Chapter 1 (Mature)

27.3K 655 13
                                    

Andai kalian tahu betapa komen kalian itu benar-benar bikin mood para author meroket, mungkin kalian akan komen tiap paragraf.

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Jadi jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, dan leave komen yang banyak ya 💋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

"stop, ahh... Liam.."

"Kalau kamu mendesah sekeras itu, Tian bakal dengar" Liam yang berdiri di belakang Rosa terus memompa jarinya di dalam vaginanya. Lidahnya tak henti-hentinya mengecup basah leher Rosa. Tentu tanpa meninggalkan jejak merah karena Liam tidak mau Rosa marah padanya. Itu jelas membuatnya gila.

Pernah satu kali Liam meninggal jejak kecupan di belahan dada Rosa. Dan parahnya lagi adalah Rosa tak tahu akan hal itu sehingga saat malam Tian mengajak wanita itu bercinta, pria itu bertanya mengapa belahannya memerah. Alhasil, Rosa haris berbohong dan mengatakan jika dia tanpa sengaja memakan kacang polong yang membuatnya alergi.

Malam itu Rosa selamat, dan tentu saja paginya Liam yang tak selamat. Rosa mendiaminya hampir seharian.

"Liam.. aku harus masak. Ahh" tak bisa di pungkiri, vagina basahnya terus mendamba. Perlakuan kasar Liam terhadap tubuhnya membuat Rosa semakin tergila-gila. Enggan dia mengakui semuanya. Terlebih tadi malam adalah perayaan hari jadi pernikahannya dengan Christian yang ke dua tahun.

"Berapa kali kamu keluar semalam, huh?" Sudah Rosa duga, pasti Liam mendengar desahannya semalam. Tian benar-benar mengagahinya tanpa ampun. Lelaki yang berstatus suaminya itu seakan sengaja membuat istrinya itu menjerit seakan tak akan ada yang mendengar mereka. "Apa suamimu itu bisa bikin kamu menjerit seperti saat kita bercinta?"

Tentu Liam mendengar. Kamar mereka bersebelahan.

"Yang kita lakukan bukan bercinta, Liam. Jangan mimpi kamu! Yang kamu lakukan adalah pemaksaan" tekannya. Ini yang terbaik.

Liam tidak boleh tahu kalau telah ada secercah cinta yang timbul di hati Rosa.

"Munafik kamu, love. Apa kedutan di bawah ini bukan bukti dari betapa tubuhmu mendambaku?" Jarinya terus bergerak brutal. Menusuk, semakin cepat, mengantarnya menuju puncak kenikmatan.

Rosa menggeram pelan. Tak pernah dirinya merasa kecewa saat dia memasrahkan tubuhnya pada Liam.

Dia sangat tahu ini salah.

Andai saja..

Andai saja waktu itu Liam melamarnya lebih dulu.

***

"Kamu sakit, My love?" Tanya Tian, cemas saat melihat wajah Rosa yang memerah. Istrinya terlihat seperti sedang menahan sakit tapi tak ingin memberi tahu Tian karena takut lelaki itu khawatir.

Diamnya Rosa malah menguntungkan bagi Liam. "Tidak usah kamu pikirkan, Tian. Paling dia cuma mau manja-manjaan seperti biasa." Ujar Liam mengejek.

Rosa hanya menyunggingkan senyum tulus pada sang suami saking tak sanggupnya dia membuka mulutnya. Lalu tatapan menusuk dia layangkan pada Liam.

Ahh..

Hampir saja Rosa mendesah. Mata Rosa terpejam dan menjuling ke belakang. Getaran vibrator yang Liam masukkan ke vaginanya setelah sesi di dapur tadi semakin liar.

Liam tidak suka Rosa senyum ke Tian. Sangat amat tidak suka.

Gigi Rosa gemeretuk menahan desah. Andai ia sedang sendirian, pasti dia akan menjerit kenikmatan. Liam benar-benar memasangkan alat itu tepat di pusat gairahnya.

Liam gila. Batin Rosalina. Bisa-bisanya dia lakukan ini di depan suaminya.

"Aku akan pulang sangat malam hari ini. Kamu tidak perlu nunggu. Langsung pergi tidur saja seperti biasa" tangan Tian meraih tangan Rosa. Mengecupnya lembut sebelum dia beranjak mencium keningnya.

Liam sepertinya sedang berbaik hati. Getaran dari mainannya berhenti hingga Rosa akhirnya bisa buka suara. "Kamu bekerja terlalu keras, sayang. Jangan terlalu di forsir. Nanti kamu sakit".

Buta. Dasar istri buta. Batin Liam.

"Sibuk banget kelihatannya. Ada masalah apa di kantor?" Tanya Liam.

"Dia pekerja keras, Liam. Kamu tahu itu" bela sang istri.

"Sudahlah. Kalian selalu saja seperti itu." Tian menengahi mereka berdua.

Liam yang selalu ingin menunjukkan kebusukan Tian pada Rosa yang selalu membela Tian.

"Minum susunya, aku akan pergi sekarang." Tian memeluk Rosa dan pergi meninggalkan mereka berdua.

Pintu tertutup, dan Rosa memutuskan untuk angkat kaki dari ruang makan. Dia ingin cepat-cepat mengeluarkan benda itu dari dalam tubuhnya.

Sayangnya, hal itu tak sejalan dengan keinginan Liam. Lelaki itu tertawa puas sambil mengejar gadis itu dari belakang.

***

"Ya?" Ujar Tian pada lawan bicaranya di seberang sambungan.

"..."

"Iya. Aku on the way" Supir pribadi membuka pintu mobil, mempersilahkan Tian masuk.

"..."

"Langsung ke kantor, tuan?" Tanya sang supir. Dia menyalakan mobil, bersiap untuk berangkat.

"Ke rumah Sara dulu, baru kita ke bandara" jawabannya singkat.

"..."

"Aku sudah bilang ke dia aku akan pulang malam"

"..."

"Ya, see you"

-tbc-

With love,
AF~ ♥️

With love,AF~ ♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
In Bed (Maxwell Family #1) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang