timezone

8.8K 1.4K 71
                                    

Seharusnya Bayu menjemputku sepulang kerja hari ini. Tetapi tadi pagi pria itu memberitahuku jika ia tidak dapat menepati janjinya karena harus bertemu dengan klien penting. Alhasil kami memutuskan untuk ketemuan di mall saja.

Hi.”

Hi.”  

“Sori, nunggu lama, ya?"

"Nggak, kok. Gue juga baru beres ketemu klien. Harusnya gue yang minta maaf karena nggak jadi jemput lo tadi. Padahal kemaren gue udah janji."

"Santai kali, Bay. Selama ada abang O-jek si pacar sejuta umat—semuanya beres! So, apa yang kita lakuin sekarang? Ohhhhh, jangan bilang lo mau neraktir gue buat belanja sesukannya?”

“Yeee, mau lo itu mah!” Lalu pria itu meraih tanganku dan menggandengnya. “Hari ini gue mau neraktir lo mie ayam.”

Perkataan Bayu sontak membuatku tertawa. Lalu aku memandang pria itu dengan tatapan ‘seriously’ yang langsung dibalas dengan tatapan ‘gue janji lo nggak bakal nyesel’.

Setelah itu Bayu menuntunku berjalan menuju food court mall yang ada di lantai paling atas. Aku membiarkan tangan pria itu menggenggam tanganku. Rasanya hangat, dan ternyata bahagia bisa begitu penuh.  Sampai rasanya mau meledak, sampai rasanya otakku berhenti berpikir dan lupa kalau saat ini aku sudah punya Reza.

Kami duduk di dekat jendela, sehingga pemandangan taman yang ada di luar mall tampak terlihat. Banyak bunga yang baru mekar, sehingga taman di bawah sana tampak begitu cantik.

Tak lama kemudian mie ayam pesanan kami pun datang. Sehingga perutku yang memang sudah keroncongan, pun segera melahapnya dengan semangat.

Baru saja aku ingin menyuapkan mie ayam ke mulutku, ponselku yang ada di dalam tas berdering. Sehingga aku memutuskan untuk menjawab telepon terlebih dahulu. Telepon dari Reza, pria itu memang selalu meneleponku setiap pulang kerja. Ia sudah begitu hafal dengan jadwalku.

Aku pun menjawab telepon Reza. Seperti biasa pria itu menanyakan apa kegiatanku hari ini. Mau ke mana aku pergi. Dengan siapa aku pergi dan lain-lain. Kali ini aku menjawab jujur jika aku pergi ke mall untuk makan mie ayam. Tetapi aku tidak mengatakan dengan siapa aku pergi. Padahal jika aku pergi dengan Alexandre atau Jonathan aku bisa mengatakan yang sejujurnya pada Reza. Walau setelah itu Reza bakal meneror Jonathan dan Alexandre dengan berbagai wejangan untuk menjagaku. Namun entah mengapa aku begitu berat berkata jujur jika aku pergi dengan Bayu.

Setelah Reza mewanti-wantiku untuk selalu memberinya kabar dan tidak menghilang seperti kemarin, pria itu segera mematikan teleponnya. Setelah telepon mati aku pun kembali memasukkan ponsel ke dalam tote bag yang aku bawa.

"Reza?" tanya Bayu sebelum menyuapkan mie ayam ke mulutnya.

"Ho-oh," jawabku yang sontak diangguki mengerti oleh Bayu.

Lalu aku pun sedikit menunduk untuk menggulung mie dan menyuapkan mie tersebut ke mulutku. Membuat ujung rambutku yang tergerai hampir masuk ke dalam mangkok mie ayam jika Bayu tidak menahannya dengan tangannya.

Posisi ini membuatku sedikit canggung karena tubuh Bayu yang menjorok ke depan membuat jarak wajah kami begitu dekat. Sehingga aku dapat merasakan embusan napasnya yang terasa hangat.

Aku berdeham pelan, lalu menggantikan tangan Bayu menahan rambutku sendiri.

"Thanks, Bay."

Setelah itu aku mengorek pinggiran tas untuk mencari ikat rambut yang tadi aku masukan ke sana.

Setelah menemukan ikat rambut yang aku cari, aku segera mengikat rambutku ekor kuda. Setelah kenyang kami pun segera meninggalkan kedai mie ayam. Bayu mengajakku berkeliling mall sebelum akhirnya pria itu menyeretku masuk ke dalam sebuah tempat yang lagi-lagi membuatku melongo dan menatap Bayu dengan pandangan tak percaya.

fortnight (completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang