Hari ini aku dan Reza pergi ke rumah orang tua Reza yang ada di daerah Jakarta Barat. Jalanan Jakarta di malam Minggu memang macetnya minta ampun, tapi untungnya kami tetap datang lima menit lebih awal daripada waktu janjian makan malam dengan keluarga tunanganku itu.
Hari ini Jakarta memang hujan sejak pagi. Seolah kota itu tengah patah hati, sehingga tak berhenti menangis sedetik pun. Hingga udara jadi dingin dan lembap.
Untungnya Reza memang orang yang selalu sedia payung sebelum hujan, sehingga sesampainya di halaman rumah keluarga Reza yang luas dan dipenuhi rumput jepang itu, kami bisa langsung masuk ke rumah dengan menggunakan satu payung berdua.
Tanpa perlu mengetuk pintu, Mama Rita langsung membukakan pintu dan memelukku hangat. Seolah ia memang sudah menunggu kehadiran kami sejak tadi.
“Ya, ampun akhirnya menantu Mama dateng juga. Kamu laper nggak, Wi? Mama udah masakin masakan favorit kamu, lho. Nanti jangan lupa makan yang banyak, ya!”
Aku pun membalas pelukan calon mertuaku sama hangatnya. Setelah itu menyaliminya dengan sopan. Dan mengajaknya cipika-cipiki. Hubunganku dengan Mama Rita memang sangat baik. Bahkan, sejak awal Reza mengenalkanku padanya, Mama Rita sudah sangat menyayangiku. Tanpa memedulikan ataupun memandang sebelah walau aku berasal dari panti asuhan.
Reza cemberut, lalu langsung salim dan memeluk Mamanya hangat.“Oh, Mama gitu, ya ... Udah ada Dewi jadi lupa sama anak sendiri.”
“Iyalah, bosen Mama sama kamu, Za,” canda Mama yang membuat aku dan Mama tertawa bersama. Dan tentu saja, hal itu membuat Reza langsung protes tapi akhirnya diam setelah dihadiai Mama sebuah jeweran di telinga.
Di meja makan, sudah ada Papa dan Riza yang tengah duduk dengan santai. Aku pun langsung menyalimi Papa dengan sopan dan menanyakan kabarnya. Papa memang bukan orang yang banyak bicara, jadi ia hanya menjawab singkat tapi tetap hangat. Membuatku merasa nyaman, karena walau tidak mengatakannya terang-terangan, aku tahu Papa juga merestui hubunganku dengan Reza.
Riza bangkit dari duduknya. Lalu menyalimi tanganku dengan sopan.
“Kak Dewi, nanti kalau udah nikah sama Bang Reza, kakak tinggal di sini aja, ya? Biar tiap malem kita bisa pajamas party, terus ajarin aku make up, sama bikin nail art.”
“Heh bocil! Kalau Kak Dewi udah nikah sama Abang, ya Abang kunciinlah di kamar tiap malem. Ngapain dia pajamas party sama kamu?”
“Aku udah kelas 2 SMP, ya! Jangan panggil bocil lagi! Ih, Ma, liat deh Abang mikir jorok!”
“Kata siapa Abang mikir jorok? Orang Abang nggak mikir apa-apa, kok!”
“Haish udah-udah kalian berdua! Jangan berantem terus! Udah ayo makan malem bareng!”
Riza melotot kesal sambil kembali ke kursinya, yang langsung direspons Reza dengan memeletkan lidah bercanda. Reza memang suka sekali menggoda adik perempuannya itu, bahkan kadang sampai sang adik menangis. Kalau kata Reza sih karena sayang, ia nggak rela adik yang dulu selalu manja dan mengikutinya ke mana-mana sekarang sudah remaja bahkan sudah naksir kakak kelasnya di SMP.
Aku mengelus punggung Reza lembut. “Udah, Sayang.”
Lalu, kami makan bersama dengan nikmat. Papa memimpin doa untuk mengucapkan rasa syukur, aku dan Mama makan dengan tenang, sedangkan Reza dan Riza sesekali bertengkar karena berebut lauk pauk. Membuat Mama sesekali memukul centong ke kepala keduanya, agar kedua anaknya yang usianya terpaut lumayan jauh itu, berhenti bertengkar.
Setelah makan malam, kami duduk bersama di ruang keluarga untuk membahas pernikahan, dan juga niat Mama Rita dan Papa Jaya sowan ke panti untuk melamarku secara resmi pada Ibu Reni. Walau sekarang aku sudah mandiri, Mama Rita tahu sekali kalau Ibu Reni sudah aku anggap seperti ibu kandungku sendiri. Jadi, di acara pernikahanku dan Reza nanti, Ibu Reni juga harus terlibat di dalamnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/251235441-288-k827223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
fortnight (completed)
RomantizmHanya perlu dua minggu untuk menghancurkan hubungan dua tahun. Hanya perlu dua minggu untuk menjungkir balikan hidup dan perasaan seseorang. Hanya butuh dua minggu dan semua hancur berantakan. Menurutmu cinta itu apa? Perasaan yang meledak-ledak la...