terbaring di ranjang itu masih hidup. Pun dengan bayi yang ada di dalam kandungannya. Sungguh sebuah keajaiban yang terus disyukuri oleh Andrea. Tian sendiri tak tahu apa yang harus di rasakan olehnya. Hatinya ikut redup semenjak keputusan Rosa menggugat cerai dirinya.

Saat ini, mata Tian masih lekat dengan layar laptopnya mengabaikan perawat yang sudah beberapa kali keluar masuk ruangannya dan juga mengabaikan Andrea yang sedang mengupas buah-buahan. Kamar yang diisi oleh dua ranjang pasien itu terasa sepi. Tian tak dapat melihat siapa pasien yang ada satu ruang dengannya. Bagian itu terus di tutupi tirai putih semenjak pertama kali mereka masuk dan menghuni ruangan itu.

"Tian.." terdengar suara lirih memanggil namanya. Tian berdiri dan menghampiri ranjang. "Aku.. masih hidup?" Tanyanya beretorika.

"Apa kamu sungguh-sungguh berharap mati?" Tanyanya datar. Andrea yang kesal dengan ucapan Tian menepak pundaknya sebagai peringatan agar menjaga ucapannya.

Tian tak ambil pusing, dia memecet tombol pemberitahuan agar perawat segera datang keruangan. Tak butuh lama, perawat serta dokter masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa keadaan Sara.

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang