Pikiranku saat ini betul-betul nge-blank. Aku tidak bisa berpikir apapun, selain merasakan nikmatnya bibir Bayu yang tengah mencumbui bibirku. Bibir atas dan bibir bawahku dicecap dan dihisapnya bergantian, membuatku semakin mengalungkan kedua lenganku di leher Bayu untuk memperdalam ciuman kami.
Bayu mengangkat pinggang rampingku hingga kini aku terduduk di pangkuannya. Bayu meraih daguku, mengelus rahangku dengan jari-jarinya yang sedikit kasar, lalu menggigit bibir bawahku lembut. Membuatku mengerang dan sedikit membuka bibirku, lalu Bayu memperdalam ciuman kami. Membuatku menjambak rambut pria itu dengan nikmat saat lidah kami bertemu.
Rasanya begitu nikmat. Begitu sensual. Begitu panas. Dan begitu memabukkan. Sebelum ini, aku tidak pernah tahu, kalau sebuah ciuman bisa membuatku melayang terbang menembus bintang-bintang. Hingga aku benar-benar lupa segalanya.
Lalu, saat kami berdua hampir kehabisan napas, Bayu menyudahi ciumannya lebih dulu. Membuatku setengah protes, hingga berusaha kembali mendekatkan wajah kami.
Namun, Bayu langsung mengambil jarak dengan menenggelamkan wajahnya ke bahuku. Napas pria itu tampak memburu dan terdengar berat. Seolah ia benar-benar tersiksa karena dipaksa berhenti dengan paksa.
Bayu mengecup tulang selangkaku lembut, lalu ia mengangkat kepalanya dan kembali menatap mataku.
Bayu mengelus bibir dan pipiku yang terasa panas. Wajah pria itu tampak memerah hingga telinga. Matanya sayu—dipenuhi kabut gairah yang tidak ia sembunyikan sama sekali. Rambutnya berantakan karena ulah jari-jariku. Dan aku yakin, keadaanku sekarang juga sama kacaunya dengan pria itu.
Dengan suara bergetar Bayu berbisik tepat di depan bibirku.
“Dewi ... Please go to your room. And lock your door.”
“Bay....”
“Please....” mohon Bayu dengan suara amat tersiksa, karena aku tahu Bayu tengah menahan diri mati-matian.
Lalu, menuruti perintah Bayu aku pun turun dari pangkuan pria itu. Kakiku sedikit gemetar, karena ciuman Bayu benar-benar membuatku melayang.
Aku meninggalkan atap tanpa menoleh ke belakang sama sekali, karena aku takut, kalau aku menatap Bayu sekali lagi saja, maka aku akan kembali menciumi pria itu dengan brutalnya.
***
Aku terbangun saat jarum jam tepat ada di angka 10. Untungnya hari ini memang jatah liburku, sehingga bangun siang pun tidak akan jadi masalah.
Dengan tubuh yang terasa panas dan dada berdebar kencang aku meraba bibirku sendiri. Rasa bibir Bayu yang manis masih tersisa di sana, membuatku menjilat bibir bawahku tanpa sadar. Dan jujur saja itu membuatku malu sendiri, hingga aku memutuskan untuk mandi agar pikiranku terasa lebih jernih.
Setelah mandi aku segera menghubungi Reza, tapi pria itu masih tidak menjawab panggilan teleponku. Sepertinya ia memang masih sibuk.
Sehingga aku mengirimi pesan pada pria itu, untuk mengajaknya bertemu saat ia sudah pulang dari Bali nanti.
***
Aroma manis kue yang baru saja matang langsung menusuk indra penciumanku saat aku keluar kamar. Tampak Anna dan juga Debby yang tengah heboh menghias kue di dapur sambil sesekali saling colek krim susu dan tertawa.
“Good morning! Ada perayaan apa hari ini? Kok, gue nggak diajak?”
“Oh, hai, Wi! Lo udah bangun, babe? Hari ini gue mau ngasih kejutan pesta ulang tahun buat Bayu! Hari ini lo libur, kan? Bantuin gue siapin pesta, ya!”
“Pesta ulang tahun? Bayu?”
“Oh, iya, tiga hari lalu ternyata Bayu ulang tahun! Gue liat post-annya di Instagram! Jadi, niatnya malam ini gue mau rayain ulang tahun dia! Menurut lo Bayu bakal suka nggak, Wi?” tanya Debby dengan wajah yang memerah malu. Membuat wajah cantiknya semakin terlihat ayu.
Aku mencengkeram pinggiran kitchen table erat-erat. Kepalaku terasa pening, karena ucapan Debby barusan seperti palu godam yang membangunkanku dari mimpi indah untuk kembali ke realita.
Realita di mana aku adalah pacar Reza. Realita kalau Debby—sahabat yang sangat aku sayangi naksir dengan Bayu. Realita kalau putus tidak akan pernah mudah. Dan apa yang terjadi di antara aku dan Bayu tadi malam adalah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidup.
Aku mengkhianati Reza. Mengkhianati Debby. Dan untuk pertama kalinya, ciuman Bayu tidak lagi terasa manis, tapi membuat perutku bergejolak sakit dan dadaku sesak karena dibebani rasa bersalah yang menusuk sampai tulang.
“Wi, lo nggak papa? Lo pucat banget, babe?” tanya Debby seraya menatapku khawatir.
Dengan sedikit tertatih aku berjalan ke arah kulkas, lalu mengambil sebotol air dingin dan meminumnya untuk membasahi tenggorokanku yang terasa kering dan sakit karena hujaman rasa bersalah dan rasa jijik pada diri sendiri.
“Gue nggak papa, kok, Deb. Dan Bayu pasti suka sama kejutan yang lo kasih.” Lalu aku berdeham kecil. “Memang si Bayu ke mana?”
“Nggak tahu, deh. Kayaknya tengah malem dia baru pulang, karena gue denger dia mandi. Tapi gila juga ya, Bayu? Kalo gue jadi dia, mending nggak usah mandi sekalian, ogah amat maksa mandi tengah malem. Brrr ... Kan dingin, hih! Tapi Bayu udah bilang bakal pulang nanti abis maghrib, makanya bantuin gue biar persiapan pestanya kelar sebelum dia pulang okay?” tanya Debby dengan mata berbinar membuatku akhirnya hanya bisa mengangguk sambil tersenyum pahit.
“Oh ya, Na, kira-kira enaknya kuenya dihias stroberi atau coklat atau keju, ya?”
“Kenapa nggak nanya Dewi aja? Gue yakin dia pasti tahu,” jawab Anna datar.
“Hah?”
Tapi raut datar Anna menghilang hanya dalam beberapa detik, karena sekarang ia sudah tersenyum lebar dan ceria lagi seperti biasa. “Kata lo Dewi dulu satu sekelas sama Bayu, kan? Jadi dia pasti tahu rasa favorit Bayu apa, iya kan, Wi?”
Aku membasahi bibirku yang terasa kering, karena setiap mendengar nama Bayu disebut rasanya seperti perutku diaduk dengan cepat dan rasa bersalah itu membuat kedua pundakku terasa berat.
“Gue nggak tahu apa favorit dia.”
“Iya, Na, walau mereka sekelas mereka emang nggak deket, sih. Jadi, wajar kalau Dewi nggak tahu.”
“Oh gitu, sayang sekali. Kalo gitu gue punya ide!”
“Apa?” tanya Debby antusias.
“Kita hias aja kuenya sama stroberi, coklat, dan keju. Gue yang hias pake stroberi, lo coklat, Deb! Dan Dewi yang hias bagian keju. Makanya, Wi, cepet pakai celemeknya! Bantuin kita bikin kue!”
Lalu, Anna memakaikan celemek di badanku. Dan dengan kepala yang nge-blank, serta kedua pundak yang terasa berat, aku membantu Debby untuk membuat pesta untuk merayakan ulang tahun Reza.
Lalu, membantu sahabatku itu merangkai kata, untuk menyatakan perasannya pada pria itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/251235441-288-k827223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
fortnight (completed)
RomanceHanya perlu dua minggu untuk menghancurkan hubungan dua tahun. Hanya perlu dua minggu untuk menjungkir balikan hidup dan perasaan seseorang. Hanya butuh dua minggu dan semua hancur berantakan. Menurutmu cinta itu apa? Perasaan yang meledak-ledak la...