Seharusnya hari ini aku dan Reza janjian untuk kencan sekalian mencari hadiah pernikahan Wina dan juga Alexandre. Namun, Reza membatalkannya karena ia ada rapat penting. Dan seperti biasanya, aku pun jadi pacar pengertian yang memaklumi segalanya.
Apa aku merasa kecewa? Entahlah, yang jelas sejak kemarin aku memang tidak berekspektasi apa-apa. Jadi, aku benar-benar merasa baik-baik saja.
Setelah menemui klien terakhir yang merupakan seorang pengacara, aku pun segera pulang ke rumah. Tadi aku di antar Rose dengan mobil kantor, oleh karena itu sekarang aku memutuskan untuk pulang naik taksi saja.
Sebenarnya, jika mau aku juga bisa memakai mobil yang disediakan kantor. Tapi kemacetan Jakarta benar-benar membuat sakit kepala, makanya aku benci jika harus menyetir sendiri. Biasanya aku minta diantar, atau naik taksi saja lalu memasukkan ongkosnya ke tagihan kantor.
Suasana Twogether begitu sepi, tapi maklum saja karena Jonathan harus ke restoran pagi-pagi dan Debby menginap di apartemen Benjamin untuk merayakan ulang tahun kakak tirinya itu.
Sebelum aku sempat membuka pintu, pintu sudah dibuka dulu dari dalam dan senyuman Bayu yang manis langsung menyambutku. Sepertinya pria itu juga baru saja mandi, sehingga aroma sabunnya yang khas langsung menusuk indra penciumanku.
“Jahat nggak kalo gue seneng karena kencan lo sama Reza gagal?"
Tentu saja Bayu langsung tahu apa yang terjadi, karena setelah menolak ajakan pergi pria itu tadi malam aku bilang bakal langsung kencan begitu pulang kerja. Namun, nyatanya setelah kerja aku malah langsung pulang. Jadi, tidak perlu jadi si jenius untuk tahu apa yang terjadi.
“Ya, silahkan bersenang-senang dan ketawain gue sepuasnya!” ujarku sambil cemberut.
Senyum Bayu semakin lebar. “Gue lebih pengen bikin lo ketawa, Dewi. Lo capek nggak? Kalo nggak, gue masih pengen minta traktiran ulang tahun nih.”
“Heh, kan lo yang janji bakal neraktir gue!”
“Deal! Gue bakal neraktir lo apa aja. Makanya, jalan sama gue, ya please....”
Aku tersenyum kecil. “Oke, tapi gue siap-siap dulu. Tunggu.”
“Take your time, Dewi. Gue jago kalau masalah nunggu.”
Aku melepaskan tatapan Bayu dan senyumannya yang memikat. Lalu aku bersiap-siap untuk pergi ke manapun Bayu mengajakku.
Aku tahu saat ini aku tengah menggali kuburanku sendiri, tapi kepala dan dadaku bakal meledak kalau tidak mencobanya. Makanya, setidaknya mari coba sekali saja.
***
"Lo mau ngajakin gue ke mana?" tanyaku saat Bayu meminta sopirnya untuk menurunkan kami di halte CSW. Setelah menempelkan kartu untuk membayar, kini kami berdua tengah duduk di halte untuk menunggu Transjakarta.
“Kota Tua.”
Aku melongo dan menatap pria itu ke Kota Tua “Seriously, Bay? Kota Tua? Lo bikin gue bocah SD yang lagi butuh study tour!”
“Kalo gue boleh jujur, lo bahkan lebih ngenes daripada bocah SD yang lagi butuh study tour.” Lalu pria itu mengetuk dahiku dua kali dengan begitu lembut.
“Isi kepala lo yang kusut ini, butuh liburan dan hiburan. Gue nggak tahu apa yang bikin lo menahan diri begitu lama, tapi hari ini. Ayo merayakan kebebasan, Wi. Biar gue tunjukin gimana rasanya terbang dengan bebas, tanpa terkekang. This is your life, and you don't owe anyone anything.”
Haish, dasar sok tahu!
Aku ingin menyahuti perkataan Bayu—dengan mengomel karena lagi-lagi pria itu sok tahu dan berkomentar seenaknya. Namun, ponselku yang bergetar membuatku mengurungkan niat. Aku merogoh ponsel di tote bag yang aku bawa. Saat aku hendak menjawab telepon dari Reza, Bayu lebih dulu meraih ponselku dan me-reject panggilan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
fortnight (completed)
RomanceHanya perlu dua minggu untuk menghancurkan hubungan dua tahun. Hanya perlu dua minggu untuk menjungkir balikan hidup dan perasaan seseorang. Hanya butuh dua minggu dan semua hancur berantakan. Menurutmu cinta itu apa? Perasaan yang meledak-ledak la...