Chapter 11 (Mature)

9.9K 284 2
                                    

Budayakan vote sebelum baca!

***

In Bed Chapter 11

"Maafkan aku. Aku benar-benar tidak mengingat apa yang terjadi semalam." Terlihat raut sedih serta kecewa di wajah cantik Rosa.. Kepalanya berdenyut nyeri setiap dia mencoba mengingat kejadian semalam. "Yang ku ingat terakhir, Sara memberiku cocktail. Hanya itu. Selebihnya blur.. aku gak bisa ingat apapun".

Malam tadi seharusnya menjadi malam yang memorable buat mereka berdua. Tapi semua sirna saat minuman sialan pemberian Sara masuk kedalam perut Rosa. "Apa aku memberi tahu kamu kalau aku sengaja beli lingerie baru untuk ku perlihatkan padamu semalam?".

Tangan Tian sesaat berhenti memotong bacon, sebelum akhirnya dia melanjutkan kegiatannya. "Ya, saya sudah lihat. Maaf saya menyobeknya semalam. Aku akan menggantinya nanti."

"Sobek? Kamu setidak sabar itu, huh?" Goda Rosa.

"You have no idea, My Love. Lanjutkan makannya, sayang."

Rosa menuntaskan sarapannya dengan menengguk segelas es jeruk peras. Kendati masih terlalu pagi, baginya es jeruk peras bisa jadi mood booster yang ampuh untuknya.

Setelah selesai sarapan, Tian pergi mandi sedang Rosa memilih menyuci piring bekas mereka berdua makan.

Terhitung sudah setengah tahun mereka memutuskan untuk berkencan. Tian terpesona oleh kepolosan Rosa dan mudah untuk diajak bermanja-manja. Dua kriteria itu yang membuat Tian tergila-gila pada wanitanya.

Ya. Kejadian semalam memang sepantasnya dikubur. Tidak ada yang boleh tahu kejadian ini.

Tian menatap tubuh Rosa dari belakang. Wanita itu tidak menyadari jika dirinya sedang diperhatikan secara intens olehnya.

Sial. Andai saja saya tidak terlalu gugup semalam hingga melampiaskan pada minuman sialan itu. Pasti saya yang mendapatkan mahkotanya. Bukan pria brengsek macam Liam.

Kekesalannya tak berhenti sampai di situ saja. Rosa yang polos dimanfaatkan oleh kakak tirinya. Liam bukan pria yang bermain hanya pada satu wanita hingga dia sangat yakin pada argumennya jika kelak kekasihnya ini hanya akan menjadi mainannya.

***

"Kok kamu melamun saja. Apa ada sesuatu yang sedang kamu pikirkan? Apa jangan-jangan kamu tidak suka sama tempatnya. Kurang nyaman? Mau pindah tempat saja?" Cerocos Rosa.

"Saya tidak melamun. Hanya saja, kamu.. terlihat sangat cantik malam ini." Puji Tian dengan wajah tersenyumnya. Matanya fokus menatap wanita cantik dihadapannya yang kini memasang wajah malu-malu. Meski ini bukan kali pertama lelaki itu memujinya, tapi tetap saja Rosa tidak terbiasa dengan hal itu.

Hidup dengan neneknya yang sudah sangat sepuh saat itu membuatnya terbiasa hidup tanpa kasih sayang, ataupun pujian. Yang ada dirinya sibuk dengan tugas-tugas yang menumpuk, baik tugas sekolah ataupun tugas mengurus neneknya.

Kedua orangtua Rosa sudah lama meninggal, sehingga dia hanya bisa hidup bergantung pada neneknya.

"That sound cheezy but Thank you atas pujiannya, Tian. You're not bad yourself... I love you".

Terkesiap dengan pernyataan Rosa, Tian bertanya, "you do?".

"Of course, Tian. Kalau tidak, mana mungkin aku kasih kamu milikku yang berharga."

Terbersit rasa bersalah dalam diri Rosa. Pasalnya, ini pertama kalinya dia mengatakan kalau dia mencintai kekasihnya itu. Padahal hubungan mereka sudah berjalan lebih dari setengah tahun.

Tidak main-main, bahkan para pegawai kantornya tahu 'My Love' atau 'sayang',  adalah panggilan kesayangan dari Tian untuk Rosa. Akhirnya, kesabaran berbuah manis. Pernyataan cinta yang selama ini Tian tunggu akhirnya Rosa ucapkan juga.

Ya,  kejadian kemarin malam sudah sepatutnya di kubur dalam-dalam.

***

"Love,  sayangku.. That's it, love" keringat terlihat mengalir di pelipis Tian, turun ke dagunya hingga menetes ke dada bidang yang tak kalah basahnya.

"Sayang.." Rosa mempercepat gerakannya, yang awalnya slow, kini menjadi lebih bergairah setelah mendengar pujian dari sang kekasih.

"God, love. That's so good. You.. Are such a good girl" suaranya terdengar turun beberapa oktav. Tian menangkup kedua bongkahan pantatnya,  membimbing gadis itu bergerak di atasnya. Gerakannya semakin liar saat pelepasan keduanya kian mendekat.

"Ahh.. Tian. Tian aku sampai... Ahh". Tiga kali hentakan keras hingga akhirnya mereka berdua tiba di tujuan akhir. Puncak pelepasan mereka.

Beberapa saat setelahnya, ritme napas Rosa masih belum kembali stabil. Tian menarik pundak wanitanya, membuatnya menjatuhkan diri tepat di atas dada Tian. Kedua tangannya, tidak, seluruh tubuh Rosa kini terasa seperti jelly.

Gadis itu tahu jika Tian kini sedang memperhatikan dirinya. Mengecup puncak kepalanya, sembari mengelus lembut belakang punggung Rosa yang telanjang.

"I love you, my love. Kamu mungkin bosan mendengar ini tapi, aku tidak akan pernah berhenti bilang kalau kamu adalah wanita tercantik yang pernah aku temui. Sound cheezy, I know. But you, my love, are my very very first love. Darling.." Tian memeluk erat tubuh Rosa,  bangkit lalu memosisikan dirinya duduk bersandar di papan tempat tidur dengan Rosa dipangkuannya. "Hey, look at me."

Tian tahu jika kesadaran Rosa kian menipis, tapi dia tak ingin menundanya lagi. Dia menggoyangkan tubuh gadisnya perlahan, berusaha mengembalikan kesadarannya.

Sesaat pandangan mereka bertemu, Tian berkata. "Rosalina Joseph, will you marry me?".

-tbc-

Jangan lupa VOMENT ya, sayang-sayangkuh!!

( ੭ु´ ・∀ ・') ु

In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang