Jogja dan Kita

631 36 0
                                    

"Lagi ngapain Ran?" Suara Raditya  terdengar dari seberang. Baru sekali ini setelah menikah berbulan-bulan Rania pergi ke luar kota meninggalkan Raditya. Urusan perusahaan tentu saja.
Jogja ternyata tidak berubah, tetap ramah, nyaman, dan menentramkan. Sungguh jauh sekali jika dibandingkan ibu kota, polusi, macet, bising. Ah, andai Raditya bersedia ikut, mungkin selepas rapat seperti ini, Rania bisa mengajak Raditya menikmati sunset di balkon hotel tempat mereka menginap, lalu malamnya mereka bisa ngobrol santai di atas bukit bintang. Membayangkannya saja membuat muka Rania bersemu merah. Sempat terbersit di kepalanya untuk meminta Raditya menyusul, tapi bukankah kemarin dia sendiri yang bersikeras mencegah Radit.

Rania memang akhir-akhir ini sedang bingung akan hatinya, dari awal Rania memang tidak memiliki rasa ke suamianya, tapi seiring berjalannya waktu, Rania mulai menjatuhkan hatinya, cinta yang entah berbalas atau tidak. Raditya yang lebih sering bertanya posisinya, lebih sering ingin tahu alasan Rania keluar rumah, kadang marah tanpa sebab, sering terlihat tak suka kalau Rania bersama Arman, bahkan untuk alasan bimbingan. Entahlah, Rania tak ingin menyalah artikan. Jujur Rania mulai menikmati setiap perhatian Raditya, tapi dia tak ingin berharap banyak. Selama Mirna masih di hati suamianya, Rania sadar tak ada tempat untuknya.

"Ran, kamu masih di sana kan?! Kok diam saja Ran? Rania?"

"Eh, iya Dit, masih kok" Rania tersadar dari lamunannya yang tinggi. " Nih baru kelar meeting, baru cofee break, trus balik ke hotel habis ini rencananya. Badan aku kurang sehat kayaknya" kata Rania, sambil kembali menyesap tehnya.

"Oke, hati-hati ya,,jangan kemana-mana, cepat istirahat ya!"

"Iya Dit, lagian kepalaku agak pusing, entah kenapa, kecapean mungkin ya?"

"Kamu sekarang dimana?!" Suara Raditya terdengar khawatir, "kamu langsung balik ya naik taxi saja ke hotel"

"Iya,,ini juga udah selesai, beneran pusing banget Dit, aku tutup dulu ya" Rania merasakan kepalanya begitu berat, beberapa saat kemudian semua terasa gelap. Dan seseorang dalam ruangan itu tersenyum puas, sambil pura-pura membantu Rania yang sedang tak sadarkan diri.
***
"Ran, halo, Ran! Sial!" Raditya mempercepat langkahnya, sebenarnya saat ini dia sudah berada di bandara Jogja. Dari sejak keberangkatan Rania tadi pagi, perasaan Raditya tidak enak. Setelah berfikir beberapa saat, akhirnya Raditya berhasil mendapat alamat hotel Rania di Jogja,tanpa pikir panjang dia terbang beberapa saat yang lalu.

Raditya mengepalkan tangannya, ketika handphone Rania yang sedari tadi dia hubungi tak mendapat balasan, apalagi setelah Rania mengeluh kalau dia pusing, pasti ada yang tidak beres. Diantara rasa khawatirnya Raditya harus berfikir tenang. "Ke Hotel Sartika pak!" Akhirnya saat dihempaskan tubuhnya dalam jok taxi, Raditya berkejaran dengan waktu. semoga Rania baik-baik saja.

***
Rio tersenyum sinis. Setelah dia berhasil meyakinkan pak Herman bahwa dia akan membawa Rania ke rumah sakit, karena tiba-tiba pingsan di tengah perjamuan.
Rio membayangkan reaksi semua orang, andai mereka tahu kalau dalang dibalik pingsannya Rania adalah dia, Rio memang sengaja mencampur obat di minuman Rania, sehingga membuat gadis berjilbab itu berjalan setengah terseret dalam rengkuhan Rio. "Dasar sok suci!" Batin Rio jijik, apalagi setelah mendengar cerita dari seseorang, membuat kadar bencinya ke Rania meningkat beberapa level. "Berani sekali kamu menolak aku Ran, sebentar lagi kamu tidak bisa lepas lagi dariku!". Rio,kini telah sampai di depan kamar hotelnya, yang hanya berjarak 500 meter dari meeting perusahannya tadi. Dengan hati- hati Rio meletakkan Rania diatas tempat tidurnya, dilihatnya setiap lekuk gadis itu penuh hasrat.
***
Rania membuka matanya, badannya terasa lemah, setengah kaget karena dia melihat Rio yang mendekatinya, dasi pria itu dihempaskan begitu saja, juga jasnya.

"Pak Rio! Kenapa bapak disini? Apa yang mau anda lakukan? Pak jangan mendekat!!" Rania mulai panik

Rio seakan tak menggubris permohonan Rania, rasa takut Rania malah membuatnya semakin berani, ditarik paksa jilbab Rania sampai terlepas, rambut Rania terurai berantakan. Rio semakin beringas, tanpa dia sadar Rania sedang mengumpulkan kekuatan. "Aowww, brengsek...!!" Rio memegang bagian vitalnya yang ditendang Rania begitu keras, sehingga dia tampak berguling di lantai.

Rania dan RadityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang