"Mi, kamu dimana sih? Aku sudah di luar rumah kontrakan dari tadi, pegel tau!" Rania melontarkan protes dari sambungan handphone
"Wadugh, sory say! Aku lupa ngabarin kamu, ini aku di Bali dua Minggu Ran, ada acara kantor mendadak. Tadi berangkatnya juga buru- buru soalnya!" Kata Mia
"Trus kuncinya kamu simpan dimana?"
"Nah itu Ran, aku lupa kuncinya kebawa aku..hehe"
Rania diam, jengkel sekali sebenarnya. Bayangan tidur lelap di kamar hangat kontrakan Mia pudar sudah. Rania menarik napas panjang, menerbangkan amarahnya, mungkin Mia benar-benar lupa. "Ya udah Mi, ntar kalau udah balik, kabarin ya Mi. Hati-hati ya disana"
"Thanks Ran, kamu yang harus lebih hati-hati ya" ucap Mia sebelum memutuskan sambungan telepon. Terbersit rasa bersalah karena sengaja membawa kunci kontrakannya, tapi akan lebih berbahaya jika Rania tinggal sendirian. Semoga Raditya menepati janjinya untuk menjaga Rania.
###
Raditya tersenyum, mengamati Rania yang duduk di kursi teras rumah kontrakan Mia.
Tampak beberapa kali mengetuk-ngetukkan jemarinya pada meja sebelahnya, memikirkan sesuatu. Raditya yakin, Rania malam ini akan pulang ke rumah mereka.Thanks Mia, batin Raditya. Karena memang dia butuh bantuan untuk mengambil hati Rania. Susah sekali mengajak Rania pulang, bahkan Rania bersikeras menolak tawaran Raditya untuk mengantarkannya ke kontrakan Mia. Mungkin sakit hati Rania selama ini yang membuat menjauh darinya. Raditya sepenuhnya sadar kalau dia memang salah.
Raditya masih setia berdiri di sudut tak terlihat, mengamati istrinya yang terlihat sedang menelpon seseorang yang tentu saja bukan dirinya. Sejurus kemudian sebuah taxi online tiba di jalan depan kontrakan bercat biru tersebut, Rania masuk ke dalam dan mobil itu melaju.
Tanpa pikir panjang Raditya langsung menuju mobilnya, memegang kemudi dan menginjak gas dalam, mengikuti taxi yang membawa istrinya itu.
###
Raditya menekan rem, mobil hitamnya berhenti di sebuah rumah mungil dengan halaman luas. Baru sekali Raditya mengunjungi rumah ini, saat melamar Rania, lamaran terpaksa yang layak disyukuri sekarang. Rumah itu adalah rumah Bu Neni mertuanya.
Raditya menarik nafas panjang, mengikat rambut gondrongnya agar lebih rapi, menenangkan hati untuk turun dan bertemu dengan mertuanya yang baik hati. Raditya menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk sekalipun, jika Rania sudah banyak bercerita dengan rumah tangganya yang jauh dari harmonis. Walau dalam hati Raditya menerka Rania tak bercerita apapun pada ibunya, mengingat istrinya itu memilih sembunyi di kontrakan Mia daripada pulang ke rumah orang.
tuanya."Assalamualaikum" Raditya mengetuk pintu
"Walaikumsalam, MasyAllah nak Radit kesini, ibu kira kalian bertengkar karena Rania ke rumah ini sendirian, Alhamdulillah ibu lega karena nak Radit juga kesini" Neni begitu sumringah, menusuk nusuk hati Raditya dengan sembilu, mencuatkan rasa bersalah yang bertubi.
"Ibu sehat?" Raditya mencium tangan mertuanya hormat
"Alhamdulillah, ayo masuk nak, Rania di kamar, masuk saja, ibu mau ke masjid dulu ada pengajian" Neni menunjukkan sebuah kamar yang tak jauh dari ruang keluarga, sebelum pergi
Raditya menurut, bingung harus berbuat apa. Diketuk ketuk kamar Rania berulang kali, tak ada jawaban. Raditya memutar pegangan pintu, tak dia temui Rania di dalam kamar, Raditya memutuskan masuk setelah mendengar suara air dari kamar mandi, pikirnya Rania pasti ada di kamar mandi.
Kamar kecil berukuran 3x 3 meter dengan ranjang tak begitu besar besprei warna maron tertata rapi, di sudut ruangan ada meja kerja kecil yang bertengger beberapa foto kecil Rania dengan keluarga nya lengkap, lelaki tegap dan gagah di foto ini pastilah ayah Rania, pikir Raditya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rania dan Raditya
General FictionRania Zada Kirana harus rela menikah dengan anak pemilik perusahaan tempat dia bekerja demi operasi ibu,hutang keluarga dan sekolah adiknya. Mampukah Rania menghadapi suami yang bahkan mungkin tidak menginginkan pernikahan ini? Raditya Putra Santosa...