Hanya Aku

492 27 0
                                    

Hujan deras belum lelah mengguyur bumi, setelah sampai rumah, Rania dan Raditya memutuskan untuk membersihkan diri, mandi dengan air hangat adalah pilihan yang tepat, mengingat dingin begitu menusuk tulang setelah berlari di bawah hujan.

Selepas sembahyang magrib berjamaah, sepasang suami istri itu memutuskan untuk makan bersama, Raditya bahkan nambah dua kali karena memang dari siang dia belum sempat makan, tapi urung menjelaskan pada istrinya yang menatapnya heran, masih enggan membuat Rania kembali marah dengan alasan apapun. Bagaimanapun sudah hampir satu minggu keadaan baru membaik.

"Kamu belajar masak darimana Ran? Masakan kamu tidak ada yang tidak enak" Raditya membuka pembicaraan, istrinya masih irit bicara, walau sudah mau membalas ciumannya tadi.

"Dari ibu,sejak ayah bangkrut, kami hidup sederhana, memasak adalah salah satu cara untuk berhemat" Jawab Rania datar, memasukkan dengan malas suap demi suap kecil makanan ke mulutnya, dia hanya ingin cepat istirahat, badannya terasa begitu lelah. Tapi, Tiba-tiba dia ingat sesuatu untuk dikatakan. "Dit, besok siang aku berangkat ke Jogja, ada klien kita dari perusahaan Singapura kebetulan ada bersama keluarganya berlibur kesana, sepertinya dia tertarik bekerjasama dengan kita. Aku ingin produk fitofarmaka kita bisa memiliki daya saing yang sama dibanding obat kimia, tau sendirilah susahnya urus pengujian klinik selama ini"

"Oke, sama siapa?"

"Akbar dan Tina sekretaris Akbar"

"Apa urusannya Akbar dengan produk fitofarmaka kita? Kenapa dia ikut? " Raditya menahan amarah, segala sesuatu tentang Akbar, selalu membuatnya meradang. Apalagi Raditya tahu, Akbar memiliki rasa kepada Rania, bahkan Akbar mengetahui lebih banyak hal tentang Rania dibanding dirinya, termasuk kebiasaan lari Rania ketika sedih. Raditya harus mempererat genggamannya pada Rania jika berhubungan dengan pria satu itu.

"Ada salah lotion dan lulur yang kemarin sempat aku urus notifikasinya saat aku merenung di kontrakan Mia, Akbar ingin produk itu masuk ke perusahaannya, biar pemasarannya luas nanti dan aku bebas mengembangkan lebih lanjut nanti, pengujian dan alat produksi di perusahaan Akbar sangat memadai untuk produk tersebut. Harapanku kerja sama kita dengan Akbar juga baik, perusahaan kosmetik yang baru tahap pembangunan bisa segera jalan nanti, aku harus banyak belajar dari Akbar" Rania tidak sadar kalau penjelasan Rania membuat telinga Radit memerah, Radit sangat tidak suka nama Akbar disebut berkali kali, tapi dia mencoba bersabar, karena tahu Rania memiliki bakat dan ketertarikan membuat formulasi kosmetik.

"Trus, Akbar ngapain ke Jogja juga? "

"Jadi, istri klien perusahaan kita itu pengen banget produk perawatan kulit khas Indonesia, why not kita tidak sekalian kenalkan, ibaratnya sambil menyelam minum air, kamu tidak ada rencana melarangku kan? " Tanya Rania penuh selidik ke wajah Raditya yang sudah cemberut dari tadi.

"Aku ikut!"

"Haaa,, kamu kan ada schedule dari pagi sampai sore Dit, jangan seenaknya lah membatalkan semua yang sudah disusun sekretaris kamu, kasihan tauu, pak GM harus bertanggung jawab ya pak" Rania mengingatkan, membuat Raditya hanya bisa pasrah. "Lagian hanya tiga hari Dit"

"Kok lama Ran, trus aku dirumah sama siapa? Yang nemenin tidur siapa?"

"Biasanya kan tidur sendiri Dit, makan tinggal beli, malah bebas tuh kalau mau keluyuran ketemua siapapun" Rania menyindir

"Stop, jangan mulai lagi Ran, aku cium lagi nanti, mau?" Tantang Raditya, yang pikirannya sudah bermain ke mana-mana, tidur berpelukan dengan Rania di malam hujan, lalu... Ah mulai lagi kan kamu Dit! Batin Raditya

"Udah ah, aku capek mau tidur" Rania mulai beranjak berdiri

Sebenarnya Raditya masih ingin berlama-lama dengan istrinya, sebenarnya dia ingin sekali memeluk wanita itu sampai pagi, namun Raditya harus pandai bersyukur setidaknya kekacauan seminggu ini sudah berakhir, dia bisa bekerja dengan tenang besok.
"Met tidur ya Ran, I love you"

Rania dan RadityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang