Part Duabelas

1.7K 47 6
                                    

Sebuah tangan kekar langsung menggenggam, menahan tangan yang akan menampar Tasya. "Jangan berani beraninya anda!"

Pria yang tangannya di tahan oleh tangan kekar tersebut melihat ke arah pemilik tangan tersebut, dan langsung melototkan matanya kaget saat melihat siapa pemilik tangan tersebut.

"Pak Reza?!" Kaget Tasya saat melihat Reza yang menahan tangan yang akan menamparnya.

Reza menghentakkan tangan yang ditahannya, dan melihat dengan tatapan tajam kepada pemilik tangan tersebut.

Mengetahui itu adalah Reza, pria tersebut langsung menundukkan kepalanya, "m-maafkan s-saya Pak" ucap Pria tersebut dengan nada suara terdengar takut.

Jiaah! sama cewe aja berani, pas cowok langsung lemah dia. cemenn. batin Tasya.

"Tolong jangan pecat saya Pak, karena kejadian ini. Saya benar benar minta maaf" lanjut Pria tersebut dengan membungkuk

Reza mengerutkan alisnya bingung dengan ucapan pria tersebut

"Saya bekerja di perusahaan bapak, tolong jangan pecat saya pak, saya harus membiayai keluarga saya. Jika bapak memecat saya, saya tidak tau harus membiayai keluarga saya bagaimana pak" Mohon pria tersebut lagi

"Siapa nama anda?" Tanya Reza datar

"Bram Prasetyo Pak"

Reza langsung mengambil ponselnya dan menelepon sekretarinya.

"Coret nama Bram Prasetyo, karena mulai sekarang dia tidak bekerja lagi di perusahaan saya."

Reza langsung mengakhiri panggilan tersebut, dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku jasnya.

Tasya dan Pria yang bernama Bram tersebut langsung melotot kaget saat mendengar ucapan Reza.

Whatt??!! Seriuss?! Gampang banget asal mecat orang!! Gilaa sihh parahh!

Pria yang bernama bram tersebut langsung berlutut, "pak saya mohon jangan pecat saya pak. kasihan keluarga saya pak"

"Saya tidak perduli!"

"Ayo Tasya" Reza langsung membalikkan badannya

"Pak saya mohon pak jangan pecat sayaa" Mohon pria tersebut lagi

Reza tidak memedulikan dan hanya bodo amat.

Reza menggenggam tangan kanan Tasya, dan menariknya sambil berjalan pergi meninggalkan pria tersebut yang masih berlutut.

Sampai di parkiran, Tasya mencoba melepaskan genggaman tangan Reza yang menggenggam tangannya.

"Pak, bapak kok pecat om yang tadi sih?!" Tanya Tasya dengan nada sedikit marah.

"karna dia memarahi kamu" Reza membuka kunci pintu mobilnya menggunakan remote, dengan menekan tombol unlock.

"Tapi kan nggak gitu juga pakk"

Reza melihat ke arah Tasya, "sshhtt. Masuk"

Tasya sedikit mengerutkan alisnya kesal, dan berjalan ke arah kursi penumpang yang berada di sebelah kursi pengemudi.

Tasya masuk, dan duduk dengan kedua tangan di lipat di dada dan melihat ke liar jendela.

Tasya hanya bisa pasrah, karena Reza memang orangnya seperti ini. Apapun yang dia ingin lakukan, pasti akan terjadi.

Reza memundurkan mobilnya, dan menjalankan mobilnya keluar dari parkiran perusahaannya.

Reza melajukan mobilnya menuju ke tempat tujuan.

Dosen Killer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang